BAB 67

1.7K 78 22
                                    

Vivian melakukan apa pun agar bayang-bayang ciuman panas semalam hilang seperti mengerjakan soal-soal kimia dan fisika. Namun, di sekolah tetap ciuman itu terlintas hingga ia pulang dari sekolah dengan tiba di rumah.

Vivian melangkah menuju dapur sebelum menuju kamar tidur. Ia memutuskan untuk meminum air untuk menghilangkan dehidrasi ia rasakan. Di dapur, ia melihat punggung seseorang, ia melangkah mendekatinya.

"Trisha?"

Vivian memanggil pelan Trisha, yang merupakan kepala pelayan. Perempuan tua itu melakukan sesuatu di hadapan kompor dan kini dia beralih ke pencucian piring.

"Astaga! Nona! Saya hampir terserang jantungan!"

Suara Trisha memekik. Trisha baru saja memutar badan di tempat penyucian piring.

"Hai. Maaf," kata Vivian lalu meneguk air mineral yang baru saja terisi di gelas kaca.

"Nona, sudah pulang sekolah? Ini baru pukul sebelas."

Vivian mengangguk pelan setelah meneguk air mineral.

"Para guru akan mengadakan rapat, jadi murid-murid diminta cepat pulang. Omong-omong Bibi sedang apa?" tanya Vivian bangkit dari duduk setelah air mineral yang ia minum habis.

"Oh. Membuat kue cokelat," kata Trisha. Mata Trisha mengarah ke oven, salah satu tombol oven menyala menandakan sedang memasak.

"Sungguh? Aku sudah lama tidak makan kue cokelatmu," seru Vivian tiba-tiba. "Oh, bagian menghias butter cream dan toping biarkan aku yang melakukannya, bolehkan?"

Trisha mengangguk. "Tentu saja boleh Nona. Asalkan Nona berhati-hati ketika melakukannya."

"Yeah. Aku akan segera kembali. Seragamku perlu kuganti dengan baju rumah."

Vivian segera beranjak dari dapur dan melangkah menuju kamar tidur, lalu ia cepat-cepat mengganti seragam sekolah. Baju oblong warna kuning bergambar earphone lalu celana kain selutut berwarna hitam. Vivian kembali menuju dapur dengan senyum senang setelah mengganti pakaian.

Baru saja sampai di dapur dan Trisha baru saja mengeluarkan kue cokelat dari oven dan meletakkannya ke meja keramik di seberang. Vivian meneguk ludah ketika membau aroma kue yang ia yakin sangat enak dimakan nanti.

"Wow! Kuenya menggembang sempurna!" seru Vivian riang.

"Sekarang silahkan Nona hiasi." Trisha berkata lalu membuka ruang untuk mempersilahkan Vivian menghiasi kue yang telah masak.

Vivian berhati-hati memutar butter cream putih kue cokelat.

'Sedikit lagi. Ya, lagi.' Vivian menahan senyum dan bergumam dalam hati. Vivian tahu butter cream adalah vanila-aroma vanilanya segar menyeruak ke udara sekitar. Setelah itu Vivian mengambil storberi yang terpotong beberapa bagian lalu stik cokelat wafer. Ia meletakan dua toping itu di atas kue dengan sudut pandang yang cantik.

Vivian menepuk tangan dengan senyum, bahagia seperti seorang anak kecil yang berhasil menyusun mainan Jigsaw puzzle.

"Selesai!" seru Vivian.

"Sangat cantik, Nona."

Trisha memberikan pujian pada Vivian. Kue cokelat dengan beberapa toping stoberi lalu stik cokelat wafer terlihat menarik dan menggugah selera makan orang-orang. Sekilas itu Vivian merasa senang juga dipuji Trisha. Kemampuan memasak ia seolah-olah naik satu level lagi.

"Aku akan memontret lalu mengirimnya kepada seseorang. Dia juga menyukai kue cokelat."

Vivian mengambil ponsel di saku belakang lalu berancang-ancang mengambil posisi pandangan memotret kue tersebut.

Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang