BAB 7

9.1K 202 0
                                    

Setelah selesai makan malam, Vivian beranjak ke kamar tidur. Vivian mengambil earphone dan memasangkannya ke telinga. Salah satu lagu favorit berputar, sebuah album koleksi Paramore banyak tersimpan dalam ponsel Vivian.

Last Hope
It's just a spark but it's enough to keep me going
And when it's dark out and no one's around it keeps glowing.

And the salt in my wounds isn't burning anymore than it used to
It's not that I don't feel the pain it's just I'm not afraid of hurting anymore
And the blood of these veins isn't pumping any less than it ever has
And that's the hope I have the only thing I know that's keeping me alive
Alive.

Gonna let it happen, gonna let it happen
Gonna let it happen, gonna let it happen
Gonna let it happen, gonna let it happen
Gonna let it happen, gonna let it happen.

Harapan Terakhir
Memang ini cuma percikan tapi itu cukup untuk membuatku terus melangkah
Dan saat di luar gelap, tak ada orang lain percikan ini terus bersinar

Dan garam di lukaku
Tak lagi membakar seperti dulu
Bukan karena tak kurasakan sakitnya
Tapi karena aku tak lagi takut terluka
Dan darah di nadi ini
Tak terpompa lebih sedikit dari biasanya
Dan harapan lah yang kupunya
Satu-satunya yang kutahu yang membuatku terus hidup
Hidup

Harus biarkan itu terjadi
Harus biarkan itu terjadi
Harus biarkan itu terjadi
Harus biarkan itu terjadi

Ketika dalam perasaan terluka, Vivian selalu memutar lagu ini.

Berat mata Vivian perlahan mulai membuatnya kantuk. Ia menutup matanya. Tentu saja masig terdengar nyanyian lagu dari Paramore dan pelan-pelan mulai terdengar jauh.

Kini sudah gelap. Semuanya sekarang sudah gelap. Vivian dengan wajah polos tanpa balutan riasan wajah telah tertidur memulas seperti janin.

Gemericik suara air terdengar deras melalui atap rumah. Dedaunan dari pepohonan di luar terbang dibawa angin. Sekali lagi bunyi petir berbunyi sangat nyaring.

Garis kerutan samar-samar mulai terlihat, mata yang terpejam mulai bergerak. Saraf tangan perlahan meminta gerakkan. Impuls kesadaran mulai terbangun. Mata berwarna cokelat terang indah itu mulai terbuka.

Dua menit kemudian.

Kesadaran itu sepenuhnya sudah terbangun dan Vivian pemilik mata cokelat terang mengubah posisi tidur ke posisi duduk. Ia mendapatkan pandangan gelap.

Di luar jendela, air hujan memantul memancar ke kaca jendela.

"Di luar hujan."

Kaki cantik Vivian turun ke lantai dan mulailah ia menginjak lantai marmer. Bunyi dari langkah kaki terdengar pelan dan lembut.

Sudah biasa melihat keadaan rumah sepi setiap hari. Aktivitas para pelayan sudah tidak terdengar. Berdasar firasat belaka bahwa sekarang adalah pukul dini hari, Vivian terus melangkah menuruni tangga.

Di dapur dengan lampu yang telah dinyalakan, meja terbuat dari batu ubin dan terdapat 4 toples kaca berdekatan di atas, menjadi salah satu objek Vivian. Mengulurkan tangan, Vivian mengambil salah satu toples kaca tersebut.

Vivian bergerak ke tempat bergantungnya beberapa panci. Mengisi air secukupnya ke dalam wabah panci, menaruh panji itu ke atas kompor setelah itu menyalakan kompor gas yang berada di belakangnya. Air di dalam wabah panci tak lama mematang, Vivian mematikan kompor dan air di panci dituangkan ke dalam cangkir keramik putih.

Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang