"Ah Ajumma, aku hanya temannya. Bukan pacar." Jinyoung menyela.
"Ii-iya Ajumma kami hanya berteman." Sambung Hana lesu. Ternyata Jinyoung hanya menganggapnya teman.
"Baiklah terserah kalian. Pokoknya terimakasih, dan kapan-kapan kesini lagi ya." Wanita itu menepuk pundak Hana pelan.
"Iya nanti kami kesini lagi. Kami pamit ya?" Hana dan Jinyoung membungkuk. Ajumma itu mengangguk ramah.
"Yuk pulang. Tanahnya sini gue yang bawa." Kata Jinyoung.
"Gue aja."
"Itu berat, udah gue aja yang bawa. Lo bawa pot aja." Jinyoung menarik plastik tanah digenggaman Hana.
Sekarang ia membawa dua plastik di kiri kanannya. Hana melirik Jinyoung sambil tersenyum tidak jelas. "Perhatian banget sih, tapi sayang bukan siapa-siapa." Gumamnya dalam bahasa Indonesia.
"Kenapa Han?" Tanya Jinyoung tiba-tiba.
"Engga, gapapa. Palli be [Cepat be.]" Hana melajukan jalannya.
🌽🌽🌽
14.00 KST
Jinyoung POV
Gue sama Hana udah di balkon. Kita baru nyampe beberapa menit yang lalu dan langsung ke atas. Hana lagi sibuk ngeluarin bunga dari paper bag putih.
Kalo gue lagi nyalin tanah kedalam pot gede yang tadi. Kami sama-sama diem, mungkin Hana lagi asik sama tanaman jadi dia ngelupain gue sebentar.
Pengecut ga sih kalo gue ga bilang tentang rasa gue sama Hana? Engga la ya kan? Ini udah yang terbaik, yang gue bisa. Pokoknya selama gue bisa ngasih perhatian dan kasih sayang ke dia, gue udah seneng.
"Be! Baejin sini potnya." Hana ngejerit ke arah gue.
"Jangan ngelamun." Katanya lagi.
Gue langsung berdiri dan ngehampiri Hana. Terus dia ngangkat satu bunga beserta tanah-tanah nya dan ngeletakinnya di pot gede yang gue pegang.
"Be ini gimana? Gue gapande mindahin." Dia natep gue.
"Yaudah gue yang mindahin, lo yang ngerapiin tanahnya nanti ya."
"Iyaiya."
Kita tuker posisi, gue yang ngambil alih mindahin tanaman. Hana yang ngerapiin tanahnya.
"Be bunga yang ungu tuh, jangan yang pink terus."
"Ini?"
"Iya letakkin di pojok sini." Gue nurutin permintaan Hana.
"Udah jangan penuh-penuh kali pot nya. Yang satu lagi lo yang mindahin ya? Gue mau ambil air untuk nyirem." Hana masuk kerumah.
Fyuh, cape. Dari tadi pagi gue sama Hana maraton ngerjain apapun. Tapi gapapa, asal sama Hana gue mah haengbok [bahagia] aja.
Gak lama dia keluar dan langsung nyirem tanaman. Kita nyirem bareng-bareng, kita becanda bareng, ngobrol bareng. Gue udah seneng kok:)
"Be, duduk disitu dulu yuk. Cape." Hana nunjuk kursi panjang yang ga jauh dari kami berdua.
"Be, lo bener-bener ga inget soal tadi malem?" Tanya dia tiba-tiba.
Tadi malem? Emang ada apa ya? Hana selalu nanya tentang itu sama gue. Gue menggeleng pelan. Gue bener-bener engga tahu.
"Ga Han, lo ngobrol sama gue semalam?" Tanya gue.
Dia ngangguk, muka nya keliatan lesu gitu.
"Sorry Han, gue susah nginget hal-hal yang diobrolin sebelum tidur." Gue ngomong jujur.
"Ohgitu ya, yaudah deh gapapa. Ga penting juga kok." Dia masih lesu gaes. Hana kenapa?
"Serius ga penting? Kalo penting lo kasih tau gue sekarang aja."
"Gausah, iya kok ga penting." Dia ninggalin gue dan masuk duluan.
Gue cuma terdiam sambil natep Hana yang ilang dari pandangan gue. Seandainya lo inget be, ayo dong inget. Tetep aja gue ga inget sama sekali.
Terus gue berdiri dan masuk ke rumah, Hana udah diruang tamu. Dia duduk sambil ngacak-ngacak rambutnya pelan. Gatahan liat Hana kayak gitu:( gue harus tanyain dia. "Han lo gapapa?" Gue duduk disebelahnya.
Dia masih nunduk, rambutnya berantakan. Terus ga lama dia ngegeleng pelan. Pasti ada apa-apa nih sama Hana.
"Han." Gue narik bahu nya dan dia natep gw. Dia nangis, pipinya basah.
"Kenapa?" Tanya gue.
"Be, beneran ga inget?" Dia masih nanya soal tadi.
"Maaf Han gue ga inget. Bilang sekarang aja, gue gamau lo mendem sendiri."
"Lo serius mau dengerin?" Perlahan suara Hana mulai balik ke semula.
"Iya serius."
"Yaudah, kemarin gue minum terus pas mau naik ke kamar gue liat lo tidur. Gue iseng ngomong sama lo, kalo..." Dia diem.
"Kalo apa?" Rasa penasaran gue terus bertambah.
Park_Hana___________
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.