BAB 33

2.5K 57 0
                                    

"Terima kasih sudah berbelanja, Tuan." petugas Kasar berjenis kelamin pria mengucapkan rasa terima kasih pada seorang pria pengunjung sekaligus membeli sesuatu di supermarket mini.

Pria itu tersenyum menanggapi ucapan petugas kasir. Setelah keluar dari supermarket, pria itu berdiri sebelah depan pintu supermarket dan mengambil rokok yang baru saja di beli dan menyalakan pematik dan rokok menyala oleh api.

Udara malam di Sisilia akhir-akhir ini sangat dingin bersama angin kecil yang mengimbangi udara dingin tersebut. Nada dering dari saku setelan jas pria itu berbunyi.

Pria itu menjawab telepon ponselnya, "Ada apa Dad?"

Lagi-lagi rencana konvensional, sebuah perjodohan-pernikahan bisnis yang memuakan. Pria itu menghela napas pendek dan sangat muak mendengar lagi topik yang ia tahu akan dibahas kembali. Berupayah untuk sopan ia menjawab penelepon sang Ayah, "Aku sudah mengatakan pada Daddy bahwa aku tak mau menerima perjodohan dengan anak teman Daddy. Rossie adalah perempuan menyebalkan, Dad."

Sang Ayah di seberang panggilan ponsel tetap bersikeras dan pria itu tentu saja punya rencana hidup yang ditentukannya sendiri dan siapapun tak bisa mengatur hidup pria itu. Dan nada suara pria itu sedikit geram memberikan jawaban dengan upayah kesopan halus, "Dad, aku tak mau membahas perjodohan ini lagi. Masa depanku bukan Daddy yang menentukannya."

Panggilan dari ponsel kemudian diakhiri tanpa obrolan selanjutnya. Pria itu mendesah kesal terhadap rencana perjodohan itu. Malam di musim dingin di Sisilia bertambah dingin bersama perasaan buruk dari pria itu berkecamuk tentang keadaan sang Ibu yang harus menjalani pengobatan akhir-akhir ini dan sebuah pernikahan bisnis bergabung sebagai tambahan masalah.

"Wow! Lucaaas!"

Dari arah timur seorang pria berteriak memanggil dan pria mengisap rokok itu memutar kepala.

Pria dari arah timur dan sepertinya sedang menuju ke arah pria yang mengisap rokok, membuat perasaan ia bertambah dua kali lipat merasakan perasaan buruk.

"Lucas!"

Pria yang sejak tadi memanggil nama Lucas berhenti di depan pria mengisap rokok. Tanpa minat ia bertanya, "Kau berbicara padaku?"

"Tentu saja. Apa kau akan datang di acara reuni sekolah?"

"Maaf kau salah orang."

"Oh tidak, aku tidak salah. Kau Lucas." Pria yang berjalan dari timur itu bodoh dan perasaan buruk dari pria pengisap rokok itu semakin lama semakin tidak baik. "Bung, aku tidak salah, bukankah begitu kawan-kawan?"

"Terserah kalian. Aku tidak ingin berbicara lama dengan kalian." Pria mengisap rokok itu mendesah pendek kemudian.

"Wah, sombong. Kita ini teman sepak bolamu, Lucas. Kau tidak akan melupakan wajahku."

"Aku tidak menyukai sepak bola atau kegiatan olahraga." Ia menjawab acuh dengan nada suara parau.

"Kau banyak berubah Lucas. Bagiku tidak masalah jika kau sudah tidak menyukai kegiatan olahraga. Ayo kita pergi bersama ke rumah Will. Teman-teman angkatan tahun senior kita sedang merayakan reuni."

"Aku tidak bisa." Louis bergerak hendak pergi dari hadapan para pria yang menegaskan nama Lucas sebagai namanya.

"Ayolah, Bung. Ini adalah perayaan reuni sekolah senior sekali dalam setahun."

Louis tak mengindahkan ucapan pria itu. Kakinya mulai melangkah.

"Lucas, tunggu. Teman-teman banyak ingin mengetahui kabarmu dan sudah bagaimana penampilanmu. Kau adalah pria keren dalam tahunan senior kita, aku benarkan, Calum?"

Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang