Bagian 4 - Jadwal

14.3K 625 20
                                    

"Nih," Leon menyodorkan sebungkus es krim kue ikan.

Hana menatapnya aneh, "Apa nih?"

"Lo pecinta makanan penutup, tapi lo ga tau ini?"

"Engga. Lagian gue pecinta, bukan maniak, jadi gue ga harus tau semua dessert yang ada kan?"

Leon menghela napasnya, ia mengambil es krim Hana dan menukarnya dengan es krim yang telah ia buka.

"Ini namanya es krim kue ikan, asalnya dari Jepang. Kalau nama aslinya gue lupa," jelasnya.

Hana mengangguk, ia kemudian melakukan satu gigitan dan langsung menyukai rasanya.

"Lo ga mau duduk?" tawar Hana.

"Ga usah, gue diri aja. Biar kalau ada drama lagi gue bisa langsung kabur, malu gue kalau jalan sama lo, pasti ada aja yang lo lakuin," jujur Leon.

"Lo paling tau gue ga suka kekerasan, apalagi di depan umum kaya tadi, bisa bikin trauma tau ga."

"Iya gue ngerti. Semenjak gue kenal lo di SMP, gue tau lo ini adalah superhero."

"Emang gue bisa terbang pake segala dibilang superhero."

"Jujur sih, Na. Gue gak berani kaya lo. Ngeliat drama tadi aja gue rasanya pengen keluar. Gue ga punya kekuatan apapun. Ya emang lo ga bisa terbang, tapi kekuatan superhero lo tuh adalah keberanian. Coba deh lo pikir, emang di toko tadi ada yang berani ngelerai? Para pelayannya aja pada cupu gitu, padahal kebanyakan laki-laki," jelas Leon.

"Tapi lebih tepatnya, gue superhero yang terperangkap dalam sangkar. Ya ga sih?"

"Maksudnya?"

"Ah lo mah begonya kebangetan. Cape gue. Udah makan aja es krim lo. By the way, ini lo yang teraktir kan?" Hana mengacungkan es krimnya.

"Iya gue yang terakhir, sekalian buat ganti duit lo buat dessert tadi."

"Nah!" Hana berteriak kencang membuat Leon melangkah mundur.

"Na, apaan sih lo! Jangan teriak-teriak, malu gue diliat orang mulu! Artis juga bukan!"

Hana tak mendengarkan ia malah menepuk-nepuk pahanya.

"That's it! That's it!"

"Ya sodara-sodara, sekilas info. Penyihir Hana kembali merapal mantra yang tidak diketahui jenisnya. Demikian berita kali ini," Leon menggunakan es krim sebagai mikrofonnya.

"Gue suka banget, Yon, ketika lo ngomong dessert tadi! Pelafalannya bener banget! Lo harus sering-sering ngomong bahasa Inggris kaya tadi, biar lancar!"

"Dih, apa banget lo. Gue nasionalis, emang lo, murtad."

"Yon, inget yang gue bilang. Kuasai bahasa asing. Gue ga nyuruh lo murtad, tapi yakali nanti lo mau di Indonesia mulu. Emang lo ga mau melihat dunia? Dunia tuh luas, Yon," jelas Hana menggebu.

"Iya, luas. Bahkan diperdebatkan datar atau bulat. Tapi ya gimana, susah buat gue belajar."

"Yon, anjir... baru juga gue puji, begonya langsung keluar. Datar atau bulat itu perdebatan mengenai bentuk bumi. Planet maksudnya, bukan dunia. Ah elah, sedih gue," balas Hana.

"Ya sama aja," Yon tak mau kalah.

"Bodo lah ya, suka-suka lo aja."

Obrolan mereka pun terhenti, sampai akhirnya mata Leon menangkap keberadaan pria tua yang tadi berada di toko sedang berjalan dengan pakaian baru.

"Eh, Na. Tuh om diabetes lewat," Leon menunjuk Ryuji.

Hana menoleh, begitupun Ryuji yang merasa sedang diperhatikan. Mata mereka kembali bertemu, namun Hana langsung membuang wajahnya.

Old Man is Mine [INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang