Masih ingat kah kau jalan pulang?
Sudah terlalu lama kau berkelana meninggalkan rumah yang selalu menunggu kepulanganmu. Sudah terlalu lama kau mengikuti rasa bosanmu yang bersemayam dalam dirimu tak kunjung hilang. Sudah terlalu lama kau berdiam diri di rumahku, rumah yang seharusnya tidak pernah menerima manusia lain untuk ditinggali selain diriku sendiri. Sudah terlalu lama pula, aku menantikan kepergianmu, supaya aku tidak mendengar semua kalimat kontradiksi yang memuakkan dari bibirmu itu.
Ada apa gerangan kau mampir ke rumahku?
Kapan rasa bosanmu hilang?
Kenapa harus aku?Sayang sekali, jawabannya tak pernah aku dengar sepatah kata pun.
Diantara banyaknya pertanyaan yang ada di otakku, ada satu yang teriak paling keras; kenapa aku? Barangkali jawabannya sudah jelas bahwa kamu menemukan kenyamanan yang tidak kamu temukan dalam rumahmu semestinya. Barangkali pula jawabannya hanya dipahami olehnya dan aku tidak akan mengerti. Bahkan ketika aku bertanya kepadamu, jawabanmu tidaklah benar. Lagi-lagi kalimat itu adalah kata kontradiksi yang muak sekali telingaku mendengar.
Sudah, cukup. Mau apa lagi?
—12.44am

KAMU SEDANG MEMBACA
Today.
PoetryAku menyudahi segalanya. Baik tentangmu, maupun tentang kita. Karena kita sudah selesai. Tak ada lagi cerita yang mengisahkan tentang kita dalam bab baru. Aku melepasmu pergi dengan yang lain. Terserah kamu mau berbuat bagaimana, yang penting aku me...