67

87 9 0
                                    

      Semakin lama, rasanya semua ini seperti mimpi. Dia yang dahulu hanyalah angan, sekarang dia jadi nyata. Aku sangat bersyukur pada Tuhan karena telah membuat dia ada di sampingku. Walaupun pada akhirnya aku tak tau, dia adalah takdirku atau bukan. Tapi aku sudah bersyukur karena pernah bertemu dengannya bahkan menjalin hubungan dengannya.

     Mataku tak terlepas dari sosok tinggi yang amat kucintai itu. Sesekali aku tersenyum manis melihat dia yang sedang serius dalam memasak.

     Aku mengaduk aduk sup di dalam panci. Sementara Chanyeol sedang menumis sosis. Aku tak tau nama makanan apa yang sekarang sedang dimasaknya. Yang jelas saat ini dia tengah menumis sosis yang sudah di potongnya pendek pendek. Tangannya cekatan sekali dalam menumis makanan itu. Sepertinya dia sudah sangat ahli dalam memasak. Jujur itu sangat membuatku kagum. Dulu saat aku tau dia pintar memasak, reaksiku sangat biasa saja, karena aku juga tak melihatnya dengan nyata. Tapi sekarang, melihat Chanyeol memasak di depanku dengan cekatan, itu membuatku sangat kagum.

      Chanyeol segera memindahkan makanan yang sudah matang ke piring. Sementara aku masih menunggu sup di panci akan matang. Tanganku masih mengaduk sup di dalam panci.

      Greb

     Tiba tiba Chanyeol memelukku dari belakang setelah tadinya dia meletakkan makanan yang sudah matang di atas meja. Aku tertawa kecil begitu merasakan saat ini dia mulai meletakkan kepalanya di leherku. Rasa nyaman dan geli langsung terasa di sekujur tubuhku.

      "Supnya belum matang?" tanyanya. Aku pun mengangguk dan berdehem untuk menjawab pertanyaannya.

      Tak berapa lama kemudian, Chanyeol tiba tiba menghirup   udara di leherku kemudian ke arah telinga dan juga rambutku. Aku terdiam sambil memejamkan mataku. Rasa geli itu semakin membuatku gila. Rasanya perpaduan antara geli, nyaman, dan menenangkan.

      "Wangi," ujar Chanyeol yang sekarang telah lepas menghirupku. Mataku membuka dengan perlahan. Pipiku telah merah bersemu.

      Chanyeol melepaskan kepalanya dari leherku kemudian dia kini hanya melingkarkan tangannya di pinggangku. Kepalanya kini berada tepat di atas kepalaku. Posisi itu terjadi karena perbedaan tinggi badan kami.

      Sup yang di panci kini telah mendidih. "Oppa, lepaskan," pintaku agar dia melepaskan tangannya di pinggangku. "Aku ingin mengambil tempat untuk sup ini."

      "Arraseo (baiklah)," jawabnya.

      Aku pun berjalan mengambil mangkuk kemudian kutuang sup ke dalam mangkuk tersebut. Sementara itu, Chanyeol merapikan sajian makanan di atas meja. Kami akhirnya pun makan bersama.

      Kali ini makan kami sangat berbeda. Kami makan di piring yang sama sambil sesekali bercanda.

      "Aaaa," Chanyeol menyuapkan makanan padaku. Aku langsung menyambutnya.

     "Oppa..." panggilku pelan.

     "Iya," jawabnya.

     Kuhabiskan terlebih dahulu makanan yang ada di mulutku kemudian barulah aku melanjytkan perkataanku. "I love you..." ujarku. Kemudian dengan cepat aku mencium pipinya. Chanyeol tampak terkejut dengan perlakuanku. Aku hanya tertawa malu di depannya.

      Sekarang rasanya aku ingin sekali menyentuhnya. Rasanya aku ingin bermanja dengannya. Sampai sampai aku sekarang sudah tak tahan melihat wajah imut yang sangat tampan itu. Ingin rasanya ku cubit.

      Chanyeol tersenyum di hadapanku kemudian dia membalas mencium pipiku. Kugigit bibirku untuk menahankan rasa malu itu. Chanyeol kembali menyodorkan satu sendok makanan di hadapanku. Kutepis sendok itu dengan pelan dan mengarahkannya kembali ke piring. Aku menggeleng di hadapannya.

MY LOVE ❤ TRAINEE (PCY) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang