BAB 1

13.8K 377 5
                                    

Jasmine berupayah masih bersabar, meski napas ia desahkan sudah mulai berat.

"Jason, aku butuh aktivitas. Membuatku berdiam diri seperti dan duduk terus rasanya sangat tidak baik. Membosankan pula."

Jason menuangkan minyak urut herbal ke telapak tangan dan mulai mengurut kaki sang Isteri dengan minyak tersebut. Kemudian berkata, "Tidak Jasmine."

Ekspresi wajah Jasmine berulang-ulang merajuk dengan tatapan murung.

Semenjak masa kehamilan Jasmine, Jason semakin protektif. Jason banyak melarang Jasmine ini itulah. Padahal Jasmine tidak sanggup berdiam diri terus.

"Jasmine, turuti saja yang aku katakan. Ini demi keselamatan kalian. Aku tidak ingin kau dan calon bayi kita terjadi sesuatu. Bahkan Ruby menyuruhku agar menjaga kau dengan hati-hati."

Jason masih memijat kaki Jasmine dengan pelan. Ruby menyarankan agar otot-otot Jasmine tidak boleh kaku, usia kandungan dia sekarang memasuki 8 bulan. Jason menyimpulkan akan menjadi seorang Suami berbakti kepada Isteri dengan memijat bagian otot-otot pegal tertentu seperti kaki, tangan dan bahu.

Jasmine menghela napas panjang, menatap putus asa atas sangat keras kepalanya Jason dengan keputusan mengganggu ruang gerak ia ingin lakukan. "Aku akan menuruti kemauanmu, Jason."

Jason dengan lembut membelai pipi Jasmine dan tersenyum akrab, hangat.
"Terima kasih mau menuruti ucapanku."

"Ya. Jason, seharusnya aku yang mengatakan yang kau katakan. Bukan kau. Aku bersyukur, kau mau menjaga kami."

Jasmine meraih jemari Jason dan menggenggamnya.

Jason menggeleng cepat.

"Kau sudah memberiku seorang bayi. Bagiku itu sudah lebih dari cukup membuatku bahagia. Sangat bahagia di bumi ini."

Mendengar pengakuan tulus Jason, bibir dalam Jasmine bergetar dan Jason tidak melihat itu.

Sorotan mata Jason menatap sangat tulus menyayangi Jasmine. Tak bisa berkata banyak, Jasmine hanya mampu mengarahkan mata ke tangan Jason sedang memicat sepanjang kaki di bawah sana.

Untuk sementara seperti ini saja. Dalam dada, Jasmine merasa hangat. Ia merasakan kehangatan dilimpahkan Jason. Juga, ia mempunya pikiran bagaimana misalnya nanti jika Jason tak ada karena pergi dengan sebuah alasan menakutkan.

Jason melepaskan genggaman tangan Jasmine dengan pelan, sehingganya Jasmine sedikit terhentak dan perkiraan buruk tak membahagian lenyap.

Jasmine mengerut dengan dahi yang berlipat samar melihat Jason berdiri dan pergi berjalan kecil menuju arah meja kayu berwarna krem memudar. Dia membuka laci meja. Dia mengambil sesuatu dari laci meja itu.

Jason berjalan kembali ke tempat Jasmine yang menatap memerhatikannya. Senyum sendu Jason mengembang, ia duduk kembali di sebelah Jasmine dan memberikan kertas persegi panjang pada Jasmine.

Jasmine menerimanya dan membacanya tanpa suara. Setelah membaca isi dari kertas persegi panjang Jason berikan, Jasmine langsung menatap Jason.

"Dresden?"

"Ya. Kita akan ke sana setelah anak kita lahir. Pamanku yang di sana mengundang kita ke rumahnya. Dia juga tidak sabar ingin melihat bayi kita." Jason lalu menyentuh perut Jasmine yang membesar.

"Jason, aku sangat senang mendengar kabar ini. Aku ingin sekali pergi mengunjungi beberapa tempat yang ada di Berlin."

"Ya, Sayang. Ke mana pun kau ingin pergi aku akan mengabulkannya." Jason tersenyum.

Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang