BAB 69

2.8K 85 11
                                    

Suara hujan di atap rumah terdengar deras. Bulir hujan memantul pada jendela dan di sebuah rumah besar, suatu lampu dari suatu kamar tidur masih menyala terang. Di dalam kamar kedap suara, terdengar suara seorang gadis sedang memberontak. Tangan gadis muda itu memukul dan berusaha mendorong jauh sekuat mungkin tubuh seorang laki-laki yang menindihnya.

"Dad! Menyingkir dari atasku."

"Diam, Vivian." Jason menahan kuat pergelangan tangan Vivian. Berusaha berlaku baik pada Vivian. Lalu kemudian Jason menatap lekat-lekat garis wajah Vivian. "Vivian berhenti meronta. Daddy berjanji tidak akan kasar ketika melakukannya."

"Sialan! Menyingkir kubilang. Kau gila, Dad!" ucap Vivian tajam.

Jason menyeringai miring. "Kau yang membuat Dad seperti ini. Sialan! Napasmu sangat membuat Dad semakin hilang kewarasan, Viv."

"Menyingkir dariku, sialan! Menyingkir kubilang!" bentak Vivian. Jason terhenyak.

"Vivian diam! Hanya malam ini. Kali ini saja. Setelahnya tidak. Dad berjanji Vivian." Jason menjadi gelap mata, kelopak matanya menatap sayu kepada Vivian.

"Sinting! Aku tidak mau! Cari saja orang lain." Vivian berkeras. Memeronta dan seprei ranjang tidur teracak-acak.

Jason menggeletukkan gigi. "Tidak! Dad hanya menginginkanmu. Sialan! Mengertilah, Viv. Demi Tuhan ini sangat menyiksa."

"Persetan! Menyingkir dariku, sialan! Kau sin—" Vivian membentak lagi di depan wajah Jason.

Tanpa berkata banyak, Jason melumat bibir Vivian, mengaitkan bibir mereka penuh sesual yang dalam. Jason tidak peduli bahwa dirinya begitu menuntut ciuman panas itu. Bibir seksi Vivian yang kenyal sangat menggoda dari tatapan Jason.

Jason memaksakan lidanya masuk ke dalam mulut Vivian, menggoda berlilit bersama. Vivian keras kepala, namun Jason tidak peduli, Jason terus memaksakan hasratnya menggoda Vivian.

Malam kemarin, Jason masih mengingatnya. Vivian membalas ciuman panas itu.

Jason melumat bibir Vivian tanpa henti seperti malam kemarin. Mendesak bibir Vivian.

Kali ini, persis yang Jason pikirkan. Ciuman panas mengantarkan Vivian membalas lidah di dalam sana. Jason terus mencium Vivian. Keduanya telah menyatuh. Ciuman mereka memanas dan dalam. Jason hanya mengimprovisasi saja cara ciuman itu.

Mata Vivian menyayu. Pipi gadis itu memerah.

Panas menjalari tubuh Jason. Pagutan ciuman memanas itu terlepas. Kini Jason beralih ke leher Vivian. Mencecap dan menggigit. Jason melepaskan paksa piyama tidur Vivian bagian atas dan turunkannya. Menyisihkan pakaian dalam berwarna biru berenda yang menutup payudara Vivian.

Tak ada suara dari Vivian yang terdengar. Cepat-cepat Jason melepaskan kemeja. Vivian terengah. Jason kembali mencium bibir Vivian, melumatnya penuh hasrat. Tangan Jason memaksa merobek pakaian dalam yang menutup kedua buah dada Vivian.

"Apa yang kau lakukan—"

"Diam Vivian. Piama sialan ini menyiksa kebebasan kita." Jason memotong cepat perkataan Vivian.

Vivian hendak memeronta kembali. "Hentikan. Ini gila."

Vivian mendorong keras tubuh Jason.

Kini dua bagian atas itu terlihat. Jason menyeringai. Satu tangannya mengarah pada dua bongkahan daging kekenyalan: dada Vivian. Jason memerah satu bongkahan daging kenyal itu dengan pelan. Jason berhenti memujakan cecapannya di leher mulus Vivian. Jason beralih pada salah satu bongkahan daging kenyal di dada Vivian. Jason melahap seperti orang kelaparan hingga menyentuh bagian ujung bongkahan daging kenyal tersebut. Satu tangannya masih aktif memerah. Masih tidak terdengar suara Vivian, hanya ada gerakan tampak gelisah dari Vivian.

Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang