BAB 15

4K 122 1
                                    

Pemanasan global!


Vivian mengempaskan napas gusar setelah sampai di rumah. Di Green kafe sejak dari sore sampai pulang pukul setengah tujuh malam, Pelangi bersama Irish terus bertanya mengenai Lonza. Vivian tidak tahu setan apa merasuki kedua temannya itu. Mereka berdua sangat antusias ingin mendengar hubungan ia dan Lonza. Dan, sebagian cerita telah ia karang dengan kebohongan.

Demi apa pun Vivian tidak akan mengatakan bahwa Lonza adalah kekasihnya dan faktanya memang Lonza bukan kekasihnya. Vivian memberikan alasan bahwa Lonza adalah sepupuh jauh sebelah Ayahnya. Irish bersikeras tidak percaya, membuat Vivian semakin tak tahan ingin pulang ke rumah. Namun Vivian sudah berjanji akan menceritakan mengenal Lonza.

Cerita mengalir panjang dan sangat dramatis. Irish dan Pelangi mendengar sangat serius.

Vivian mengembuskan napas sebelum masuk ke kamar tidur. Mengganti pakaian lalu membersihkan wajah dan menggosok gigi, setelah keluar dari kamar mandi, Vivian beranjak menuju nakas sebelah kiri, biasanya di sana ada gelas berisi air mineral.

"Sepertinya aku lupa mengisi kembali gelas ini," gumam Vivian.

Vivian berjalan pelan menuruni anak tangga. Tepatan tiga anak tangga di atas, terlihat sosok figur berjalan menaiki anak tangga dengan langkah kesakitan seraya memegang kuat undakkan sebelah kanan tangga. Vivian segera mendekat dan berkata, "Dad, apa yang terjadi denganmu?"

Tak ada jawaban. Vivian bergegas membantu sang Ayah menaiki anak tangga.

Vivian menaruh gelas ke meja tidak jauh dari tangga terakhir paling atas.

Ketika pintu kamar tidur sang Ayah sudah terbuka, Vivian berusaha kuat memapah tubuh sang Ayah sampai ke tempat tidur. Vivian merasakan tubuh sang Ayah semakin berat. Perjuangan lelah terganti embusan napas legah ketika tubuh Ayahnya selamat dibaringkan ke atas tempat tidur.

Melihat wajah sang Ayah memucat dan napas tidak teratur, Vivian langsung merabah dahi sang Ayah.

"Demam," gumam Vivian.

Vivian segera pergi ke kamar tidur dan mengambil plester pereda demam tersimpan dalam laci lemari pakaian.

Masih banyak plester pereda demam, Vivian mengambil satu plester pereda demam. Menempelkan plester pereda demam di dahi sang Ayah, Vivian mengambil pakaian yang nyaman dipakai oleh sang Ayah. Vivian membantu melepaskan kemeja putih dan dasi pada leher.

Menarik selimut ke atas menuju setengah bahu sang Ayah, Vivian memerhatikan wajah sang Ayah terlihat begitu tersiksa. Vivian harus tetap berjaga, demi memantau kondisi sang Ayah. Setiap waktu kondisi sang Ayah dapat memburuk.

"Dad, dulu aku pernah seperti ini. Sakit demam dan Trisha yang merawatku hingga sembuh."

Vivian duduk bersila di atas ranjang sebelah sang Ayah tertidur nyaman.

💍

Jason hampir terjatuh ketika berada di undakan tangga jika tadi tak ada yang datang menolong.

Kepala Jason berdenyut-denyut sangat kuat. Ia tidak mampu berpikir, seluruh tubuh ia terasa lemas dan panas. Empat hari pria itu terus bekerja tanpa istirahat sesuai aturan tubuhnya. Sekarang dampaknya membuat pria itu merasakan penyesalan itu.

Mata Jason mulai mengabut, dan merasa ada seseorang telah membantu memapah berjalan, Jason sedikit bernapas legah. Suara penolong itu tidak bisa didengar jelas oleh Jason; ia hanya mendengar samar-samar saja bahwa itu suara feminin.

Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang