Bagian 24 - Halusinasi

6.6K 407 0
                                    

Rumah Sakit Mentari adalah rumah sakit besar, mereka memiliki banyak ruangan yang memiliki kamera pengawas hampir di setiap sudut ruangan. Kamera tersebut berjumlah puluhan, dan Ryuji dengan mahir mencari keberadaan Hana.

Cukup satu jam, dan Ryuji sampai pada kesimpulan bahwa Hana masih berada di dalam gedung rumah sakit. Ia kemudian bangkit dan menghampiri petugas sebelumnya.

"Apa ada tempat dimana kamera pengawas tidak terpasang?"

Ryuji bertanya seperti itu karena setelah Hana pergi dari ruang UGD, ia tidak menemukannya dimanapun. Ia melihat keberadaannya di toilet lantai tiga, namun setelah itu ia kembali menghilang.

"Tidak, semua tempat terpasang kamera pengawas," jelas petugas.

"Benarkah?" Ryuji tak yakin.

Tari yang sedang terpejam akhirnya membuka matanya karena suara Ryuji mengganggunya.

"Landasan helikopter tidak memiliki kamera pengawas," ujarnya membuat petugas dan Ryuji melihat ke arahnya.

Dengan malas Tari bangkit dan berjalan ke arah kontrol panel. Ia menunjuk layar dimana kamera pengawas nomor tiga tujuh terpasang.

"Lihat toilet itu?" ia menunjuk toilet yang tadi dimasuki oleh Hana.

"Di sana ada pintu yang menuju ke landasan helikopter. Itu adalah atap gedung, jadi tidak ada kamera pengawas di sana. Alasan lainnya, karena tidak ada yang boleh pergi ke atas selain petugas medis. Kami biasanya hanya mengambil alih pasien, setelah itu atap akan kosong. Direktur pikir itu adalah pemborosan jika memasang kamera di sana," jelas Tari.

Prok! Prok! Prok!

Petugas memberikan tepuk tangannya, "Seperti yang diduga dari kekasih direktur, kau tau banyak!" ucapnya.

"Hee...?" Tari merasa aneh dengan ucapan itu.

Ryuji mengerti sekarang. Tanpa berterima kasih ia langsung pergi ke sana. Membuat Tari memandangnya heran.

"Apa pintunya tidak dikunci?" tanya petugas.

Tari mengangkat bahunya, "Saya tidak tahu, tapi jika itu terkunci, besok sudah pasti akan uang kompensasi."

"Uang kompensasi...?"

Tari hanya tersenyum, ia malas untuk menjelaskan, "Kalau begitu, saya pamit pulang dulu ya. Terima kasih atas bantuannya."

*****

Bam! Bam! Bam!

Ryuji sudah sampai di depan pintu yang dimaksud namun terkunci. Maka ia pun menggunakan tabung pemadam kebakaran untuk menghancurkan lubang kunci.

"Takiro sudah pasti menggunakan pistolnya untuk membuka pintu ini," batin Ryuji.

Tak lama, lubang kunci berhasil dirusak, Ryuji akhirnya bisa masuk ke dalamnya. Dari jauh Tari hanya mengamati dan pergi begitu Ryuji berhasil.

Ryuji menghela napasnya ketika melihat anak tangga yang begitu banyak, tentu saja itu karena ia butuh melewati dua puluh anak tangga untuk sampai ke atas sana.

"Mereka seharusnya menggunakan elevator dibandingkan tangga!!!" serunya.

Ia pun menaiki anak tangga itu dan menyadari ada pintu elevator saat ia sampai di lantai sepuluh.

"Jika aku membeli gedung ini, aku pastikan untuk membuat elevator sejak lantai pertama!"

Ryuji pun memasuki lift. Untungnya lift itu aktif tanpa kontrol, sehingga ia dapat langsung menggunakannya.

*****

Hana memandang hamparan langit berwarna biru gelap pekat. Ia kemudian melihat satu bintang bersinar dan menggapainya.

Old Man is Mine [INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang