BAB 41

2.5K 71 3
                                    

Malam hari, jam dua dini hari. Jason terbangun dari tidurnya terengah-engah. Keringat memenuhi deras pelipis pria itu.

Gigi Jason bergemertuk dalam mulut.

"Sudah berapa lama mimpi buruk itu muncul dalam tidurku?" Jason bertanya pada diri sendiri. Setelah mengusap wajah penuh frustrasi, Jason menoleh ke samping dan melihat jam di meja nakas pukul 2:00 pagi. Pandangan Jason berpindah menatap gelas dari sebelah jam. Gelas itu kosong dan tidak ada air terisi. Jason melangkah menuju dapur dan mengambil air.

Air di gelas kosong itu sekarang setengah penuh. Jason mulai menegaknya dan rasa sakit yang tidak menyenangkan tiba-tiba menggerogoti bagian dalam perut Jason. Perut Jason bergejolak dan pria itu merasa mual.

Jason memuntahkan sesuatu dalam perutnya ke luar ke wastafel dapur yang berukuran persegi kotak agak medium.

"Tidak mungkin aku sakit. Sial. Tidak sekarang." Jason menyeka sudut bibir dengan kasar setelah dibersihkan dengan air keran yang diputar dari depannya.

Jason kembali ke kamar tidur, meraih ponselnya lalu memeriksa pemberitahuan persoalan kerja yang sewaktu-waktu dapat masuk.

Kening Jason mengerut melihat 88 panggilan tak terjawab dari nama kontak Trisha.

"Sudah berapa lama aku tidak pulang?" Jason berpikir sejenak lalu menarik napas dalam-dalam. Jason kembali menatap layar ponsel. Ada pesan yang belum dibaca.

Kepada: Jason
Dari: Trisha
Pak, Nona Vivian kabur dari rumah.

Napas Jason tiba-tiba berhenti sejenak. Jason bergegas ke lemari pakaian dan meraih kemeja kasual. Ia memakai cepat-cepat celana jins yang cocok dengan warna kemeja putih. Tidak perlu menyisir rambutnya, Jason tidak peduli penampilan apa yang saat ini terbentuk. Lebih penting sekarang adalah Vivian.

Mobil Jason melaju dengan kecepatan rata-rata lebih dari 110 km/jam seperti pembalap liar di jalanan.

Gerbang pagar terbuka ketika seorang penjaga gerbang melihat mobil dan nomor plat Jason. Ban mobil dikendarai Jason berdecit dengan sekali rem saat mencapai halaman depan. Jason segera turun dari mobil dan mengambil langkah lebar.

Pintu rumah dibuka oleh seorang pelayan rumah dari dalam. Jason memandang pelayan itu dan bertanya, "Di mana Trisha?"

Suara Jason pecah dengan tatapan mata yang dingin.

"Ketua pelayan segera menuju ke sini, Tuan." Pelayan rumah menjawab pertanyaan Jason dengan menundukkan kepala dengan suara yang samar-samar takut dengan suara marah Jason.

"Tuan, selamat datang." Trisha ragu-ragu menyambut Jason. Wajah Jason tampak terlihat marah-menandakan pria itu akan meledak. Trisha begitu yakin sampai dia lupa cara bernapas.

"Trisha, katakan padaku bahwa pesan kau kirim pada nomor ponsel selularku tidak benar."

"Pesan saya kirim itu benar, Tuan." Trisha menatap Jason berupayah dengan berani.

"Kapan dia kabur?"

"Enam hari lalu dan sekarang sudah hampir seminggu, tiga hari."

Kepala Jason berdenyut-denyut. Penglihatan yang sebelumnya sangat jelas mulai memburam. Jason mengerutkan kening. Trisha maupun penglihatan di depan dan sekitar kurang jelas. Jason yakin tubuhnya baik-baik saja dan sangat sehat.

Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang