BAB 53

2K 59 7
                                    

Kota Seville, sore hari sekitar jam tiga di ruangan baca, Martin memerhatikan foto seorang perempuan tersenyum dengan kue sedang dia hiasi dengan toping keju yang sudah di haluskan. Senyum dia manis, berlekung bulan sabit terbentuk di pipi kiri wajah.

Secara naluriah, Martin ikut tersenyum memerhatikan senyum perempuan itu. Martin tidak bisa menghapus ingatan dirinya bersama perempuan itu.

Martin dengan cepat mencolek bagian kue cokelat yang bisa ia raih. Memasukannya kedalam mulut dan setelah itu ia berkata, "Kue ini sangat enak, Rihanna. Untuk siapa?"

Rihanna terlihat cantik dengan bandana yang sebagai daya tarik agar menawan.

"Oh ayolah, Martin, kue ini untuk Adelle. Hari ini adalah ulang tahun Adelle." Rihanna menjeda sejenak menghiasi kue buatannya. Dia menatap marah kepada Martin yang seenaknya mencolek kuenya, setengah lagi hiasan kue itu selesai.

"Baiklah, baiklah, aku tak akan mengganggumu lagi." Martin mengangkat kedua tanggannya ke atas.

"Tolong, ajak Adelle ke suatu tempat agar mudah memberikan kejutan ulang tahunnya ini. Aku ingin merahasiakan kejutan ini darinya." Rihanna kemudian melanjutkan menghiasi kue buatannya.

"Oke," balas Martin dengan senyum. Kemudian Martin memegang salah satu tangan Rihanna, menarik perempuan itu ke dalam dekapan ia. Rihanna terkesiap. "Rihanna, jangan terlalu bekerja keras." Martin berkata dengan suara lembut. Rihanna memberikan anggukkan kepada Martin. "Dan jangan lupakan aku juga. Malam nanti aku ingin hanya kita. Tak ada yang lain. Pekerjaan atau apapun itu," senyum Martin terlihat humor. Sementara Rihanna memalingkan wajah.

Martin tahu Rihanna mengerti maksud ucapan Martin. Pria perayu ulung satu ini tidak sulit dimengerti. Martin melepaskan genggaman tangannya, lalu mencium kening Rihanna, setelah itu Martin pamit pergi ke kantor. Rapat memusingkan dengan para orang tua sok pintar sudah menunggunya. Sebelum sampai di pintu ke luar, Martin mengambil ponsel di saku celana dan memotret Rihanna secara diam-diam, Rihanna tentu saja tidak menyadari itu, dia terlalu kalut dengan kue. Dan eksistensi Adelle kadang membuat Martin cemburu. Waktu kebersamaan dengan Rihanna seakan berkurang. Rihanna dan Adelle sering menghabiskan waktu bersama, jalan-jalan misalnya.

Martin menyimpan kembali foto itu ke dalam laci di bagian meja yang tersembunyi.

Keluar dari ruangan baca, berikutnya Martin pergi ke kamar tidur yang berada di lantai dua.

Pintu kamar tidur setengah terbuka, Martin melihat punggung sosok perempuan.

"Jillian ...." Martin bergumam, berbisik sangat pelan.

Sosok Jillian terlihat. Di sana perempuan itu membaca buku. Dia memakai sweater tebal padahal di kamar tidur pendingin tidak hidup, mungkin saja karena akhir-akhir ini kota Sevilla sedang musim hujan dan bersuhu dingin. Martin masuk ke dalam dan melangkah mendekati Jillian.

Jillian memutar kepala dan menatap ke arah pintu. Senyum hangat dia terbentuk. Martin tentu saja tersenyum.

"Sedang membaca buku apa?" tanya Martin setelah duduk di sebelah Jillian pada bagian tepian ranjang.

"The Dry."

"Jane Harper, lagi?" Jillian mengangguk pelan. "Apakah tidak ada bacaan lain? Itu adalah kisah kriminal, Jill."

Martin menggelengkan kepala. Apa yang menarik dari cerita kriminal? Perempuan seharusnya menyukai cerita romantis, seperti Sandra Brown atau Sarah Morgan. 'Astaga aku sudah menghapal nama penulis-penulis romantis itu? Pasti karena Rihanna.'

Martin tersenyum masam sekilas. Rihanna dan Jillian merupakan kedua orang yang memiliki hobi membaca buku namun keduanya memiliki bacaan yang beralur berbeda. Martin mendengkus ketika memikirkan mereka.

Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang