37-F

3.1K 293 1
                                    

Sarah terkejut, ia langsung menjauh dari Guanlin dan setetes air matanya jatuh.

"Tapi kenapa Lin?" Suara Sarah parau.

Guanlin menggeleng-gelengkan kepalanya. "Semua tuntutan ortu gue. Gue cuma gamau sia-sia in latihan gue selama ini"

"Ga harus nabrak juga Lin. Lo ya! Gue ga ngerti sama jalan pikiran lo. Seharusnya lo ngomong baik-baik sama dia. Jangan kayak gini!"  Sarah mengacak rambutnya.

"Gue cape Sar, cape. Udah jangan pojokin gue terus. Gue tau gue salah, dan maaf gue gaakan pernah terbayar. Tapi ortu gue bilang ini satu-satunya cara supaya gue bisa ketemu dia lagi" Guanlin memegang tangan Sarah.

Dengan satu hentakan, Sarah melepaskan tangan Guanlin. "Ini salah gue, karena ngenalin kalian berdua. Gue mohon banget, lo jangan pasang muka sedih. Gue juga cape, gue cape harus nangis karena liat lo nangis. Sekarang lo tenang, kita tunggu Shuwan sadar." 

Kedua orang itu mencoba tenang. Menunggu kabar dari dokter. Dan ketika lampu operasi berubah hijau, mereka menghampiri dokter. Syukurlah Hana tidak terluka parah, bahkan dia sudah sadarkan diri sekarang. Hanya rasa syok yang masih menghiasi dirinya.

Sarah menggenggam tangan Guanlin, mengajaknya masuk keruangan Hana. Dan mereka pun masuk. Sarah langsung menangis melihat keadaan sahabatnya. Perban di keningnya masih terlihat basah.

"Shu?" Suara Sarah terdengar pelan.

Perlahan Hana membuka matanya, ia menatap ruangan nuansa putih ini dengan tatapan sayu. Lalu pandangannya jatuh pada sosok perempuan yang menangis disamping kirinya. Itu Sarah. Hana mencoba tersenyum.

"Shu, gue kesini sama Guanlin" Sarah menunjuk lelaki tinggi yang mengenakan hoodie supreme berwarna turquoise. Itu warna kesukaan Hana.

Mata Hana mengikuti jari Sarah. Dan perlahan ia menangis, air matanya turun terus-menerus. Hana masih terlalu lemah untuk bicara. Ia memilih mengungkapkan perasaan nya hari ini lewat air mata.

Guanlin menggigit bibir bawahnya. Lalu mendekati Hana. Ia menunduk. "Maaf Shu, gue udah nabrak lo. Gue bodoh Shu, entah kenapa gue ngelakuin hal itu. Maafin gue Shu"

Hana hanya memandang Guanlin dengan air mata yang masih mengalir. Tiba-tiba Hana langsung mengalihkan pandangannya kearah lain. Seakan ia muak melihat Guanlin.

Guanlin mengacak rambutnya. "Gue rasa, lo lebih butuh Sarah. Gue pergi ya Park Hana. Makasih karena udah buat gue ngerasain yang namanya perjuangan. Yang namanya memilih keputusan. Gue tau ini bukan yang terbaik, tapi gue yakin dengan cara ini kita bisa ketemu di lain waktu." Guanlin melangkah pergi.

Setelah kepergian Guanlin, Hana masih menangis. Ia tak menyangka Guanlin berbuat seperti itu. Padahal hari ini, Hana menyiapkan sebuah lagu untuk Guanlin.

Ternyata usaha Hana sia-sia. Lagu itu tak akan pernah diputar. Tak akan pernah terdengar. Dan akan menjadi kenangan yang sangat pahit, karena di lagu itulah perasaan Hana tersimpan.


🐙🐙🐙

Seminggu kemudian.

Hana POV

Hari ini gue udah keluar rumah sakit, dan sekarang lagi dirumah Sarah. Mama papa juga dateng kesini karena khawatir. Untungnya Sarah ga bilang tentang orang yang nabrak gue.

Dan besok gue balik ke Indonesia, jadi hari ini Sarah bantuin gue beres-beres. Gue ngeliat pintu balkon dengan tatapan sendu. Huft, semua masih terkenang disini. Dihati gue. Pas gue mau buka acara ngelamun. Tiba-tiba mama ngetok pintu kamar Sarah.



Vote and comment untuk next ❤❤

Park_Hana_____

Park_Hana_____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Goodbye!

Like 798.451
Comment 12.345

MamaHana2 hati-hati ya kakak.

Sarahyang strong!

[𝟏] 𝐎𝐩𝐩𝐚, 𝐖𝐚𝐧𝐧𝐚 𝐎𝐧𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang