Pesta pernikahan cucu Janice bergaya modern. Vivian tersenyum tipis saat melihat pasangan romantis pesta pernikahan itu di tengah banyaknya tamu undangan.
Satu anting lagi, setelah itu Vivian akan bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan semua riasan di wajah.
Suara pintu terdengar, Vivian menoleh ke arah pintu. Di sana muncul seorang pria melepas mantel.
"Menurutmu seperti apa pestanya, Vivian?"
Pria itu bertanya pada Vivian saat dia duduk di tepi tempat tidur.
"Sangat bagus, mewah dan modern." Vivian menjawab setelah anting-antingnya lepas dari telinga. "Kau mau mandi, Lonza? Aku akan menyiapkan air hangatnya."
"Hhmmm .... iya."
Setelah Vivian masuk ke kamar mandi, pertama-tama ia lakukan adalah membersihkan wajah, menggosok gigi dan terakhir menyiapkan penghangat untuk Lonza.
Delapan menit kemudian air di bak mandi itu penuh. Vivian mematikan keran, baru saja ia akan berjalan menuju pintu, tiba-tiba Lonza muncul.
"Airnya sudah siap, Lonza."
"Kemana kau pergi?"
Langkah pertama Vivian terhenti.
"Dapur. Aku masih lapar. Di pesta tadi, kurasa aku makan sangat sedikit."
"Mandi denganku."
Suara maskulin Lonza terdengar sampai ke telinga Vivian, tentu saja itu membuat Vivian memicingkan mata dan memahami arah kata-kata Lonza.
"Tidak! Aku masih lapar, Lonza. Menemanimu mandi, setelah itu apa? Jangan jawab-aku tidak bisa menemanimu. Mandi sendiri." Vivian berkata kepada Lonza. Sedangkan di sana Lonza tersenyum miring. Tiba-tiba Lonza meraih cepat tangan Vivian.
"Aku tidak mau!" Suara Vivian tegas, tapi Lonza mengabaikannya. "Lonza! Demi Tuhan! Aku tidak-vaginaku masih sakit. Aku belum mau melakukannya lagi."
"Kita tidak akan melakukannya, Vivian. Aku hanya ingin kau menggosok punggungmu."
"Aku tidak percaya. Tolong, Lonza."
Vivian menghela napas gusar.
"Aku berjanji."
Vivian menatap serius kepada Lonza dengan serius untuk mencari ketulusan Lonza di balik mata.
"Kau sudah berjanji. Jangan melanggarnya!"
"Tentu saja, Vivian."
Jari-jari Vivian menyentuh kulit punggung Lonza terbentuk beberapa cakar di sana.
"Apakah itu sakit? Vivian bertanya kepada Lonza.
"Apa?"
"Eh, ini." Vivian menyentuh kulit yang tergores itu lagi.
"Tidak. Tapi ..... " Vivian menunggu. "..... aku harap di masa depan kau tidak menggaruk punggungku. Kulitku terlalu berharga."
"Ya, ya, ya, teruslah memuji diri sendiri dengan bangga, Lonza."
Vivian mendengkus dan kembali menyabuni punggung Lonza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPT
RomanceNSFW - [D28+] [√ SELESAI] [DDLG PROJECT OF PURE TABOO] VOLUME (1). Behind Forbidden Love © 2019, Ennvelys Dover, All right reserved. Cover Ilustration & Designer: Ennvelys Dover Logo Illustration & Designer: MPH/MDee ...