Alhamdulillah udah 100 aja:" gomawo buat readers setia author.
______________
"Iya, gue pacaran sama dia sebelum debut." Jawab Guanlin sambil berusaha duduk."Pantesan sikap Hana sama Guanlin beda. Ternyata mereka pernah pacaran." Batin Jihoon.
"Kenapa lo gapernah bilang sama gue?" Jihoon mengacak rambutnya.
Jihoon menggigit telunjuknya menahan air mata yang ingin turun. Ternyata wanita yang ia sukai adalah orang yang juga disukai teman kesayangannya.
"Gaada gunanya juga bagi lo."
"Udah lah hyung, semua udah tamat. Walau sampe sekarang gue masih cinta dan sayang banget sama dia, gue harus bisa ikhlas." Kata Guanlin pelan.
"Apa! Lo masih suka sama Hana!" Suara Jihoon meninggi.
"Iya hyung, banget." Kata Guanlin.
Tiba-tiba Jihoon langsung menarik kerah baju Guanlin, tangannya terkepal dan berada di atas pipi mulus Guanlin. Nafasnya terengah-engah menahan amarah.
"Hyung? W-waeyo [bang, kenapa?]" Kata Guanlin sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"GUE JUGA SUKA SAMA HANA. GUE SAYANG SAMA DIA! KENAPA LO GA PERNAH NGASI TAU GUE. TERNYATA ORANG YANG GUE SUKA ADALAH MANTAN TEMEN GUE SENDIRI." Mata Jihoon penuh amarah.
Guanlin yang mendengar itu juga terkejut, tangannya yang lemas sedari tadi sekarang telah terkepal. Nafasnya ikut terengah-engah. Ternyata hyungnya sendiri menyukai Hana.
"APA! LO SUKA SAMA HANA! ANGJI, KENAPA LO SUKA SAMA HANA? DIA MANTAN GUE, SEHARUSNYA GUE YANG MARAH!! BUKAN LO!" Guanlin juga menarik kerah baju Jihoon.
"LO NUSUK DARI BELAKANG HYUNG!" Kata Guanlin.
"NUSUK APANYA? JELAS-JELAS LO YANG NUSUK GUE. LO UDAH JADI MANTAN, MENDING JAUH-JAUH DARI HANA. SEKARANG GILIRAN GUE YANG GANTIIN LO!"
Guanlin mendengus kecil, lalu tersenyum kecil. "Lo gabakal masuk ke kehidupan Hana. Dia udah bahagia sama Jinyong."
Hati Jihoon seakan retak untuk kedua kalinya. Ia sudah tak sanggup lagi mencengkram kerah baju Guanlin, Jihoon ikut terduduk sambil mengacak rambutnya.
"Sekarang lo tau kan? Kita berdua udah gaada artinya lagi bagi Hana."
"Lo sok tau! Jinyong ga suka sama Hana!"
"Lo yang sok tau hyung, udah biarin mereka bahagia. Lo harus ngelepas Hana kayak gue." Perlahan suara Guanlin mulai teratur.
"Engga! Ga bisa!" Jihoon berdiri dan berniat meninggalkan Guanlin.
"Hyung tunggu! Lo bakal nyesel kalo ga denger perkataan gue." Jerit Guanlin.
Jihoon berhenti sejenak, ia tidak berbalik melainkan hanya menunggu kata-kata Guanlin selanjutnya.
"Kalo lo sayang Hana, lo bakal biarin dia bahagia sama siapapun. Tapi kalo lo nyelakain Hana atau Jinyong berarti lo ga sayang sama Hana." Kata Guanlin.
Jihoon membeku, benar. Kata-kata Guanlin benar, ia menyayangi Hana artinya ia harus rela melihat Hana dengan Jinyoung. Ketika Hana bahagia, dirinya juga ikut bahagia.
"Gue ke kamar dulu." Kata Jihoon lalu kembali ke kamar.
Guanlin tak berkedip memandang kepergian Jihoon. Ini lebih baik, bukan agar Jihoon merasakan sakit yang ia rasakan. Tapi agar Jihoon tidak terlalu berharap sehingga ia tidak akan mengingat makhluk bernama Hana.
Agar Jihoon tidak berakhir tragis sepeti dirinya, agar hyung kesayangannya itu dapat melanjutkan hidupnya, dan agar Jihoon mampu memandang makhluk bernama Park Hana itu.
22.05 KST
Hana tidak keluar kamarnya, setelah selesai ganti baju ia membuka laptop nya dan menonton drama Korea disana.
Sedangkan Jihoon ia benar-benar kembali ke kamar, merenungkan hal-hal yang terjadi hari ini. Mengikhlaskan sesuatu yang sangat berharga malam ini, ia harus ikhlas agar bisa menatap Hana esok hari.
Tring! Suara bel pintu nomor 101 itu berbunyi, Guanlin dengan mata sembab nya masuk dan melihat Jihoon tengah duduk diruang tamu. Matanya juga sembab.
Tak ada yang harus dikatakan hari ini, Guanlin hanya berharap semoga Jihoon dapat menerima semuanya. "Hyung, udah malem tidur. Besok kita ada fanmeet." Ucap Guanlin lalu berjalan ke arah kasurnya.
Di kamar Hana.
Gadis cantik ini masih menonton drama, tapi pikirannya berjalan entah kemana-mana. Ia masih teringat pada pria berlesung pipi bernama Lai Guanlin.
Gubraaak!!!!
Hana menutup laptopnya kasar, lalu meringkuk diatas kasur. "Kenapa gue mikirin dia sih?" Gumamnya.
"Lo memang penghancur kehidupan orang ya Lin. Gue benci sama lo, kenapa gue harus mikirin lo." Gumam gadis itu lagi.
Hana menarik selimutnya, mematikan lampu tidur disebelah kanannya lalu berbaring di kasur putih yang empuk.
"Apa Jinyoung udah pulang? Kalo gue telpon dia ngangkat ga ya? Eh gausah deh, dia pasti cape." Gumam Hana.
Ia sangat menyukai Jinyoung, walaupun perasaannya terasa digantung. Ia yakin akan ada saat dimana ia lelah, lalu berhenti mengejar pria dengan senyum berkerut itu.
"Kalo gue udah lelah, dan ga ngejar lo lagi maaf ya be, lo bakal nyesel selama-lamanya." Gumam Hana lagi.
Hana mengurungkan niatnya untuk menelpon Jinyoung. Malam ini ia harus tidur, untuk hari esok biarlah berjalan sebagaimana mestinya.
Bakjiun
@Jeju-doGoodbye my love!
▶ Teman dekatLike 12
Comment 1Gnln_l hwaiting! Lo kuat!
KAMU SEDANG MEMBACA
[𝟏] 𝐎𝐩𝐩𝐚, 𝐖𝐚𝐧𝐧𝐚 𝐎𝐧𝐞
Fanfictionㅡ𝐟𝐨𝐫 𝐭𝐡𝐚𝐭 𝟏𝟏 𝐩𝐞𝐫𝐬𝐨𝐧 𝐰𝐡𝐨'𝐬 𝐛𝐞𝐞𝐧 𝐬𝐮𝐜𝐡 𝐚 𝐠𝐫𝐞𝐚𝐭 𝐡𝐞𝐥𝐩. "𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐞𝐧𝐠𝐠𝐚 𝐬𝐞𝐢𝐧𝐝𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐧𝐲𝐚𝐭𝐚𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫𝐧𝐲𝐚"ㅡ𝐡𝐚𝐧𝐚 "𝐠𝐮𝐞 𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐬𝐮𝐤𝐚 𝐩𝐚𝐬 𝐩𝐞𝐫𝐭𝐚𝐦𝐚 𝐤𝐢𝐭𝐚 �...