Carrer de Londres, Barcelona, Spanyol.
Pergi ke tempat pemijatan untuk mereflesikan seluruh otot-otot yang merenggang tidak salah lagi kalau tempat ini yang paling tepat. Kaki Jasmine tidak salah berpijak ke tempat Spa dan Kebugaran berlokasi di Calle Londres 83, 08036 Barcelona, Spanyol; Dengan nama 9 Sentits.
Lima menit Jasmine berinteraksi dengan karyawan klinik kecantikan, membuat Jasmine tahu akan berbagai jenis fasilitas yang telah mereka tawari. Tentu saja harga pelayanan sesuai dengan bayar cukup mahal dan cocok bagi kalangan kelas atas seperti Jasmine York.
Di ruangan serba putih dan cahaya lampu yang tidak terlalu terang serta bau lilin beraroma terapi membuat segala yang ada dipikiran Jasmine menenang.
Punggung Jasmine dipijat dengan sentuhan tangan seorang wanita yang terampil melakukan pijatan.
Setelah satu jam lebih melakukan pijatan, Jasmine bangkit dan melangkah pergi ke ruangan khusus manikur. Di sana ada dua orang pelayan perempuan sedang menyiapkan segala peralatan manikur.
Kedua pelayan itu melihat Jasmine dan mempersilahkan Jasmine untuk duduk di kursi sudah disediakan sejak awal.
"Jasmine?"
Tiba-tiba suara seseorang memanggil Jasmine ketika Jasmine telah duduk di kursi berbahasan kayu.
Dari arah pintu masuk tadi Jasmine masuk, berdiri seorang perempuan dengan kulit putih pualam di sana.
Alih-alih, Jasmine mengedip seraya sedang dimanikur.
"Nancy?"
Jasmine tidak ingat pasti berapa lama ia dan Nancy tak bertemu, namun ketika di umur 14 tahun, mereka memulai pertemanan karena rumah mereka bersebelahan. Ia tidak akan lupa sosok Nancy.
Nancy melangkah ke arah Jasmine dan duduk di kursi kosong tersedia di sebelah Jasmine
"Sudah lama kita tidak bertemu. Apa kabar dirimu, Jasmine?" Nancy bertanya ramah.
"Aku baik-baik saja, Nancy. Kau sendiri bagaimana?"
"Kau melihatnya. Aku baik-baik saja."
"Omong-omong kenapa kau bisa ada di negara ini?"
"Aku menetap di Barcelona. Dan menjadi warga negara di sini. Alasannya, karena suamiku memutuskan untuk tinggal di negara ini. Kau sendiri sedang apa di negara ini?"
Jasmine mengernyit sukar. Jasmine tidak pernah melihat foto suami dari Nancy di media sosial dan Jasmine bertanya-tanya untuk hal tersebut.
"Aku liburan," kata Jasmine seraya tersenyum lembut. "Omong-omong Nancy kapan kau menikah? Aku baru tahu kau sudah menikah. Kenapa tidak mengundangku? Apa aku sudah kau lupakan begitu saja?"
Nancy tertawa kecil dan menggelengkan kepala.
"Dua tahun setelah kau menikah, aku menikah dengan seorang pria mempunyai aksen Sisilia padahal dia adalah keturuan warga negara Spanyol. Dan aku tidak bermaksud tidak memberitahumu tentang aku yang sudah menikah. Aku hanya lupa saja memberitahukan kepadamu tentang pernikahanku. Apa kau ingin melihat foto pernikahanku?"
Jasmine mengangguk senang hati. Ia tiba-tiba penasaran seperti apa wajah suami Nancy.
Layar ponsel dalam genggaman tangan Nancy menyala. Jasmine memerhatikan Nancy sedang mencari foto pernikahan.
"Ini foto kami ketika mengucapkan sumpah janji pernikahan." Nancy mengarahkan layar ponsel dengan munculnya suatu foto pernikahan dari arah belakang di balik ponsel itu. Dalam foto itu, nuansa warna dalam pernikahan Nancy hanya dua. Hitam dan putih. Sangat elegan. Saksi yang hadir cukup banyak. Lampu-lampu berwarna putih dan karpet altar menghiasi ruangan upacara pernikahan Nancy.
"Pernikahan kalian dilakukan di mana?" Jasmine bertanya.
"London."
Jasmine mengangguk, mengupayahkan tersenyum hangat untuk Nancy.
"Dan foto berikut ketika aku bertunangan. Menurutmu apa kami sangat cocok?"
Nancy bertanya tanpa malu sedikit pun kepada Jasmine. Dan sekali lagi, Jasmine mengangguk
Nancy memperlihatkan foto lain. Di sana Nancy berdiri dengan seorang pria tersenyum mesra sedang melingkarkan tangan ke pinggang Nancy.
Terdiam memandangi foto pasangan berekspresi mesra, tubuh dan kaki Jasmine terasa melemas seperti susu kental.
"K-Kalian sangat cocok sebagai suami dan isteri. Semoga kalian bisa bahagia selamanya." Jasmine berusaha mengatakan kalimat penuh kiasan penyenang hati kepada Nancy.
"Foto terakhir ini adalah Puteraku, bernama Sethian Atlas Agnellie."
Dengan senyuman manis seorang pria muda dalam foto Nancy tunjukkan di balik ponsel-mirip dia. Hidung mancung mirip punya Nancy. Warna kulit putih terturun dari Nancy. Namun rambut kepala hasil duplikat dari suami Nancy.
Senyuman bahagia diupayahkan Jasmine untuk Nancy. Kisah lama sudah bukan lagi urusan Jasmine, sekarang hidup ia jalani merupakan langkah masa depan. Dan dunia tidak berputar untuk orang di masa lalu saja, ada putar lain harus berputar untuk orang-orang di masa depan.
💍
LUXURY APARTEMEN
"Karena kau sudah pernah ke apartemenku, jadi kau tidak perlu merasa tidak enak hati, Vivian." Lonza berkata ketika sudah masuk ke dalam apartemen. Ia menyalakan sakelar lampu dan lampu-lampu menyala.
Mata Vivian bergerak mengamati keadaan dalam apartemen Lonza.
"Kau selalu membersihkan apartemenmu?" tanya Vivian ketika Lonza menaruh kunci mobil di meja panjang depan televisi.
Lonza menoleh kepada Vivian dan menjawab, "Tidak. Aku menggunakan jasa pelayan daring. Aku menggajinya ketika akhir bulan."
Kemudian Lonza melangkah menuju pintu kamar tidur untuk mengambil pakaian ganti untuk Vivian.
Lonza kembali ke tempat Vivian, setelah menemukan pakaian cocok untuk Vivian. Disodorkanlah oleh Lonza pakaian itu ke arah Vivian, "Ini. Mungkin pakaian ini akan kebesaran ketika kau pakai. Gantilah seragam sekolahmu itu dengan training dan t-shirt lalu isi seragam sekolah itu ke tas kantong sudah kuletakkan di atas pakaian ini. Ada juga handuk. Jika kau butuh pengering rambut ada di laci meja panjang dalam kamar tidurku."
Vivian menerima pakaian Lonza sodorkan. "Trims. Omong-omong di mana kamar mandinya?"
"Kau ganti pakaian di kamar tidurku saja, Vivian. Aku akan ganti pakaian di kamar mandi. Kamar tidur di sini hanya satu. Nanti setelah kau selesai dahulu, tunggu saja aku di ruang TV."
Vivian mengernyit, "Apa kau akan mandi?"
Seulas senyum nakal terbentuk di bibir Lonza. "Iya. Kenapa? Apa kau ingin ikut mandi denganku juga?"
"Tidak."
Vivian langsung pergi dari hadapan Lonza, namun ia melihat sekilas pipi Vivian merona dan itu menjadi baik.
Dengan sedikit bicara dan berekspresi dari Vivian, itu tidak masalah bagi Lonza. Setidaknya itu suatu kemajuan sebagai langkah awal membangun hubungan baik dengan Vivian yang telah melabeli ia sebagai laki-laki berengsek karena masa lalu buruk ia lakukan. []
_______________________
Support me with vote and comments.
Thank you ...Salam dan peluk hangat,
Ennve.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPT
RomanceNSFW - [D28+] [√ SELESAI] [DDLG PROJECT OF PURE TABOO] VOLUME (1). Behind Forbidden Love © 2019, Ennvelys Dover, All right reserved. Cover Ilustration & Designer: Ennvelys Dover Logo Illustration & Designer: MPH/MDee ...