BAB 22

4.9K 101 3
                                    

Musim panas banyak aktivitas dilakukan warga kota Paris siang itu. Pemuda dan pemudi berkarir memfokuskan memenuhi target pekerjaan agar selesai dengan tepat pada akhir musim panas. Kedisiplinan pekerjaan orang-orang kota Paris tidaklah mudah, pengawasannya cukup ketat dan sedikit menyusahkan. Namun hasil yang akan didapatkan sesuai yang dikerjakan.

Studio pemotretan QC Entertainment cukup ramai terisi aktivitas pemotretan.

Lonza dengan pakaian tuksedo non formal dan jam tangan stainless steel melingkar pada tangan memerhatikan segala aktivitas pemotretan di depan. Namun nyaris sering kali tatapan Lonza tidak lepas ke ponsel terletak di sebelahnya. Lonza sedang menunggu kabar calon gadisnya.

"Clarissa. Apa lusa nanti aku sudah bisa kembali ke Indonesia?"

Lonza bertanya kepada Clarissa yang baru saja datang dan memberikan booklet berisi ilustrasi pakaian-pakaian nantinya akan Lonza pakai dan peregakan di depan kamera.

"Belum bisa. Jadwal pemotretanmu di Paris cukup banyak, setelah itu masih ada lagi pemotretan di London."

"Kalau begitu buat jadwal pemotretanku jadi singkat."

Clarissa mengambil duduk di seberang dari Lonza.

"Mengapa kau ingin sekali kembali ke Indonesia?"

"Kau tidak perlu tahu, Cla."

Lonza menjawab pertanyaan Clarissa dengan dingin.

Clarissa menggeleng.

"Tidak bisa, Lonza. Dalam kontrak pemotretanmu telah disepakati berdasarkan SOP, bahwa kita tidak bisa mengubahnya. Semua sudah terjadwal."

"Kalau tidak ada alternatif lain, batalkan setengah kontraknya."

Setengah terbelalak dan sedikit kesal, Clarissa menjawab perkataan Lonza, "Bagaimana terhadap denda? Kontrak pemotretan sudah di sahkan dan memiliki denda sangat tinggi. Perusahaan―"

"Aku akan membayarnya." Lonza langsung memotong perkataan Clarissa dengan perkataan singkat yang tajam.

"Tidak! Aku tidak menyetujuinya. Perusahaan akan rugi besar, Lonza Nicholas Alejandro!" seru Clarissa.

"Sudah kukatakan. Aku akan membayar dendanya." Lonza menjawab tenang dan Clarissa di sebelah mendesah kesal.

"Lonza, pikirkan baik-baik karir permodelanmu yang telah kau bangun susah payah."

"Aku sudah memikirkannya baik-baik dan dengan bijak atas keputusanku ini."

"Beritahu aku alasan kau yang bisa kuterima tanpa ada kerugian untuk kita berdua, Lonza."

"Kau tidak perlu tahu, Cla." Lonza memicingkan tatapan dingin dan sangat jelas tidak menyukai terus ditekan Clarissa.

"Jika demikian keputusanmu sangat keras, Blbaiklah, aku akan memenuhinya."

Pandangan Lonza berpindah ke arah jendela seberang dan menatap langit biru. Dalam pikiran Lonza terpusat penuh pada Vivian. Ada perasaan aneh tiba-tiba membuat dada Lonza sesak.

💍

Marcer Hotel, Barcelona, Spanyol.

Sesuai janji dengan Nancy, Jasmine akan memenuhi itu. Tapi, kegugupan sedikit menghampiri diri Jasmine yang tengah berdiri di depan pintu berukuran bersegi panjang dengan warna putih, ada beberapa ornamen yang menghiasi pintu itu.

Jasmine mulai masuk dan bergabung dalam pesta.

Beberapa pelayan dalam pesta berkeliling, salah satu melewati tempat Jasmine berdiri. Jasmine mengambil minuman yang dibawakan pelayan memakai nampan.

Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang