Mobil sport merah milik Ryuji melaju membelah keramaian jalanan yang padat, karena mobilnya terkenal dengan harga mahal dan eksklusif membuat para kendaraan yang ada seakan tau diri dan memberikan jalan untuknya.
Ryuji sendiri tidak menyetir, ia hanya duduk di samping kemudi dan membiarkan Takiro mengendarainya. Ia hanya menyandarkan kepalanya dengan ekspresi penuh kemarahan. Kepalanya penuh dengan skenario adegan penuh kejahatan yang akan ia lakukan ke Asami saat ia bertemu dengan wanita itu nanti.
"Ryuji-sama," Takiro memberanikan diri, "Boleh saya bertanya?"
Ryuji mengizinkan. Sementara itu dia membuka kaca jendela dan membakar sebatang rokok yang sudah ada di bibirnya.
"Siapa gadis muda itu, Ryuji-sama?" tanya Takiro.
Ryuji membuang asap rokoknya ke luar, "Seseorang yang sedang dalam masa memberontak."
"Saya rasa dia tidak terlihat seperti itu."
"Lalu apa yang kau lihat?"
"Apa mungkin Ryuji-sama menyukai gadis muda itu?"
Ryuji menyunggingkan sebelah bibirnya, "Kau kira aku pedofil?"
"Ah, bukan itu maksud saya. Hanya saja saya tidak pernah melihat Ryuji-sama begitu peduli terhadap seseorang, apalagi seorang perempuan."
Ryuji tak menjawab. Ada alasan kenapa dia seakan-akan tidak peduli. Itu semua karena semua orang takut padanya. Meskipun Ryuji tak pernah mengatakan dirinya yakuza, tapi semua orang sudah lebih dahulu memberinya label orang jahat.
Tatonya yang berbeda, wajah pria tua menyeramkan, belum lagi kebiasaan merokoknya. Membuat semua orang perlahan mengambil langkah untuk menjauh.
"Tapi Ryuji-sama," Takiro melanjutkan.
"Jika anda menyukai gadis muda itu. Maka saya tidak punya hak untuk menentang. Semua keputusan adalah milik anda. Meskipun dia seorang gadis kecil sekalipun, saya tidak akan menentang keputusan seorang calon ketua Black Bird selanjutnya."
Ryuji meniup asap rokoknya tepat ke wajah Takiro, ia pun langsung terbatuk.
"Lain kali, bukan hanya asap rokok yang kau dapatkan, tapi juga asap beracun seperti gas sianida. Aku akan memastikan kau akan mati saat itu juga."
Takiro menundukan kepalanya, "Saya mengerti, Ryuji-sama."
*****
Leon tiba di kantor polisi terdekat. Namun ia menyadari sesuatu dari mobil yang terparkir sebelum ia sempat melangkahkan kakinya memasuki lobby.
"Dad...?" Leon mengambil langkah mundur dan berjalan mengendap ke mobil jeep berwarna hitam yang terparkir di bawah pohon.
Melihat keadaan, ia kemudian mengintip ke dalamnya. Kaca yang gelap hampir tidak membuatnya tidak melihat, namun ada satu bulatan transparan yang digunakan untuk melihat spion agar lebih jelas; dan Leon melihat melalui bagian tersebut.
Bagaikan mobil baru, di dalam tidak ada satupun barang-barang, kecuali ketika Leon mendapati jejeran boneka beruang super mini yang diletakkan di dashboard.
"Ibu beruang, ayah beruang, anak beruang," ucap Leon melihat boneka itu dengan seksama.
"Ah...!" ia kemudian berseru, "Itu adalah--"
"Keluarga beruang," potong orang lain.
Leon langsung berdiri tegak, keringat langsung memenuhi keningnya. Dengan gerakan baris-berbaris, Leon memutar dirinya, balik kanan dan memberikan penghormatan pada ayahnya.
"Hormat, Komisaris Jenderal Polisi Handoko Pradita," ucapnya.
Orang yang ternyata polisi itu mendekat, ia langsung menendang kaki Leon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Old Man is Mine [INDONESIA]
RomansaJudul: Old Man is Mine - Buku 1 [INDONESIA] Seri: Old Man is Mine Bahasa: Indonesia Rekomendasi Usia: 18 tahun ke atas °•.•°•.•°•.•°•.•°•.•° •.•°•.•°•.•°•.•° Hana Naomi Sachie adalah seorang gadis berusia 16 tahun yang hidup di tengah keluarga yang...