BAB 61

1.7K 72 2
                                    

Berusaha menggerakkan jari-jari tangan yang tak bisa digerakkan, Jason York mendengar suara tak asing. Sebuah bunyi dari mesin ventilator.

Tak lama kemudian terdengar langkah kaki terburu-buru dan semakin terdengar jelas, hingga langkah kaki itu berganti suara derak, seperti sedang menggeser pintu.

"Halo. Syukur Anda sudah siuman, Tuan Jason York."

Sahutan seorang pria membuat kening Jason mengernyit setelah membuka mata yang terpejam. Jason beralih memandangi lengan. Ia melihat perekat menempel di sana bersama jarum-jarum infus.

Sejenak Jason berpikir untuk mengingat apa sedang terjadi pada dirinya. Seraya mengingat-ingat, Jason mengangkat sedikit tangan menyentuh kepala. Nyeri sakit dirasakan Jason seketika. Ia meringis hampir tidak mengeluarkan suara.

"Kepala Anda diperban, jangan panik. Saya Dokter yang menangani Anda. Apakah Anda sadar bahwa Anda di rumah sakit dan mengalami kecelakaan?"

"Aku .. tak ... tahu. A-apakah ... ada sesuatu yang ... tidak ... beres .... denganku?"

Dokter berkata dengan senyum ramah, "Lebih mudah jika Anda menanyakan apa saja yang baik pada diriku. Maukah kuberitahu apa adanya?"

Jason mengedipkan kedua mata pelan.

Sebelum dokter memberitahu informasi Jason ingin dengar, dokter memeriksa kestabilan lebih dahulu untuk tekanan darah dan perawat memonitori saksama lalu perawat itu mengganti tabung dan kateter terpasang pada tubuh Jason York.

Setelah pemeriksaan selesai, dokter mulai berkata kepada Jason. "Bagian tubuh Anda seperti kaki baik-baik saja. Tetapi tulang rusuk kanan dan kiri hampir patah semuanya, beruntung tidak parah sekali bagian patahnya. Kami sudah memperbaikinya dengan operasi dan jika Anda menghela napas sebaiknya lakukan pelan-pelan saja, rusuk Anda butuh waktu pemulihan yang baik."

Penjelasan dokter katakan mudah dimengerti Jason, sehingganya ia memberikan tanggapan anggukan pelan.

Dokter kembali berkata, "Bagian kepala Anda mengalami gegar otak ringan dan sangat beruntung bahwa tak ada pendarahan apapun di dalam, kami sudah memeriksanya. Anda pasti sangat disayangi Tuhan. Saya turut bahagia." Jason melihat arti tatapan sang dokter. Sebuah tatapan simpati dan dia tampak terlihat sebagai dokter profesional merawat pasien. "Sisanya, salah satu anggota tubuh Anda butuh beberapa kali operasi dan terapi, maksud saya tulang sendi dan tulang jemari tangan kanan Anda hancur dan beberapa syarafnya rusak. Spesialis Dokter kami sedang berusaha menyembuhkannya."

"Pantas saja tangan kananku terasa sangat berat untuk bergerak. Aku tidak ingin menjadi kidal. Sangat menyusahkan. Aku ingin tangan kananku berfungsi lagi." Jason menjawab murung, seraya melirik tangan yang mengalami kelumpuhan.

Dokter menepuk pundak kanan Jason dan berkaga, "Kami akan berusaha menyembuhkan Anda. Saat ini Anda hanya perlu meningkatkan kesehatan-berusahalah pulih total. Baiklah kami akan pergi memeriksa pasien lain dan akan kembali lagi memeriksa Anda, Tuan."

"Terima kasih." Jason berkata. Nada suara Jason terdengar serak yang lemah.

"Terima kasih kembali, Tuan."

Dokter bersama dua perawat keluar dari kamar medis Jason dan dua menit berlalu perginya dokter yang akan menyembuhkan Jason, tiba-tiba pintu bergeser dan langkah kaki seseorang mendekat ke arah Jason.

"Tuan! Syukur Anda sudah siuman."

Jason mengenal suara itu, dan senyum di bibir Jason terbentuk. "Ya, Mattew. Maaf aku merepotkanmu."

"Saya tidak merasa terepotkan."

"Aku seperti mendengar suara Vivian. Apakah dia tadi di sini?"

"Iya Tuan. Nona Vivian tadi di sini. Ia sudah kembali dan mengkawatirkan tentang Anda."

"Lalu di mana Vivian?"

"Saya tak tahu, maksud saya tadi ketika siang, Nona Vivian menyuruh saya dan dua penjaga di depan pintu kamar medis untuk makan siang. Setelah kembali, saya pikir Nona Vivian masih di sini menjaga Tuan."

"Sekarang aku baik-baik saja. Cari Vivian, aku yakin dia masih di sekitar rumah sakit. Lalu tolong nyalakan lampunya."

"Saya bersama Randy akan segera mencari Nona Vivian. Tuan istirahat dan jangan mencemaskan banyak hal." Mattew berkata dan Jason tersenyum seraya mengangguk pelan.

💍

"Nona. Nona Vivian?"

Vivian memutar badan.

"Mattew."

Mattew memerhatikan dan menatap Vivian. Gadis itu sedang melihat sesuatu pada genggaman dan tampak setengah terkejut dan tiba-tiba sesuatu di genggam tadi segera menyimpannya ke saku celana.

Mattew berlari pendek menuju tempat pijakan Vivian.

"Nona kemana saja? Saya mencari-cari Nona. Tuan Jason sudah bangun."

"Maaf aku merepotkanmu."

"Tadi saya melihat Nona memegang sesuatu. Boleh saya tahu apa itu?" Mattew bertanya dengan nada santai.

"Oh-resep obat pencernaan untuk Mom dari Bibi Ruby. Akhir-akhir ini sistem pencernaan Mom kembali tidak baik. Bibi Ruby mengatakannya padaku ketika di kantin rumah sakit saat aku, Flora dan Kate makan-kami bertemu Bibi Ruby. Aku lupa memberikan resep obat kepada Mom tadi."

"Kita tidak bisa lama-lama bercerita di sini, Nona. Tuan sedang menunggu kita."

Vivan dan Mattew berjalan menuju kamar medis Jason dan sepanjang perjalanan mereka tidak berbicara. Ketika sampai di depan pintu kamar medis Jason York, jantung Vivian tiba-tiba berdebar cemas. Beberapa hari lalu ia kabur dan tidak pulang ke rumah dalam waktu agak lama. Tentu saja Vivian punya alasan kuat tak pulang beberapa hari. Lalu pikiran terhadap masalah jiwa kecil dalam tubuh menambah lagi pikiran serta kecemasan Vivian. Kuat, tangan Vivian di bawah mengepal hingga telapaknya memutih.

"Nona, masuklah. Tuan sudah menunggu Nona." Mattew berkata dan tentu saja Vivian tersentak. Lamunan Vivian segera lenyap.

"Aku takut. Kau tahu, Dad jika marah sangat menakutkan. Kau tahu apa yang ingin Dad bicarakan denganku?"

Mattew menggeleng. "Saya tak tahu, Nona. Lebih baik Nona masuk sekarang, semakin Tuan menunggu, itu akan membuat Tuan tidak tenang. Tuan sangat mengkhawatirkan, Nona."

Kening Vivian terangkat. "Kau tahu dari siapa Dad mengkhawatkan aku?"

"Selama Nona tak tahu berada di mana, dan ...." Mattew menggantungkan kata-kata itu.

"Dan apa?" tanya Vivian serius.

Seulas senyum hangat melintas di bibir Mattew. "Tuan dilanda frustasi berat. Puteri satu-satunya telah hilang, itu sangat menyakitkan ketika saya memerhatikan raut wajah Tuan hari demi hari. Tapi syukurlah Nona sudah kembali."

"Aku akan masuk. Doakan aku agar Dad tidak marah. Cukup Mom yang marah."

"Tentu, saya tentu akan mendoakan yang baik untuk Nona."

Vivian masuk dalam kamar medis Jason.

Pintu berderit dan Vivian melihat Jason York menolehkan kepala.

"Hai, Dad."

Vivian menyapa dan menutup pintu. Kemudian, Vivian melangkah pelan menuju arah Jason berbaring. []

_______________________

Support me with vote and comments.
Thank you ...

Salam dan peluk hangat,
Ennve.

Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang