BAB 31

3K 71 3
                                    

Sudah tiga hari dan Jasmine masih saja memikirkan bisikan maaf itu saat di pesta Nancy. Jasmine mengembuskan napas panjang. Ia yakin bisikan itu dari seseorang.

Lama kemudian Jasmine bangkit dari tempat duduk yang berada di balkon, lalu berjalan menuju lemari pakaian untuk mengambil jubah tebal berbulu dan memakainya. Saat ini sedang musim dingin. Jasmine keluar dari hotel dan pergi menuju kafe seberang jalan.

Sedikitnya pengunjung kafe memungkinkah bahwa istirahat atau bersantai lebih tepatnya di rumah bukan di luar rumah. Tapi Jasmine memilih menghabiskan waktu musim dingin hari ini di kafe dan segelas minuman hangat. Kedua bola mata Jasmine berlirik ke kaca jendela kafe, sesekali Jasmine menyeruput cokelat hangat yang tiba-tiba diinginkannya.

Sebuah senyum singkat terbentuk di bibir Jasmine, tiba-tiba ia melupakan keluarganya di Indonesia, memilih liburan di Barcelona. Di trotoar luar kafe, ia melihat seorang perempuan bergandengan tangan dengan seorang anak., memmbuat ia merasa bersalah pada keluarganya di Indonesia, terutama anak perempuannya.

Setelah selesai menikmati minuman di kafe seberang jalan dari hotel, Jasmine memanggil taksi dan memberi tahukan ke sopir tempat ingin ia tuju, itu adalah supermarket untuk menyetok isi kulkas hotel.

Setelah membayar biaya taksi dan turun, Jasmine masuk ke dalam supermarket di pusat kota Barcelona.

Pertama, Jasmine menelusuri rak tempat makanan dan mengambil beberapa makanan instan. Terakhir Jasmine menuju tempat minuman. Jasmine mengulurkan tangan mengambil minuman soda variasi berbeda-beda, jumlah minuman dibutuhkan Jasmine adalah 15 botol soda dan tangan Jasmine mengarah untuk mengambil soda ke delapan. Namuan tiba-tiba tangan seseorang menimbali tangan Jasmine. Jasmine menoleh. Kerutan di dahi Jasmine mengukir melihat bahwa pemilik tangan itu adalah seorang pria yang sangat mirip dengan seseorang pria menyebalkan Jasmine kenal. Hanya saja pria ini dan pria itu mempunyai tanda identik diri yang berbeda. Pria ini mempunya tahi lalat di jidat tepatnya sebelah kiri, sedangkan pria di masa lalu yang menyebalkan mempunyai tahi lalat di dagu sebelah kanan.

"Maaf."

"Kau ingin mengambil minuman soda ini?" tanya Jasmine kepada pria itu. Aksen Sisilia tiba-tiba keluar begitu saja dari mulut Jasmine.

"Ya. Tapi, sepertinya kau yang menginginkan minuman itu."

Jasmine tersenyum tipis beberapa saat. "Setoknya masih banyak. Aku bisa mengambil yang lain."

"Trims."

Jasmine melirik singkat. Perasaan ingin tahu sesuatu pria itu dalam diri Jasmine tiba-tiba terdorong. Jasmine mulai berkata, "Omong-omong kau sudah berapa lama ada di supermarket ini? Kau datang sendiri?"

Pria itu menoleh dengan memegang kaleng beberapa detik mereka minati.

"Sekitar satu menit lalu. Aku datang bersama teman-temanku, mereka baru saja pulang setelah kami makan bersama di restoran lantai lima dan tiba-tiba aku ingin membeli minuman soda favoritku. Ini maksudku." Pria itu tersenyum memukau sambil mengangkat soda kaleng. Jasmine mengedikan bahu.

"Oh. Bagaimana kabar Adelle, Louis?"

"Dia baik-baik saja. Tempo lalu saat bertemu denganmu, Mommy tidak berhenti berbicara tentangmu. Astaga ... aku sudah bosan mendengar Mom terus membicarakan tentangmu."

Jasmine terkekeh pelan mendengar Louis mengatakan Adelle terlalu banyak menceritakan tentang ia entah sepanjang waktu berapa.

"Aku harus pergi ke kasir. Belanjaanku sudah terpenuhi."

"Kita pergi ke kasir bersama saja. Lagi pula aku hanya membeli satu minuman."

Jasmine dan Louis memutar arah dan berjalan menuju kasir.

Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang