Bagian 31 - Otousan

5.5K 370 1
                                    

"Pergi," Ryuji meminta.

Namun Godaime hanya tersenyum sinis, ia bahkan tak bergerak seinci pun meskipun tatapan Ryuji sudah sangat mengintimidasi.

*****

Diluar gedung, para anak buah Godaime yang berjumlah puluhan itu semakin menarik perhatian. Bahkan beberapa orang mulai mengambil foto dan merekam mereka semua.

"Ahh lihat, lihat," seorang wanita muda histeris menunjuk para anak buah Godaime.

"Mereka memiliki wajah oriental yang sangat tampan!!! Aku biasanya lebih menyukai pria dengan kulit sawo matang, namun jika salah satu pria kulit seputih porselen itu mengajakku kencan, maka aku tidak akan menolak!!!" sambungnya.

Teman wanita lainnya menyetujui, "Mereka tampak seperti sekumpulan pelayat, setelan jas hitam itu sangat menakutkan tapi mendebarkan hatiku disaat bersamaan!!!"

"Ahh Tuhan... aku sangat ingin menyentuh mereka!!!"

"Aku ingin memeluknya!!!"

Bukan hanya mereka, wanita yang histeris melihat kumpulan para pria tampan berjas hitam. Bahkan hampir setiap wanita di sana hampir lupa bernapas karena terlalu fokus mengagumi.

Salah satu anak buah Godaime, Aki si pria dengan wajah paling rupawan mulai merasa kehadiran mereka di sana berbahaya. Sejak tadi kamera ponsel yang terus menyoroti mereka semua membuat dia berpikir, cepat atau lambat polisi akan datang dan identitas mereka sebagai yakuza akan terbongkar.

Si pria dengan tubuh besar dan tinggi, Dai merasakan kegelisahan Aki, "Apa yang kamu cemaskan?" tanyanya.

Aki mengutarakan pendapatnya, "Banyak kamera ponsel yang menyoroti kita. Jika mereka mempostingnya sejak tadi ke internet, maka tidak mungkin kita tidak akan viral. Sebagian dari mereka berpikir kita berbahaya, polisi akan datang. Itu berarti kita harus berurusan dengan mereka."

Dai setuju dengan perkataannya, "Aku tau, tapi Godaime menyuruh kita untuk menunggu. Kita tidak bisa tidak menaati perintahnya."

"Tidak, kita seharusnya masuk."

"Oke, kita berdua akan masuk ke dalam."

Aki memperjelas, "Kita dan mereka."

"Mereka...?"

"Ya, mereka semua," Aki mengiyakan.

"Kau pasti gila!"

Aki menghela napasnya, "Kamu bisa lihat sekitar. Kita ini yakuza, dan mereka seharusnya tidak mengambil gambar ataupun video. Ini akan sangat merugikan kita. Pihak lawan akan mempergunakannya demi keuntungan mereka sendiri."

"Aku mengerti."

*****

"Sampai kapan kau akan berdiri di sana? Pergi!" Ryuji semakin marah.

Tapi tetap saja Godaime tidak berniat pergi, ia bahkan memberikan senyum sinisnya. Aura persaingan sangat terasa, dan Hana dapat melihat dengan jelas arogansi keduanya yang tidak mau mengalah.

Ini memang bukan tempatnya untuk ikut campur. Namun jiwa superhero Hana bergejolak dan ingin menghentikan suasana panas ini segera mungkin.

"Menyingkir," Hana menarik Ryuji ke belakangnya, kini ia yang berhadapan langsung dengan Godaime.

Langsung saja Godaime menghentakan kedua tangannya seraya memajukan wajahnya. Ryuji akan memukul jika tangan Hana tidak menahannya.

"Kau memiliki wajah cantik dan lucu, sangat cantik aku bilang," puji Godaime.

Hana tersenyum lebar dan BHUK!

Ia sukses membuat pupil Ryuji melebar karena aksinya. Karena ia baru saja menendang Godaime tepat di dadanya, membuat ia langsung membentur tembok di belakangnya.

"Apa aku menendang terlalu kuat?" Hana membatin khawatir.

"Godaime!!!" seruan lantang itu langsung membuat Hana mengeluarkan kepalanya dari pintu. Ia mendapati kumpulan pria berjas hitam memenuhi lorong dan menatapnya tajam.

"Sial!" makinya.

Aki dan Dai langsung mendatangi Godaime dan mengecek keadaannya. Tapi kekhawatiran itu dibalas dengan tawa kencang Godaime, mereka semua menjadi heran di buatnya.

"Akh!" Hana meringis ketika Godaime langsung menarik paksa rambut panjangnya.

"Jadi, kamu tipe yang menyukai kekerasan... tidak terlalu buruk...,," ucap Godaime seraya menjilat pipi Hana perlahan.

Ryuji melawan Godaime, namun Aki dan Dai langsung melumpuhkannya. Mereka membuat Ryuji bersimpuh setelah sebelumnya memberikan pukulan di perutnya.

Hana melihat, namun Godaime menarik kepalanya untuk hanya melihat dirinya saja saat ini.

"Asami benar, dia memang tipeku. Tipe gadis yang memang akan aku setubuhi dengan kuat, dan membuatnya terbang hingga dia akhirnya tidak akan bisa menggerakan kakinya," ucap Godaime ke Ryuji.

"Bagaimana, Bungaku?" bisik Godaime dan memberikan ciuman ke leher Hana.

Hana meringis. Dibanding takut, ia malah lebih merasa jijik saat ini. Bahkan ia sangat yakin akan muntah kapan saja.

"Pria tua kedua, lepaskan aku sekarang. Jika kau tidak ingin aku muntah ke dirimu!"

Dengan tangan kiri yang mengunci pergerakan, Godaime menggunakan tangan kanannya untuk menyelinap memasuki baju yang dikenakan Hana. Ia membiarkan tangannya menyentuh kulit mulus gadis itu. Mengabaikan perkataannya.

"Hentikan, kau bajingan! Bagaimana mungkin kau seperti sampah setiap kali aku melihatmu!"

"Shh... Ryuji... aku adalah ayahmu. Mereka bisa mendengarmu."

Ryuji memberikan tatapan semakin menusuk, "Otousan berarti ayah. Seorang ayah tidak akan pernah melakukan ini. Kau lebih mirip seorang iblis. Aku bukan anakmu! Jadi, jangan datang padaku lagi seperti ini! Pergi sekarang juga!"

Godaime semakin tertawa kencang. Ia tersenyum sinis dan semakin meraba tubuh Hana, membiarkan Ryuji melihatnya secara langsung.

"Ahh..." Hana menahan suaranya.

"Makhluk rendahan! Mati saja kau!!!" seru Ryuji yang kembali memberontak.

Bam!

Godaime menendang kepala Ryuji ke samping. Geta, sandal tradisional jepang yang ia kenakan dengan sukses membuat pelipis pria itu berdarah.

"Ryuji!!!" Hana berteriak.

°•.•°•.•°•.•°•.•°•.•° •.•°•.•°•.•°•.•°

To be continued.

Old Man is Mine [INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang