BAB 23

4K 83 0
                                    

Mataharia Sisilia, Italia hari Selasa pagi itu cerah. Suara beberbagai mesin kendaraan dan orang-orang memulai hari bekerja atau melakukan aktivitas harian terdengar.

"Jangan memilih makanan, Jasmine."

Perempuan berusia kepala tiga mengingatkan sang Anak, Jasmine.

"Tapi ... Ibu ... sudah kukatakan berapa kali bahwa aku tidak menyukai brokoli!" Jasmine masih bersikeras.

"Makan saja, Jasmine. Akhir-akhir keluarga kita susah mendapatkan makan. Ayahmu sebagai Nelayan tak cukup memenuhi kebutuhan makan kita beberapa minggu ini. Hasil tangkapan ikannya sedang menurun karena laut akhir-akhir ini tidak baik. Negera kita mengalami perubahan iklim."

"Ibu, aku tetap tidak mau makan sayur." Jasmine merengek.

"Ya Tuhan, tolong sabarkan aku."

Sang Ibu memandang ke atas beberapa saat lalu, dan kembali memandang ke arah Jasmine.

Tiba-tiba Sang Ayah datang dan mengatakan, "Besok Ayah akan membelikan makanan yang kau suka, Jasmine. Jadi habiskan makanan yang Ibumu buatkan untukmu."

Sang Ayah yang sudah berperawakan pria tua baru saja masuk ke dalam rumah dan bergabung dengan mereka di ruang makan minimalis. Tangan pria itu penuh tas berisi Ikan hasil tangkapan hari ini di laut.

Sang Ibu menggeleng, "Oh tidak, Stenly. Jangan terlalu memanjakan Jasmine."

"Biarkan saja Dolera. Dia satu-satunya anak kita. Jadi apapun mau dia, selagi aku bisa mengabulkannya kenapa tidak." Stenly kemudian mencium kening Dolera dan memberikan ikan hasil tangkapan itu kepada Dolera.

"Yea!" Jasmine berucap dengan wajah gembira.

"Terserah kalian. Pukul berapa kau akan ke sekolah, Jasmine?" tanya Dolera.

"Oh, iya itu pukul setengah sepuluh."

"Apa sekolah sedang merubah jam masuk? Bukankah biasanya sekolahmu masuknya pukul delapan pagi?"

"Tentu saja, tapi, mulai dari sekarang, sekolah sedang membuat pesta ulang tahun sekolah. Jadinya para murid bisa datang sedikit telat. Namun aturan masuknya pukul 9.30. Baiklah, aku harus segera pergi ke sekolah Ayah, Ibu."

Jasmine mencium pipi Stenly dan Dolera sebelum ke luar rumah.

Beruntung bus pagi pada pukul 08.12 masih ada. Jasmine masih bisa berangkat ke sekolah. Setiap hari Jasmine menggunakan bus sebagai sarana transportasi menuju ke sekolah.

Jasmine menghidupkan ponsel dan membuka galeri, muncul kumpulan foto mulai dari keluarga, teman dan para tetangganya. Jasmine tersenyum kecil melihat kumpulan fotonya bersama para tetangganya yang cukup eksentrik.

Tiba-tiba Jasmine hampir saja menjatuhkan ponsel satu-satunya. Bus yang Jasmine naiki mendadak merem.

Jasmine memiringkan kepala ke arah depan, dan mengernyit. Ia kini tahu penyebab bus tiba-tiba merem. Di depan ada mobil menghalangi jalan.

Pandangan Jasmine beralih ke ponsel dan melihat jam.

"Oh tidak."

Jasmine menggigit bibir dalam. Ia bisa terlambat jika bus tidak jalan. Ia mendengkus, tak ada pilihan lain. Berdiri dan berjalan lalu keluar dari bus, embusan napas gusar bentuk kekesalan Jasmine.

Mobil mewah berwarna abu-abu dengan dua orang di dalam mobil tanpa atas sedang bertengkar. Pria dan perempuan.

Jasmine mengembuskan napas dengan santai dan berdehem cukup keras.

"Pak, Nona, bisa tepikan mobil ini?"

Pria yang duduk di kursi kemudi menoleh dan mata Jasmine tidak mengedip.

'Astaga, Lucas Agnellie,'

Sekejap kaki Jasmine menjadi mati rasa untuk bergerak. []

_______________________

Support me with vote and comments.
Thank you ....

Salam dan peluk hangat,
Ennve.

Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang