BAB 35

2.6K 58 1
                                    

Trisha membantu Jasmine merawat berbagai bunga di taman belakang dan melihat beberapa kali pada sang Nyonya yang terlihat piawai bertani.

"Nyonya, apa ada lagi jenis bunga ingin Nyonya tanam?" Trisha menyahut kepada Jasmine setelah menanam bunga terakhir.

Jasmine mengebaskan tangannya sembari melihat hasil kerja Trisha. "Tidak ada. Trisha, terima kasih."

"Sama-sama, Nyonya."

"Kau sudah bisa masuk ke dalam villa. Biarkan aku yang menyiram bunga telah selesai kita tanam."

Trisha mengangguk dan mulai berjalan meninggalkan Jasmine di taman belakang.

"Tuan." Trisha baru saja masuk ke dalam villa dan tiba-tiba dia dikejutkan kedatangan sesosok pria.

Jasmine terkejut mendengar suara Trisha. Di sana, jarak yang tak jauh, seorang pria berdiri dengan senyum lebar di pilar samping pintu masuk ke rumah.

"Jason!?" suara Jasmine hampir meninggi.

Setelah berbicara singkat dengan Trisha, Jason melangkah menuju tempat Jasmine.

"Ini, kan, belum genap sepekan? Kenapa tiba-tiba kau sudah kembali?" tanya Jasmine kepada Jason.

"Karena aku terlalu pintar mengurus segala pekerjaanku." Jason berkata membalas Jasmine. Pria itu tersenyum. "Kau sedang melakukan apa?"

"Hm, bertani." Jasmine terkekeh kecil.

Jason mengusap lembut wajah Jasmine lalu pria itu mengecup dahi Jasmine sedikit lama, "Aku sangat merindukanmu."

"Aku juga merindukanmu. Jasmine berkata membalas Jasmine namun Jasmine tidak bisa menyentuh Jason, kedua tangannya penuh oleh tanah hasil bunga-bunga yang ditanam tadi.

"Kemarihkan tanganmu," kata Jason. Tak mengerti dengan ucapan Jason, Jasmine mengarahkan tangan kanan ke Jason.

"Gelang?" Jasmine bertanya sembari memerhatikan Jason memasangkan gelang tangan bewarna emas dan berbandul bunga teratai putih sebagai hiasan utama dari gelang itu.

"Aku membelinya di Mesir. Gelang seperti ini memiliki cerita legenda di negara Piramida yang aku datangi."

Jason tersenyum lembut menatap gelang di pergelangan tangan Jasmine.

"Benarkah?"

"Apa kau pernah membaca sejarah Firaun dan sesosok wanita sangat di cintainya, hingga para selirnya tidak dilirik dengan mesra lagi?"

"Oh, aku pernah membaca kisah Firaun yang kau maksud. Lalu apa hubungannya dengan gelang yang kau berikan ini?"

"Teratainya."

Jasmine mengernyit, "Aku masih tidak mengerti, Jason. Pengetahuanku tentang sejarah kurang."

Dengan senyum lembut Jason mengusap puncak kepala Jasmine dan pria itu pelan berkata kepada Jasmine, "Sepertinya ini akan menjadi cerita panjang."

Jasmine menyahut menjawab, "Tak apa. Aku akan mendengarnya dengan serius."

Jason memulai bercerita, "Bunga Teratai, bunga yang memerlukan lumpur dan air untuk tumbuh dan berkembang- akan tetapi tidak akan tenggelam ke dalamnya. Bunga teratai hidup di atas air yang tenang dan kotor, di mana banyak serangga dan sumber penyakit hidup. Daunnya yang besar terapung di atas air dan seringkali dijadikan tempat loncatan katak. Dengan kondisi sedemikian kotornya, orang akan menganggap bunga teratai sebagai bunga yang tidak berharga dan kotor, yang tidak pantas untuk diraih karena demikian kotornya tempat ia hidup."

"Kau seperti menjelaskan tentang filosofi dari bunga teratai."

"Dengan kau mendengarkan tentang arti bunga teratai, itu akan jadi tabungan pemahamanmu tentang sejarah, Jasmine"

"Yah, yah, yah, Jason."

Jasmine menjawab ketus perkataan Jason.

Jason melanjutkan cerita teratai, "Akan tetapi, bertolak belakang dengan kenyataannya, bunga teratai tetap tampil dengan keanggunan bunganya yang sangat menawan bagi yang melihatnya. Bunga teratai hidup penuh keindahan dan kebersihan tanpa dipengaruhi oleh lingkungannya yang kotor. Betapapun kotornya tempat bunga teratai hidup, tapi keindahannya tetap terjaga dengan baik bahkan menambah keindahan bagi lingkungan di sekitarnya."

Jasmine mendengar saksama. Kemudian Jasmine dan Jason berjalan bersama masuk dalam vila.

Suara Jason masih terdengar. Di arah jam 11 ada wastafel yang tidak jauh. Jasmine menuju ke arah wastafel dan mencuci tangan hingga bersih.

"Begitu juga kehidupan kita sebagai manusia. Manusia dilahirkan sebagai makhluk dengan keindahan dan kesempurnaan yang memerlukan keinginan atau hasrat untuk berkembang ke arah lebih maju, untuk mencapai harta demi pencapaian sebuah tujuan. Tanpa keduanya itu, perjalanan hidup manusia tidak akan pernah tercapai, tapi bukan lantas kita tenggelam diantara keduanya. Hasrat dan keinginan tetap kita jalani dengan kebaikan sehingga harta kita dapatkan bersumber dari kebaikan, sehingga pada akhirnya akan memberikan suatu keindahan bagi lingkungan dan alam sekitarnya seperti bunga Teratai."

Jasmine kembali mendekat pada Jason. Suara Jason tidak terdengar lagi. Cerita tentang teratai telah selesai.

"Kesimpulannya, harta yang melimpah kita dapat, tidak boleh kita sombongkan, begitu bukan?"

Kening alis Jasmine naik dan menunggu tanggapan Jason.

"Sepertinya begitu," balas Jason. "Nah, sekarang tanganmu sudah bersih. Buatkan aku secangkir kopi. Aku merindukan kopi buatanmu."

Jason kemudian mengecup singkat punggung tangan Jasmine dengan lembut.

"Aku akan membuatkannya."

Jasmine melangkah menuju dapur dan membuatkan untuk kopi Jason, setiap takaran bahan-bahannya sudah Jasmine hapal di luar kepala.

Jason menunggu Jasmine di ruang tengah sambil duduk di sofa ruang tengah. Tidak lama Jasmine datang bersama nampan terdapat sebuah gelas. Uap gelas itu tampak terlihat jelas keluar dari gelas.

"Minumnya jangan sekarang. Tunggulah beberapa menit agar menjadi hangat," kata Jasmine setelah menaruh gelas memiliki isi kopi hitam dengan air yang masih panas.

Jason mengangguk.

"Jasmine."

"Ya Jason?"

"Apa malam ini kita bisa melakukan hubungan yang tertunda?"

Jasmine terenyak beberapa saat. Ia memahami pertanyaan Jason. Pertanyaan Jason merupakan permintaan tentang hubungan suami dan isteri biasa lakukan.

Janggung Jasmine bertanya kepada Jason, "Malam ini?"

Jason mengangguk yakin.

"Ya, tentu saja kita bisa melakukannya. Tamu bulanku sudah pergi, Jason."

Jasmine yang masih terlihat canggung di sana, berusaha mengatur pikiran meski kekhawairan masih ia rasakan. Ia takut membayangkan tatapan Jason mengetahui ia tak perawan dan masalah yang terjadi di malam pesta seorang teman SMA adalah bagaimana perawannya hilang. []

_______________________

Support me with vote and comments.
Thank you ...

Salam dan peluk hangat,
Ennve.

Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang