BAB 39

2.6K 60 1
                                    

Waktu setempat di Barcelona adalah jam satu siang.

"Selamat datang, Tuan Lucas." Pelayan rumah menurunkan punggung kepada sang Tuan rumah yang baru saja tiba di pintu rumah kediaman keluarga Agnellie menyapa Lucas Agnellie. "Nyonya Adelle, Nyonya Nancy dan Tuan muda Atlas menunggu Tuan di taman belakang."

Lucas tersenyum pada pelayan yang menyambutnya dan bertanya, "Atlas ada di rumah?"

"Iya, Tuan."

"Terima kasih."

Lucas berjalan menuju taman belakang setelah membalas ucapan sang ketua Pelayan.

Di taman belakang yang memiliki rerumputan hijau cerah dan aneka bunga, Lucas tersenyum melihat seorang perempuan tua secara tidak sengaja mengalihkan pandangannya ke Lucas.

"Hai, Ibu." Lucas menyapa ibunya.

"Lucas?"

Suara seseorang menjawab Lucas di balik punggung pria itu. Lucas memutar kaki. Di samping ibu Lucas duduk seorang perempuan dengan liptik oranye.

"Hai, Nan," sapa Lucas dan Lucas bergabung duduk di sebelah Nancy yang ada satu kursi kosong di sana.

"Di mana Atlas?" Lucas bertanya sambil duduk.

"Dia pergi ke kamar tidurnya. Katanya mau mandi." Nancy menjawab pertanyaan Lucas.

Lucas berbicara bersama Nancy dan ibunya di taman dengan berbagai topik mengalir.

Setelah cukup berbicara dengan kedua wanita itu, Lucas berdiri dari tempat duduknya. "Aku akan ke kamar tidur, Bu dan Nancy."

Lucas mencium pipi kanan Nancy lalu Lucas beranjak pergi.

Lucas berjalan santai menaiki tangga spiral putih yang elegan. Salah satu tangan Lucas berada di saku kiri. Arah kamar tidur Atlas tidak jauh dari tangga, langkah kaki Lucas berhenti di depan pintu kamar tidur Atlas yang setengah terbuka.

Seraya mengernyitnya kening, Lucas membuka pintu kamar Atlas sedikit lebih lebar untuk menyapa Atlas.

Lucas melihat-lihat mencari Atlas. Kosong. Ia tidak menemukan Atlas, namun di tempat tidur ia melihat layar laptop menyala. Penasaran, Lucas berjalan mendekati laptop Atlas.

Salah jemari tangan Lucas menekan satu tombol di papan ketik laptop itu. Irama suara ketukan yang dihasilkan seperti ketukan ringan. Tidak ada kata sandi yang muncul. Halaman dari jendela monitor laptop langsung menampilkan sebuah foto.

Tertegun, kaki Lucas termundur satu langkah menatap foto yang ia kenali. Ia melihat foto berikutnya. Lagi-lagi ia tertegun.

Dengan berani lagi, Lucas melihat foto lain, membalikkan foto yang terbuka lebar. Beralih, ia melihat salah satu isi folder laptop Atlas yang sedang aktif terbuka.

Wajah seseorang dari foto lain menangkap rasa penasaran Lucas. Hanya satu. Meskipun Lucas pernah melihat wajah itu sebelumnya. Tangan Lucas kembali menekan papan ketik laptop. Saat itu, layar monitor menampilkan wajah yang sama dari seorang perempuan yang sangat dikenal Lucas. Lucas tidak akan pernah lupa. Rahang Lucas mengeras. Mata Lucas berkilat marah. Tepat ketika Lucas akan mengucapkan kata-kata umpatan pintu berderit.

Lucas tidak berbalik punggung, seolah ia sudah tahu siapa yang membuat suara pintu.

"Dad?"

Lucas membuka mulutnya untuk berbicara, tetapi Lucas terdiam sejenak dan kemudian berbalik. Menatap dingin kepada Atlas.

Lucas tidak memiliki senyum di wajahnya, tetapi matanya gelap. Ia berkata, "Aku tidak suka seseorang yang bermain licik di belakangku dengan mengambil keuntungan dari orang lain. Sekalipun itu anakku sendiri," suara serak dan tegas, keluar tanpa ragu-ragu dari mulut Lucas. "Kita perlu bicara. Atlas."

Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang