BAB 14

3.7K 105 1
                                    

Pemanasan global!

Setelah berganti pakaian, Vivian yang diberikan pakaian oleh Lonza yang sedikit besar, memerhatikan diri sendiri, badan kecil Vivian terlihay membungkus tubuh kecil perempuan itu. Vivian memejamkan mata. Sekarang ini ia tidak harus proses kepada Lonza karena memberikan pakaian besar.

Vivian berjalan menuju nakas menyimpan pengering rambut. Seraya mengeringkan rambut, Vivian menghirup aroma kamar Lonza yang menyebar kemana-mana.

Wangi kamar tidur Lonza beraroma madu dan kayu manis, membuat psikis orang tenang termasuk Vivian. Senyum segaris terbentuk di bibir Vivian, memerhatikan setiap barang dalam kamar tidur Lonza selama semenit, hal itu hanya sekali saja ia akan lakukan-bukanlah sesuatu terlarang melihat-lihat sebagaimana bagusnya kamar tidur orang, ia juga yakin bahwa Lonza tak akan keberatan terhadap hal tersebut.


Tahu tidak bisa terlalu lama di dalam kamar tidur Lonza, Vivian bergegas mengambil langkah keluar dari kamar tidur Lonza. Seperti dikatakan Lonza tadi, jika sudah selesai; tunggulah di sofa. Vivian melakukannya dan bermain permainan di ponsel pintar sembari menunggu Lonza seelsai, selama du memenangkan permainan di ponsel itu, Vivian menaruh ponsel ke meja, deti berikut adalah suatu barang tak sengaja ditatap mata Vivian dan itu menarik perhatian Vivian. Permainan konsol di laci bawah sebelah TV adalah suatu barang sangat akrab Vivian tahu. Tiba-tiba ide melintas dalam pikiran Vivian. Mengajak Lonza bermain permainan konsol bersama tak ada salahnya dan seulas senyum bahagia terbentuk di bibir Vivian.

Lonza datang bersama nampan terdapat dua minuman bercangkir dan kue brownies.

"Maaf sudah membuatmu menunggu. Tadi aku lagi ke dapur mengambil makanan untuk kita."

Lonza berkata seraya meletakkan nampan ke atas meja berhadapan dengan sofa.

"Tidak apa-apa, santai saja. Minuman satunya apa punyaku?"

Lonza mengangguk pelan. "Iya. Di minum. Masih hangat."

Mata Vivian bergerak melihat minuman dibawakan Lonza. "Cokelat panas? Pesan atau buat sendiri?"

"Aku buat. Lagi pula kalau menorder pesan jasa makanan, justru akan sampai ke sini sudah dingin."

Vivian beroriah.

"Lonza, mainan konsolmu masih bisa digunakan?"

"Bisa. Mau main?"

Lonza seperti dapat menebak isi pikiran Vivian.

Vivian tersenyum lebar lalu mengangguk. "Apa dibolehkan?"

"Kau tahu perintah setiap tombol permainan konsol?"

Vivian sedikit tersentak merasa telah diremehkan. Menaruh cangkir ke atas meja beralih menatap Lonza dengan menyipitkan mata, Vivian segera berkata dengan guratan tak suka, "Ini yang aku tidak suka dari pria. Selalu memandang perempuan dengan remeh tanpa tau lebih dulu kalau dia bisa saja tahu apa yang pria tersebut remehkan."

Lonza menyeringai.

"Aku tidak meremehkan dirimu, Vivian. Yah, kau tahu sendiri bahwa perempuan pada umum hanya bisa berdandan dan berbelanja. Mana ada waktu bermain konsol."

Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang