Malam, kamu yang kini berada jauh dariku, terpisah oleh ruang dan rindu.
Masihkan kau mengingatku? Iya aku. Aku yang pernah meminjamkan pundakku untukmu. Aku yang pernah menghiburmu, melepaskan semua bebanmu, hingga kamu bisa tertawa lagi. Aku yang pernah membawamu hanyut dalam mimpi, ketika suara cemprengku menyanyikan lagu yang kubuat sendiri, tentu khusus untukmu.
Apa kabar? Hatimu yang masih utuh, apakah sudah disewakan untuk hati yang patah? Maaf karena meminta, namun hatiku juga masih tersimpan di kamu. Tolong kembalikan. Aku butuh separuh hatiku. Tanpa separuh hatiku, aku jadi bingung harus mengikuti kata hatiku yang mana disaat hatiku sudah terpecah belah.
Kamu pernah merasa sesak? Semacam rasa yang membuatmu membelenggu dan terlalu ambigu untuk diungkapkan. Bukan, bukan maksudku sesak yang berarti hatimu dibuat tergores. Ini sesak, sesak yang sebenarnya. Sesak yang membuat hatimu terpecah hingga berkeping-keping. Sesak yang membuat hatimu tertutup kembali.
Kamu tahu? Aku sudah merasakannya.
Kamu dengan seenaknya datang ke kehidupanku yang kelam, membuat hariku lebih berwarna dengan senyummu, membuat euforia yang telah lama tidak kurasa, kini terasa sangat nyata. Lalu kemudian, kamu pergi. Tanpa pamit, tanpa alasan, tanpa lambaian tangan. Lalu, hal yang paling menyayat hati, ketika aku mulai terbiasa tanpa hadirmu, ketika aku mulai tersenyum dengan hati yang tertutup kembali, kamu datang. Kamu datang dengan cengiran yang pertama kali aku lihat. Cengiran yang membuatku bisa membuka hati, layaknya kunci yang telah lama kubuang ke laut, lalu kau menemukannya.
Selamat. Kamu patah hati terbaikku.
- 21 : 50
KAMU SEDANG MEMBACA
Today.
PoetryAku menyudahi segalanya. Baik tentangmu, maupun tentang kita. Karena kita sudah selesai. Tak ada lagi cerita yang mengisahkan tentang kita dalam bab baru. Aku melepasmu pergi dengan yang lain. Terserah kamu mau berbuat bagaimana, yang penting aku me...