Kedua mata Jason sangat berat terbuka. Dering ponsel terus berbunyi. Jason bangun dari posisi tidur lalu mengadaptasikan pandangan pada lingkungan sekitar. Masih di dalam kamar. Gelap. Jason menyalakan lampu di nakas dari ranjang bagian kanan.
Pendingin ruangan masih terasa dingin. Meski Jason kini setengah telanjang dada Jason tidak merasakan dingin.
Pertama kali Jason perhatikan adalah jam. Pukul 9 malam, Jason mendesah pendek. Beralih melihat kontak yang menelepon. Tak ada nama, hanya ada nomor.
Jason mengernyit. "Ini bukan nomor Indonesia."
Jason segera panggilan itu.
Di seberang menyahut. "Halo, Jason."
Jason memijat kening. Suara sang penelepon tak akan Jason lupakan. "Ada apa meneleponku malam-malam dengan panggilan internasional?"
"Kau ternyata masih ingat suaraku. Ahahaha."
Suara di seberang sana menyahut dengan tertawa. Kelagar penelepon membuat Jason geram.
"Ini sudah malam. Apa yang kau inginkan dariku, Paman Julis?" tanya Jason parau.
"Oh, ayolah Jason, jangan berkata kejam. Suaramu seperti menghakimiku," kata Julis, di seberang helaan napas pendek laki-laki itu terdengar.
"Langsung ke poin pembicaraan. Atau aku tutup panggilan sialanmu ini," geram Jason.
"Kau seperti Rihanna, tidak sabaran. Inilah yang menjadikan kehidupannya cepat berpulang ke alam lain." Julis mengatakan dengan nada datar.
"Sialan! Keparat kau bedebah! Jangan bawa-bawa nama Ibuku!" hardik Jason. Mata Jason memerah, bara emosi di dadanya memuncak.
"Hei! Aku hanya berbicara yang sesungguhnya."
"Diam! Jangan bawa-bawa Ibuku. Aku akan membuatmu dan saudarimu itu membayar utang kalian. Camkan kata-kataku itu di dalam kepala sialanmu." Jason mengatakannya dengan tegas.
"Wow! Ini bukan dirimu, Nak. Tommy mengajarimu berkurang ajar pada keluargamu? Baiklah, aku tidak ingin berbasa-basi, biaya panggilan Internasional sangat mahal." Julis berkomentar sarkastis. "Aku akan mengambil kembali perusahaan serta kekayaan keluarga York. Kau tahu. Ayah sialanku-dia mungkin memberikan kekayaannya padamu karena kau adalah keturunan laki-laki dari anak pertamnya di keluarga York. Tetapi kau tidak memiliki keturunan-maksudku Vivian anak perempuanmu, bukan dia yang dapat kau berikan harta tersebut, harus keturunan laki-laki, bukankah begitu Jason?"
"Persetan dengan persyaratan kekayaan itu. Aku tetap pemegang kekayaan ini. Kau keparat sialan, tak akan bisa menggambilnya dariku!" Jason mengepalkan tangan kanan dengan kuat dan genggaman tangan kiri pada ponsel terikut teremas kuat.
"Kau hanya seorang anak yang tak tahu siapa Ayahmu. Ingat posisimu di keluarga York. Aku bisa mengambil kekayaan keluarga York, darah keluarga York berada dalam nadiku. Ya ... karena kau juga memilikinya," tekan Julis pada Jason.
Sebelum ponsel itu hancur, tanpa banyak kata, Jason menutup panggilan dari sang Paman.
Jason mengambil kemeja dan celana jin dari lemari, lalu memakainya cepat.
Jason mengambil kunci mobil yang tergeletak di meja dan ponsel serta rokok yang tidak Jason lupakan. Jason melangkah keluar dari kamar tidur. Tujuan Jason malam ini adalah kelab malam. Ia menjadi kacau dan marah mengingat percakapan dengan Julis, yang merupakan sang Paman keduanya.
Jason melangkah lebar dan sangat terburu-buru. Tiba-tiba ia menabrak sesuatu. Bunyi benda jatuh terdengar dan air panas dari benda itu tumpah ke tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPT
RomanceNSFW - [D28+] [√ SELESAI] [DDLG PROJECT OF PURE TABOO] VOLUME (1). Behind Forbidden Love © 2019, Ennvelys Dover, All right reserved. Cover Ilustration & Designer: Ennvelys Dover Logo Illustration & Designer: MPH/MDee ...