"Saat itu, Mommy sudah kehabisan akal dan kata-kata. Daddy terlalu keras kepala tapi karena sifatnya itulah Mommy akhirnya luluh dan menerima Daddy. Mommy terima bukan karena Daddy sudah berjuang selama ini tapi karena Daddy mau membela Mommy meskipun itu di depan keluarga Mommy sendiri."
*****
"Ha-handoko... w-wait..." Manda berusaha menahan Handoko yang terus saja menariknya.
Handoko berhenti namun tanpa aba-aba, Manda pun sukses menabraknya.
"Apa...?" balas Handoko lembut.
Bagi Handoko, setinggi apapun emosinya saat ini adalah sebuah pantangan baginya untuk berbicara kasar di depan wanita yang dia cinta.
"Lepas?" Manda mengangkat tangannya yang dipegang.
"Apapun tapi tidak dengan ini," balasnya.
Manda menghela napas, "Kenapa kamu melakukannya? Mereka itu keluarga aku. Kamu emang ga mikirin gimana kalau mereka ga suka sama kamu?"
"Yang aku suka itu kamu bukan mereka. Aku ga punya kewajiban buat bikin mereka suka sama aku."
"
"Ya, memang benar, Handoko. Kamu mengatakan kamu cinta aku, itu berarti kamu harus mencintai semua bagian kehidupan aku termasuk mereka."
"Ga."
"Kenapa?"
"Karena aku hanya cinta semua bagian kehidupan kamu yang mencintai kamu kembali."
"Kamu pikir mereka ga cinta dan sayang sama aku?"
"Ga juga, tapi yang aku tahu, mereka ga ngehargain kamu. Mereka ga menghargai kalau kamu juga punya hak. Mereka seharusnya mendukung bukan menjatuhkan. Oleh sebab itu--" Handoko berhenti, ia memandang ke arah lain.
Tubuh yang tinggi membuat Manda harus berjinjit dan berusaha melihat mata yang tidak memandang dirinya, "Oleh sebab itu apa???"
"Oleh sebab itu..." Handoko masih menggantung perkataannya.
"Iya, apa?"
"Oleh sebab itu... aku ada di sini untuk menghargai kamu, mendukung, dan membela kamu dari siapapun yang ngebuat kamu jatuh. Aku ga pengen liat kamu orang yang aku sayang nangis cuma karena hal gak berguna. Aku maunya kamu nangis karena kebahagiaan bukan karena kesedihan. Jadi--" Handoko menoleh dan mendapati wajah Manda yang dekat jaraknya itu memerah bagai buah tomat.
Ia tersenyum dan menangkap kedua wajahnya dengan kedua tangannya, "--aku mengejar dan memperjuangkan kamu bukan hanya kamu cantik. Kamu jelek pun semua akan tetap sama. Apa yang aku lihat hanya seorang Manda yang pekerja keras, sangat mencintai pekerjaannya dan berdedikasi tinggi."
"Orang itu membuat aku jatuh kedalam cinta. Aku sadar ngedapetin kamu bukan hal mudah. Karena aku tau aku akan menjadi prioritas yang kesekian. Tapi kamu tau? Aku ga akan pernah ngelarang kamu berbuat apapun. Karena membuat kamu jadi milikku bukan berarti aku bisa mengatur kamu. Kamu punya duniamu sendiri, begitupun aku. Aku memiliki kamu supaya aku punya izin legal dan resmi untuk ada selalu disampingmu dan ngelindungin kamu kapanpun yang aku mau."
Manda merasa napasnya tercekat. Kata-kata romantis yang dalam ini membuat dia perlahan kehabisan oksigen. Ia merasa saat ini adalah saat dimana ia menyatakan kekalahannya di depan seorang pria dan ia adalah Handoko.
"Ha-ha-handoko..." gagapnya.
"Ya...?" Handoko tersenyum, merasa geli dengan Manda yang seperti ini.
"Lepaskan... Lepaskan aku..."
"Aku tidak mau," dan menarik Manda ke dalam pelukannya.
"Aku ingin menikahi kamu secepatnya, aku ingin melindungi kamu dan membuat kamu menangis bahagia," sambungnya.
Manda menelan ludahnya, "Kamu bisa..." lirihnya sangat pelan.
"Apa?"
Manda memejamkan matanya sementara Handoko melepas pelukan dan menatap wajah yang tak mau melihatnya, "Kamu bisa melindungi aku. Kamu bisa membuat aku menangis bahagia dan--" Manda membuka matanya, membuat kedua pasang manik mereka bertemu dalam sejuta perasaan yang melebur, "--kamu bisa mencintai aku karena mulai dari sekarang aku akan menerima semuanya dan mencintai kamu juga."
*****
"Kamu tau, Dit? Bagi seseorang perjuangan itu bisa saja dilupakan. Setiap orang pun bisa berjuang tapi tidak setiap orang bisa membela orang yang dia cinta. Mommy sendiri mengkategorikan perbuatan keluarga Mommy sebagai bullying. Ini sering banget terjadi, sadar atau nggak sadar di banyak kasus banyak orang yang ngakunya sedang berjuang tapi tidak bisa membela orang yang mereka cinta di depan keluarganya sendiri hanya karena faktor, "ya dia kan keluarga." Ironis ga sih?"
"Leon ga ngerti, Mom..." ucapnya seraya menggaruk kepala yang tidak gatal.
"Sekarang gini. Kamu tau ga apa yang dirasakan Hana ketika keluarganya bersikap kasar sama dia?"
"Ya pasti sakit, Mom. Jangankan dikasarin, Leon diomelin Mommy aja kadang hati Leon cenut-cenut hehehe..."
"Terus kamu mau ga ngebelain dia di depan keluarganya dia? Meskipun kamu tau, kamu cuma orang luar?"
"Mau lah, Mom. Terlepas Leon suka atau engga sama Hana, siapapun itu pasti Leon bela kalau dia ga salah."
"Meskipun itu keluarganya? Ayah, ibu dan kakak kandungnya?" Mommy kembali bertanya dan Leon mengangguk mantap.
Mommy membelai kepala putranya seraya tersenyum bangga, "Itu yang Mommy maksud, Dit. Tidak peduli status dan posisi, kamu harus berani membela orang yang kamu suka. Meskipun itu keluarganya sendiri. Mommy tau diluar sana banyak yang bilang, "Saya berani kok ngebela orang yang saya suka!" Tapi nyatanya saat pembelaan itu bertemu dengan keluarga orang yang akan dibela, mereka otomatis terdiam."
"Mommy ga nyebut mereka pengecut. Tapi perjuangan itu bukan hanya tentang mendapatkan perasaan seseorang saja. Melainkan bagaimana kamu bisa mengerti keadaan orang itu sepenuhnya dan menjadi penjaga baginya."
Leon kini mengerti. Mommy punya poin atas perkataannya, apa yang Mommy katakan adalah benar. "Leon ngerti, Mom. Bahkan Leon sendiri sering melihat sepasang suami istri pun belum bisa membela pasangannya sendiri di depan keluarga mereka. Mereka seakan takut menyakiti padahal di sisi lain pasangan mereka jauh lebih tersakiti."
Mommy mengangguk, "Semua ini tentang saling mengerti, Dit. Mommy bilang ini ke kamu supaya kamu bukan hanya berjuang saja. Tapi kamu juga harus mengutamakan perasaan Hana sendiri. Bagus kalau kamu tau bagaimana cara melindungi perasaan dia. Mommy saran, kalau kamu memang suka sama Hana, lebih baik kamu ngomong sama dia. Jangan bermain di balik layar. Manusia itu bukan cenayang yang bisa membaca orang. Tanpa kamu bilang, kita nggak pernah tau."
Helaan napas berat terdengar, "Menurut Mommy reaksi apa yang akan Leon dapatkan?"
Mommy mengangkat kedua bahunya, "Mommy percaya, meskipun nantinya Hana ga suka sama kamu, dia ga bakal ngejauhin kamu. Mommy pikir dia lebih dari dewasa untuk membuat keputusan. Mungkin kamu malah akan terkejut sendiri dengan jawaban yang akan dia berikan."
"Tetap saja... Aku takut, Mom."
"Dit, sekarang Mommy tanya. Kamu pilih terus menyimpan perasaan kaya gini lalu menyesal karena ga pernah ngungkapin, atau kamu ungkapkan dengan segala konsekuensinya?"
Leon terdiam.
"Ayo, pilih..."
"Pilihan kedua," jawabnya.
"Bagus."
Leon masih meragu, "Tapi, Mommy, aku belum bersiap."
"Leon Pradita," Mommy memanggil nama panjangnya, "Tidak ada yang akan berubah jika kamu tidak melakukan apapun. katakan dan kamu akan tau hasilnya."
°•.•°•.•°•.•°•.•°•.•° •.•°•.•°•.•°•.•°
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Old Man is Mine [INDONESIA]
RomanceJudul: Old Man is Mine - Buku 1 [INDONESIA] Seri: Old Man is Mine Bahasa: Indonesia Rekomendasi Usia: 18 tahun ke atas °•.•°•.•°•.•°•.•°•.•° •.•°•.•°•.•°•.•° Hana Naomi Sachie adalah seorang gadis berusia 16 tahun yang hidup di tengah keluarga yang...