Bagian 7 - Leon

10.5K 571 5
                                    

Bip. Bip. Bip.

Kasir men-scan semua barcode belanjaan yang ada di meja.

"Semua 35 ribu, ada tambahan lain?"

"Engga ini aja, mba," jawab Leon.

"Ada kartu anggotanya?"

Leon menyerahkan dua kartu tipis ber-chip, "Ada, saya bayarnya pake kartu debit ya."

"Maaf, mas. Untuk kartu debit minimal pembelian lima puluh ribu."

Leon menahan senyum kesalnya, "Oke, sebentar."

Satu menit kemudian dia sudah kembali dengan dua kotak besar susu cokelat, dan satu bungkus makanan ringan yang juga berukuran besar.

"Semua jadi enam puluh ribu," jelas kasir.

Leon menyerahkan kedua kartunya. Kasir pun men-scan kartu member dan menggesek kartu debitnya.

"Terima kasih sudah berbelanja, silahkan datang lagi," ucap kasir seraya menyerahkan belanja.

*****

Lampu kamar telah padam, namun Hana masih saja terbaring diatas tempat tidur dengan mata yang masih terbuka lebar.

"Seharusnya gue minta diresepkan obat tidur," gumamnya.

Ia kemudian berputar ke kiri, menatap jendela besar yang tak ditutup, Beberapa suplemen makanan juga seharusnya."

Tangannya kemudian beralih memegang perut, mata terpejam dengan wajah yang meringis.

"Aku lelah," batinnya dan langsung berlari ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.

Hoek... hoek...

Hana memuntahkan isi perutnya yang notabennya tak ia isi apa-apa. Ia kemudian menutup kloset duduk, dan duduk diatasnya. Menarik napas dalam, Hana menyapu rambut panjangnya ke belakang.

Tes.

Satu bulir air mata terjatuh. Ia mendongak, pandangannya memburam. Air mata menggenangi matanya karena ia tadi berusaha keras memuntahkan isi perutnya.

Hah...

Ia menghela napas.

Tuk! Tuk! Tuk!

Hana mendengar sesuatu.

Tuk!

Ia kemudian keluar dari kamar mandi dan mendapati beberapa batu kecil berada di lantainya.

Tuk! Tuk!

Beberapa batu kemudian menyusul masuk. Hana memandang aneh, dengan siaga dia mengambil raket bulu tangkis yang tergantung dan mengendap pelan-pelan menuju balkon.

"Naha..." suara pelan memanggilnya.

"Nahana..." namanya kembali terdengar.

Hana menampilkan kepalanya di balkon, membuat orang yang memanggilnya dari bawah langsung jatuh terduduk karena kaget.

"Setan!" jeritnya.

"Lo yang setan," balas Hana.

"Ngapain lo melempar sampah ke kamar gue?" dan Hana melemparkan kembali batu-batu yang ia kumpulkan.

"Na! Sakit ya!" rajuknya.

"Lo ngapain kesini, Yon?"

Orang yang melempar batu itu adalah Leon yang kini tersenyum lebar seraya menunjukan plastik besar yang ia bawa.

"Makan malam..." jelasnya pelan.

Hana memperhatikannya, "Makan malam darimana? Orang lo beli aja di supermarket, emang lo pikir mereka jualan nasi? Yang ada beras."

Old Man is Mine [INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang