Sejak jam sekolah dimulai sampai sore hari, Hana sudah mulai obrolannya dengan Leon lewat pesan. Seperti biasa, saat Hana tidak masuk, maka Leon akan terus mengirimnya pesan agar ia tak kesepian.
"Na, lo di rumah?"
Hana terdiam namun langsung kembali mengetik balasan, "Kenapa?"
"Tadi dosen bahasa Inggris itu nyamperin gue. Ya ampun Na... seksi abisss...!!! Gue sampe bengong, terus dia nabok gue hahaha. Nah, dia titip surat buat lo, katanya semacam surat perizinan orang tua untuk olimpiade nanti."
"Lu pegang dulu aja. Kalau ketemu baru kasih gue."
Leon menatap bingung layar ponselnya namun mengiyakan permintaan tersebut. Hana kemudian menyadari baterai ponselnya yang tinggal tiga puluh persen itu.
"Yon, udah dulu ya. Gue mau tidur," Hana memberikan alasan.
"Yee kebo. Yaudah deh... sampai ketemu besok ya," balas Leon.
Hana sudah menempelkan jarinya pada tombol, namun terhenti karena pesan yang kembali masuk.
"Leon... bener-bener deh...! Pria kesepian banget!" ucap Hana.
Namun ternyata pesan itu bukan dari Leon, melainkan nomer asing dengan awalan (+81). Hana akhirnya membuka pesan itu.
"Lebih baik kamu memiliki kendaraan pribadi, karena emas ini lebih berat darimu."
Hana terdiam dan memikirkan siapa pengirim pesan tersebut. Kemudian pesan lainnya masuk.
"Bersiap untuk masuk penjara. Pemerasan adalah kejahatan."
Ting!
Bohlam Hana menyala. Ia tahu siapa pengirim pesan ini. Namun ia tak membalasnya, ia langsung saja mematikan ponselnya.
"Kamu yang akan masuk penjara. Karena kamu bukanlah orang pada umumnya," ucap Hana yang kini menopang kepalanya.
*****
Pukul sebelas malam.
Ryuji dengan pakaian santai dan jaket hitam tanpa lengan siap dengan kopernya untuk pergi menemui Hana. Namun, di depan pintu ia bertemu dengan pria si pemberi informasi. Membuatnya menunda sebentar keberangkatannya.
"Apa itu emas?" tanya pria yang sedang memperhatikan koper Ryuji.
"Kenapa kamu berada di sini?"
Pria itu menunduk hormat, "Dia tidak ada di rumah."
"Ya, karena dia akan bertemu denganku sekarang."
"Ryuji-sama, dia menghilang sejak pagi."
"Apa?!" Ryuji meminta penjelasan.
"Aku mengeceknya. Tapi ini bukan karena orang-orang itu," jelasnya.
"Asami?"
"Dia tidak melakukan apapun."
"Sial!" Ryuji mengutuk.
"Kami kehilangannya. Saya minta maaf, Ryuji-sama," pria itu membungkuk dalam.
"Cari dia, jika kamu menemukannya, hubungi aku segera. Aku akan pergi ke taman, dia mungkin berada di sana," perintah Ryuji.
"Baik, Ryuji-sama."
Sementara itu yang dibicarakan sedang ada di taman. Berbaring menatap langit yang tertutupi oleh dedaunan dan ranting-ranting pohon.
"Dimana para bintang?" gumam Hana.
Perlahan, Hana menutup matanya. Tertidur karena hembusan angin dan keremangan taman.
*****
Ryuji menginjak pedal gas dalam-dalam. Dia melaju membelah jalanan yang tak ramai dengan kecepatan 200km/jam. Cukup membuatnya bagai pembalap yang ada di sirkuit.
Tangan kanannya berada di stir, sedangkan tangan kirinya berada di tuas transmisi. Ditelinganya terpasang earphone khusus berkendara, sedangkan matanya berfokus pada jalanan yang ia lewati. Sedangkan rokok berada di bibirnya.
Sialnya, jarak rumah baru Ryuji cukup jauh dengan tempat janjian mereka. Membuat Ryuji menahan kekesalannya saat itu.
"Sial! Jika kamu tidak ada di sana, aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri," makinya.
Ia semakin memperdalam pedal gas, dan mobilnya melaju semakin cepat. Sepuluh menit yang bagaikan sejam itu akhirnya berlalu, Ryuji langsung memarkirkan mobilnya sembarangan dan segera turun dari mobilnya. Namun berhenti kemudian berbalik untuk mengambil koper emasnya.
"Apa dia di sini? Di tempat segelap ini?" batin Ryuji.
Ia berjalan dengan menggunakan cahaya dari ponselnya. Mencari keberadaan Hana yang sama sekali tidak terlihat. Ryuji kemudian mengingat sesuatu, sebuah danau dengan bangku yang ada jauh di hadapannya.
Maka Ryuji berjalan mencari danau tersebut dan menemukan bangku di sekitarannya. Namun, ia belum menemukan Hana. Ryuji tidak menyerah, ia terus berjalan menelusuri bangku-bangku yang ada hingga ia menemukan sosok yang ia cari menggunakan seragam sekolahnya di salah satu bangku.
"Mati?" ucapnya dan berjalan mendekat.
Kian mendekat, dan Ryuji menyadari bahwa Hana hanya tertidur.
"Bodoh sekali tertidur di sini. Gadis ceroboh."
Ryuji kemudian mengulurkan tangannya untuk menyentuh Hana.
Hap!
Tapi tangan itu segera ditangkap oleh Hana sendiri. Ia membuka matanya dan terduduk di bangku, merapikan tatanan rambutnya yang berantakan.
"Apa yang kamu lakukan di taman gelap seperti ini? Bahkan tertidur" tanya Ryuji.
Hana tak berkomentar, ia mengambil ponsel Ryuji tanpa izin dan melihat waktu yang tertera. Pukul dua belas lewat tiga menit.
"Kamu terlambat. Dimana emasnya?" ucap Hana.
Ryuji mengangkat kopernya dan menaruhnya di atas bangku, kemudian membukanya. Mereka menjadi berkilauan karena memantulkan cahaya ponsel yang masih menyala.
"Aku yakin ini bukan seratus kilogram," Hana menyentuh emas-emas itu.
"Kamu mengotori pakaian baruku. Harganya mahal, tidak sebanding dengan setengah emas yang kamu minta," jelas Ryuji.
"Sangat adil," komentar Hana.
Hana mengambil salah satu emas batangan yang masing-masing berjumlah satu kilogram itu dan kemudian menggigitnya. Itu adalah emas asli, tentu saja.
Ia menaruh kembali emas tersebut, dan meletakan ponsel tersebut di atas bangku. Sehingga cahaya dipantulkan oleh emas-emas yang ada, membuat keberadaan mereka berdua menjadi sedikit jelas terlihat.
Hana berdiri dan menatap Ryuji, memperhatikan setiap detail pria tersebut yang didominasi warna monokrom.
Celana hitam selutut, kaus putih tanpa lengan, hoodie hitam lengan, sepatu casual warna putih, rokok menyala di mulutnya, serta rambut stylish. Namun ia lebih berfokus pada tubuh Ryuji.
Pria itu memiliki tinggi yang melebihi dirinya yang hanya 170 sentimeter, kulit yang putih bersih namun ia bisa melihat ada banyak tato yang mendominasi di sana. Tato dengan gambar yang terlihat berbeda pada umumnya. Bukan sebuah tulisan, gambar modern, atau sesuatu yang umum.
Namun tato bunga dengan warna gelap, dan ia juga melihat gambar ekor yang ia yakini bahwa itu berasal dari gambar naga.
Ryuji sendiri hanya diam memperhatikan tingkah gadis di hadapannya. Kemudian pandangan Hana terhenti pada bibir pria itu, tepatnya pada rokok yang masih berada di sana.
"Kamu memiliki bau asap rokok yang kuat, pria tua," ucap Hana.
"Apa?"
Hana mendekat, ia mengulurkan tangannya dan mengambil rokok itu dengan gaya yang seksi di mata Ryuji. Kemudian membuangnya di tanah dan menginjaknya sampai hancur.
"Kamu seharusnya tidak melakukan itu," komentar Ryuji.
Hana kemudian menoleh pada Ryuji dan menatap manik matanya, "Siapa kamu?"
Ryuji tidak membalas.
"Siapa. Kamu. Pria. Tua?" Hana kembali mengulang pertanyaannya dengan penekanan.
°•.•°•.•°•.•°•.•°•.•° •.•°•.•°•.•°•.•°
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Old Man is Mine [INDONESIA]
RomanceJudul: Old Man is Mine - Buku 1 [INDONESIA] Seri: Old Man is Mine Bahasa: Indonesia Rekomendasi Usia: 18 tahun ke atas °•.•°•.•°•.•°•.•°•.•° •.•°•.•°•.•°•.•° Hana Naomi Sachie adalah seorang gadis berusia 16 tahun yang hidup di tengah keluarga yang...