BAB 10

5.4K 144 1
                                    

Hari Jumat. Setelah jam pelajaran terakhir selesai Vivian bersama dua orang temannya keluar dari gedung
sekolah.

"Malam nanti kita ke Green Kafe mau? Aku sudah lama tidak berkumpul dengan kalian di Green Kafe."

"Yang sangat sibuk siapa, Irish? Aku dengan Pelangi kapan saja punya waktu berkumpul, benarkan Ela?" Vivian menyahut membalas Irish yang nampak antuasias mengutarakan pendapat.

Pelangi mengangguk dan menyahut ketus, "Jangan terlalu banyak bersama sama Edo. Lupa teman, jadinya rindu."

"Maaf. Malam nanti aku belum bisa jalan bersama Edo."

Irish memalingkan wajah ke depan setelah membalas perkataan Vivian dan Pelangi.

"Kenapa? Lagi bertengkar, ya?" Pelangi terkekeh pelan. "Habis manis sepah dibuang."

Irish langsung menoleh ke arah Pelangi dan menatap menajam.

"Menyebalkan sekali! Aku bersama Edo baik-baik saja, ya. Edo lagi sibuk menyiapkan audisi band akan dia ikuti pekan depan." Irish kesal menukas kepada Irish.

"Edo jadi ikut audisi di media sosial itu, Rish?"

Vivian tidak percaya mendengar kabar ini. Dua hari lalu Vivian menunjukkan audisi yang beredar di media sosial kepada Irish. Vivian tahu bahwa Kekasih Irish adalah anak band. Siapa tahu Edo tertarik mengikuti audisi itu.

Irish mengangguk dengan senang, "Dia akan coba ikut audisi itu. Mungkin saja, band dia bisa dikontrak salah perusahaan yang berpartipasi dalam audisi."

"Aku ikut senang. Omong-omong kalau Edo berhasil, jangan lupa bayar aku ke kafe kita biasa kumpul," kata Vivian dengan senyum lebar, dan berikutnya mengedipkan sebelah mata.

"Oke." Irish menjawab singkat.

Pelangi di sebelah Vivian mencebikkan bibir, "Jadi aku bukan teman kalian berdua?"

Vivian langsung menatap Pelangi. "Ela, kau tetap teman kita, tenang saja, kau akan diajak. Iyakan, Rish?"

Vivian menyikut Irish.

"Iya. Diajak. Sudah, jangan sebal. Astaga, umurmu itu bukan anak kecil lagi, Ela!"

Langkah ketiga gadis itu mendadak terhenti setengah dari gerbang sekolah ketika melihat segerombolan siswi berkumpul histris bahagia.

"Siapa pria di mobil itu?"

"Ya Tuhan kenapa ada malaikat tampan di sini?"

"Di sana kenapa sangat ribut?" Irish memandang penasaran terhadap sekumpulan murid perempuan yang heboh.

Vivian dan Pelangi mengedikkan bahu.

"Mana kita berdua tahu. Penasaran?" tanya Pelangi pada Irish

Irish mengangguk ketika sekilas menoleh pada Pelangi dan Vivian.

"Kalau penasaran ke sana. Mungkin kamu bisa melihat siapa pembuat kehebohan itu," kata Pelangi.

Irish menatap Vivian dan Pelangi, "Kalian berdua tidak penasaran?"

Vivian dan Pelangi menggeleng bersama.

"Viviaaan!"

Seseorang dengan suara alto berteriak.

Vivian mengerjap dan melihat ke sekeliling.

"Viviaan!"

"Kalian berdua dengar suara seseorang memanggil namaku?"

Vivian mengernyit dan menggerakkan kepala ke kiri dan kanan mencari-cari seseorang di balik memangil namanya.

"Viviaan!"

Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang