6

7K 597 13
                                    

16.57 KST

"Lucu liat lo terkejut. Han, udah siap kan? yuk." Woojin bangun, berjalan kearah cermin merapikan rambutnya.

Kemudian mereka berjalan dan berhenti di lobi hotel, berpamitan pada beberapa pegawai hotel. Diluar pintu hotel, Do Yeon sudah menunggu mereka. Hana melemparkan senyum pada Do Yeon, lalu Do Yeon membukakan pintu untuk mereka berdua.

"Bang kita mau kemana?" tanya Hana sambil membetulkan posisi duduknya.

"Ke Ilsan, gue sama anak-anak lain lagi di ibukotanya. Jadi biar ga jauh, lo gue pindahin ke Ilsan." Kata Woojin.

"Yah, kok pindah sih? Kan enakan di myeong-dong. Dan kenapa gue ga di ibukotanya juga, kan gue bisa liat cogan. Terus kalo gue di Ilsan tinggalnya dimana? Berarti ga bisa ketemu lo lagi dong?" tanya Hana panjang lebar.

"Tenang aja, semua udah gue atur. Gue gamau lo tinggal di perkotaan gitu, bahaya. Kalo di Ilsan kan masih pedesaan, disana gue udah cariin lo rumah terus ada pembantunya. Dan kalo mau ke tempat gue lo bisa naik bis." Woojin menjelaskan.

"Ih gue ga terbiasa sama pembantu bang, entar kalo dia jahat sama gue gimana? Kan gue afraid," balas Hana.

"Banyak tanya ya lo Han, itu pembantu yang dirumah gue dulu. Jadi tenang aja ya." Woojin mencubit pipi Hana, membuat Hana mendengus kesal.

Hana hanya membatu, memandangi pemandangan pedesaan dari sebalik kaca mobil. Hati Hana setidaknya sedikit membaik melihat laut, dan pegunungan yang mereka lewati.

Hana tertidur diperjalanan, dua jam setengah adalah waktu yang di tempuh dari Seoul ke Ilsan. Ia kesal bukan karena jauh dari abangnya.

Tetapi, ia baru sehari di Myeong-dong. Belum mengunjungi N tower dan menjelajahi myeong-dong. Apalagi innisfree yang sangat ia sayangkan.



19. 05 KST

"Han, Hana. Bangun, udah sampe nih." Woojin menepuk pipi Hana pelan.

Hana terbangun, mengucek matanya sebentar dan kemudian turun dari mobil. Ia mengeratkan ranselnya sambil melihat sekitar.

"Ini tidak terlalu buruk, ada sungai, gunung, dan semuanya kelihatan hijau." Pikir Hana.

Woojin memberi aba-aba mengajak Hana masuk, tak ketinggalan Do Yeon yang ikut masuk membawa koper Hana. Mereka berdiri di ruang tamu. Ada Hana, Woojin, Do Yeon, dan wanita paruh baya yang tersenyum manis.

"Han, ini Bibi Kara. Dia yang akan ngurusin rumah, termasuk makan dan beresin tempat tidur. Gue gamau lo makan yang ga sehat," Woojin menunjuk wanita paruh baya itu.

Hana mengangguk pada abangnya dan membungkuk kan badan pada Kara, "hai Bibi Kara. Aku Hana, senang bertemu dengan mu."

"Aku juga Hana. Ohya, aku akan menjelaskan sedikit. Di rumah ini hanya ada dua kamar, satu diatas dan satu dibawah. Karena aku tidak ingin memaksa, kamu bisa pilih kamarmu sendiri." kata Kara.

Hana mengangguk, dan ingin minta pendapat pada Woojin, tetapi saat itu Woojin sedang menelpon.

"Bang ada apa?" tanya Hana.

"Han, maaf banget gue gabisa nemenin lo lama-lama, mesti balik ke apartemen nih." Woojin menutup telponnya.

Hana kecewa, tapi ia berusaha menutupi kekecewaan nya. "Yaudah bang, balik aja gih. Lo kan banyak yang harus dikerjain."

"Yaudah, gue balik ya. Entar kalo ada waktu gue telpon lo," Woojin memeluk Hana.

"Oke bang, tenang aja. Hati-hati ya bang. Do Yeon ssi terimakasih untuk hari ini," kata Hana sambil melambaikan tangan.



[𝟏] 𝐎𝐩𝐩𝐚, 𝐖𝐚𝐧𝐧𝐚 𝐎𝐧𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang