Bagaimana Rasanya

74 3 0
                                    

Lalu, bagaimana rasanya menjadi dia?

Dia yang selalu kamu puja. Dia yang selalu kamu tunggu meski ia sedang menunggu orang lain. Dia yang setia kamu temani begadang saat ia ingin menangis di seperempat malam. Dia yang kamu damba meski ia tak mendambakanmu.

Bagaimana rasanya menjadi dia?

Dia yang tak perlu berjuang keras untuk dicintai olehmu. Dia yang tak perlu sudah payah mencari topik karena kamu selalu punya banyak cerita. Dia yang dengan mudah memulihkan lukamu, meski ia tak bermaksud menjadi penyembuh lukamu.

Lantas, bagaimana rasanya menjadi kamu?

Kamu yang selalu aku perjuangan walau aku sendiri tahu jika kamu memperjuangkannya, bukan aku. Kamu yang selalu aku amati gerak-geriknya ketika kamu sedang memandangnya.

Tapi... Bagaimana rasanya menjadi kamu?

Kamu yang cintanya bertepuk sebelah tangan. Kamu yang berjuang tanpa dihiraukan. Kamu yang berusaha membuat dia nyaman di dekatmu. Kamu yang berkerja keras agar usahamu berhasil.

Iya, kita satu nasib. Aku memperjuangkan kamu yang memperjuangkan dia. Aku yang bertepuk sebelah tangan ketika kamu juga bertepuk sebelah tangan. Aku mencintai kamu, kamu mencintai dia, sementara dia tak mencintai kamu.

Kamu tak mau menoleh ke belakang? Aku masih di sini. Di belakangmu. Mengantisipasi jika kamu lelah berjuang, aku masih bisa menjadi rumahmu.

—4.05pm

Today.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang