BAB 40

2.4K 64 3
                                    

Vivian ingin pergi mengunjungi London dan itu akan terjadi beberapa jam nanti.

"Lonza, aku tidak yakin dengan rencanamu ini." Vivian menjawab pelan dan menatap Lonza dengan ragu setelah melihat beberapa bangunan yang dilewati taksi. Tak ada kartu identitas di tangan Vivian. Bagaimana mereka akan melewati penjaga keamanan yang memeriksa tiket dan identitas?

"Tentang apa?" tanya Lonza.

"Pergi ke London." Vivian menatap Lonza dengan ragu lagi. "Kau tahu aku kabur dari rumah. Aku meninggalkan semua kartu identitasku di rumah. Bagaimana kita bisa melewati petugas pemeriksaan?"

"Aku menyuruh Clarissa untuk membatalkan reservasi tiket kita."

"Lalu transportasi apa akan kita naiki menuju ke London?"

"Jet pribadiku. Setelah kau memberi tahu aku bahwa kau kabur dari rumah, aku mengubah rencana aku tentang kita naik pesawat VIP sebelumnya. Aku menelepon Cla, meminta dia menyiapkan jet pribadiku dengan dua pilot dan dua kepala pelayan." Lonza kemudian melihat sejenak jam tangan yang melingkari tangan pria. "Mungkin sekarang mereka sedang menunggu kita."

"Aku baru tahu kau kaya-lalu di mana jet pribadimu?"

"Di atap rumah Cla."

"Omong-omong Lonza, sudah berapa banyak negara kau kunjungi?"

Lonza mengelus dagunya tampak berpikir. Senyum Lonza terpancar sesaat. Pria itu berkata, "Sekitar tujuh negara."

"Wow! Negara apa?"

"Brasil, Rusia, Jepang, Amerika, Australia, Cina, dan Arab." Lonza tampak santai menyebut nama-nama negara tersebut.

"Apa yang kau lakukan di Arab?"

"Salah satu perusahaan iklan di Arab yang memproduksi pakaian panjang-um, maksud aku pakaian yang dipakai orang Arab-perusahaan itu ingin aku menjadi model pakaian mereka."

"Wow. Aku ingin melihat bagaimana penampilanmu dalam pakaian Arab."

"Akan kucari fotonya nanti. Omong-omong aku terlihat sangat tampan. Kau harus melihatnya."

"Benarkah? Aku agak tidak yakin."

Butuh lebih dari satu jam menuju rumah Clarissa. Lonza dan Vivian sampai di depan gerbang pagar rumah Clarissa. Petugas penjaga gerbang membuka gerbang.

"Wow! Lonza, apakah ini benar-benar rumah Clarissa?"

Vivian menatap takjub rumah Clarissa yang memiliki tingkat kelas orang kaya dari dalam taksi.

"Tentu saja."

Sopir taksi membukakan pintu untuk Vivian dan Lonza.

Vivian masih menatap rumah Clarissa dengan ekspresi takjub.

Lonza memberikan uang kepada sopir taksi setelah menurunkan 2 koper dari bagasi.

Pintu rumah tinggi berwarna putih terbuka, seseorang dari dalam keluar dan berjalan menuju Lonza dan Vivian.

Vivian menggandeng lengan Lonza dan berbisik, "Di mana Clarissa?"

Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang