BAB 71

3.9K 97 31
                                    

A/n:
Pemanasan global!

Babak yang belum berakhir seakhir-akhirnya :')

Jason menangis-nangis sejadi-jadinya di depan kamar Ennve :'D balikkin cahayanya, katanya gitu (Enggak ngerti maksudnya apa sih?)

Omong-omong page sebelumnya, mengenai beban. Kalian pasti mengerti :') kisah manusia kalau datar-datar terus enggak baik harus ada beban biar apa ...
(Ennve mengganggap kalian mengerti dan bisa tahu jawabannya, yah)

Terima kasih yang telah membaca sejauh ini!

Selamat membaca :)

_______________________

Lonza baru saja selesai membersihkan kandang kuda yang berukuran setapak di belakang rumah. Lalu Lonza memberi makan dua ekor kuda jantan itu.

Lonza menyeka keringan pada dahi, lelahnya terbayar. Dua kuda miliknya memakan lahap makanan tersebut.

Setelah itu Lonza keluar dari kandang kuda dan menutup pintu kandang itu. Selanjutnya yang Lonza lakukan adalah mandi. Matahari sore mulai terbenam ketika Lonza menengadahkan kepala ke atas menatap langit.

Air pada pancuran itu mengalir sangat menyegarkan. Lonza menikmati air tersebut, sampo yang digunakannya berbusa lebat aroma teh menyeruak di udara sekitar. Sabun herbal pun ikut menyatu dengan aroma bau teh pada sampo yang Lonza gunakan.

Lonza mematikan pancuran air itu setelah selesai mandi lalu memakai handuk kimono berwarna abu-abu.

Pakaian yang Lonza pilih adalah kasual. Baju merah berlengan pendek, lalu jelana jin abu-abu, tetangga di sebelah mengundang Lonza untuk makan bersama-mereka membuat pesta kecil atas kelahiran seorang bayi perempuan.

Lonza bersiul riang sembari membuka pintu rumah.

Sangat terkejut-punggung Lonza menegang seketika dan selangkah termundur ke belakang. "Vivian?"

"Lonza."

"Kau kembali? Aku sangat kaget kau tahu." Lonza hendak ingin melepaskan pelukan Vivian, namun gadis itu tidak ingin melepaskannya.

"Maafkan aku," kata Vivian, berlirih membalas ucapan Lonza.

"Apa sesuatu terjadi padamu?" tanya Lonza. Vivian belum memberikan jawaban.

Lonza menatap pada sosok yang datang bersama Vivian. "Tannia apa yang terjadi pada kalian?"

"Vivian yang akan menjelaskannya padamu. Aku mohon berbicaralah dengan kepala dingin. Aku pamit, jika butuh sesuatu segera hubungi aku." Tannia kemudian melangkah pergi dan masuk ke dalam taksi.

"Vivian kita masuk ke dalam rumah dulu, dan berbicara di dalam. Tetangga akan bertanya-tanya melihat kau dan aku berpeluk lama di sini." Lonza berucap lembut sembari mengelus singkat rambut kepala Vivian.

Vivian mengangguk dan melepaskan pelukan Lonza.

Lonza memandang dengan senyum lembut yang menampil pada bibir dan menggenggam tangan Vivian lalu membimbing masuk ke dalam rumah dan berakhir di ruang tengah. Mereka duduk di sofa panjang berwarna cokelat, ada tape hitam di meja depan dari mereka.

"Aku akan mendengar apa pun yang kau ingin katakan, Viv." Lonza masih menggenggam tangan Vivian.

Genggaman tangan Lonza hendak ingin Vivian lepaskan, tetapi pria itu menahannya. Lonza bersabar menunggu Vivian.

Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang