BAB 48

3.1K 83 16
                                    

_______________________

Payah, hari-hari yang dulu penuh aktivitas kerja yang energi membuat Jason harus membatasinya. Jason mendesah gusar.

Di dalam rumah Jason lebih banyak melakukan aktivitas seorang pengangguran.

Sekarang Jason hanya dapat memeriksa saja beberapa laporan yang di kirim sang Sekretaris di surel. Menganalisis laporan itu butuh waktu berjam-jam, sementara Trisha mengawasinya sekali-kali. Jason mendengus.

Surel berikutnya, Jason membukanya lalu membaca dengan teliti. Kacamata yang bertengger di bawah hidung menjadi alat pelindung dari radiasi layar monitor komputer. Salah satu tangan Jason menepong dagu seraya mengulir isi surel-ada salah satu undangan rapat dengan dua petinggi di pemerintah mengundang Jason, tapi sepertinya Jason tidak bisa berjumpa dengan mereka.

Surel baru telah masuk, Jason mengernyitkan alis. "Surel Paman Tommy," gumam Jason membaca nama pengerimnya. Jason langsung membuka isi surel itu dan kemudian membacanya.

Kepada: Jason York
Dari: Tommy York
Keponakanku sayang, Jason.

Kuharap kau ingat tanggal mendiang kepergian Rihanna. Pulanglah ke rumah di Berlin. Keluargamu di sini merindukanmu. Ajaklah Jasmine dan Vivian.

Pesan yang tidak memanjang itu membuat Jason sedih. Jika tidak ada surel dari sang Paman, Jason akan lupa tentang Rihanna. Ini sudah berahun lamanya. Jason tersenyum miris memikirkan bagaimana nasibnya jika tidak ada sang Paman, mungkin jadi seorang gelandangan yang malang di kota Berlin.

Tangan kanan Jason bergerak menuju laci meja di sebelah. Ddalam laci itu tersimpan album foto dengan ukuran medium. Jason mengeluarkan album itu.

Pertama muncul adalah foto seorang perempuan sedang duduk di kursi menghadap jendela. Salah satu tangan perempuan itu mengusap perut yang membesar. Senyum tulus dan bahagia memancar bersama dari tatapan perempuan itu yang memandangi perut membesar.

"Maafkan aku yang hampir melupakanmu." Jason berkata dengan senyum sedih dan menatap berkaca-kaca pada perempuan dalam foto itu. "Dan maaf, sepertinya aku sudah gagal menjaga Vivian, cucumu. Di atas langit, pasti kau sedang marah padaku yang tidak baik membahagiakan keluargaku sendiri." Jason tidak ingat kapan terakhir kali dirinya melihat foto perempuan itu yang tersenyum cantik dalam foto itu. Jason mendesis, orang suruhan mencari Vivian sampai sekarang belum menghubunginya. Bahkan detektif dibayar berjuta pun belum mengabari satu berita.

Ketukan pintu membuat Jason terkesiap. Ia langsung mengusap air mata yang keluar beberapa saat yang lalu.

"Mattew, ada apa?" tanya Jason langsung.

"Nyonya Jasmine sudah pulang, Tuan," ucap Mattew. Di seberang, Jason langsung bangkit dari duduk dan Mattew cepat-cepat juga menambahkan, "Tapi Nyonya datang bersama seorang pria."

Jason mengernyit.

"Siapa nama pria itu?"

"Saya belum menanyakannya, Tuan. Nyonya langsung menyuruh saya untuk mengundang Tuan turun ke bawah, di ruang tengah."

Mattew ingin tahu juga nama pria itu. Dari menampil pria itu, Mattew mengamati dan menyimpulkan sementara, bahwa sepertinya pria itu bukan orang biasa.

Jason melangkah lebar dan pergi menuju tempat yang Jasmine sampaikan.

Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang