Rasa dingin terasa menusuk kebadanku. Rintik rintik hujan terdengar silih berganti ditelingaku. Kueratkan pelukanku untuk menggantikan rasa dingin itu dengan kehangatan.
Sebuah tangan besar terasa di punggungku. Sesekali tangan itu mengusap punggungku dengan perlahan sehingga perlakuan itu membuatku hangat dan tak ingin beranjak bangun.
Kepalaku mulai mendusel ke bagian yang terasa bidang itu. Pelukanku yang perlahan meregang kemudian kueratkan kembali agar aku terus merasakan kehangatan.
Aku sebenarnya sudah bangun, hanya saja udara dingin yang bisa kurasakan dari balik selimut, membuatku enggan untuk membuka mata. Rasa hangat itu sudah sangat membuatku nyaman.
Usapan lembut di rambutku semakin membuatku merasa nyaman dan mulai kembali tertidur pulas. Namun, saat aku hendak menuju alam mimpi, suara berat itu menyapaku. "Good morning,"Dengan perlahan mataku terbuka. Dada bidang dengan balutan kaos putih terpampang jelas dimataku. Mataku beralih melihat ke atas dan menemukan wajah putih yang tampan itu. Dia menatap ke arahku sambil masih terus memainkan rambutku dan mengusap punggungku.
Suara rintikan hujan terdengar mulai mereda namun udara di luar selimut masih dipastikan dingin. Kembali kepalaku mendusel disekitar dada bidang itu dan mulai merasakan kehangatan. Mataku perlahan mulai terpejam.
"Ini sudah pagi, sayang. Apakah masih ngantuk?" suara berat itu kembali terdengar di telingaku.
Keanggukkan kepalaku dengan pelan untuk meng'iya'kan.
"Ini sudah jam 8, sayang. Kita harus latihan sebentar lagi," ujarnya dengan membisikkan itu di telingaku. Aku langsung membuka mataku. Kulepaskan pelukanku di badannya dan mulai bangkit duduk. "Ngggh...," erangan itu keluar dari mulutku yang menandakan aku sebenarnya masih enggan untuk bangun. "Aku harus ke dapur," gumamku dengan pelan.
Kakiku melangkah turun dari tempat tidur. Tanganku merentang ke atas untuk membuat sedikit pergerakan pada pagi hari. Dengan malas aku menuju keluar dari kamar dan menuju ke dapur. Kurasakan Chanyeol bangkit dan mengikutiku menuju ke dapur.
***
Aroma makanan di mangkuk sangat menggelitik hidungku. Aroma itu membuatku tak sabar untuk segera menyantapnya. Kuangkat sendok dan garpu kemudian makanan itu kumasukkan ke dalam mulutku. Kunikmati setiap kunyahan dengan sangat nikmat. Merasakan setiap rasa lezat dari makanan itu dengan perlahan.
Kulirik ke sebelah kananku. Chanyeol oppa juga sedang makan. Mulutnya dipenuhi dengan bekas bekas kuah yang menempel di sekitar bibirnya. Keringat mengucur di sekitar wajahnya karena menahan pedas. Namun, semangat makannya sangat menggebu gebu. Aku berusaha untuk tak tertawa melihat dia makan seperti orang yang sudah tak makan berhari hari. "Pffth...," suara itulah yang keluar dari mulutku karena aku berusaha untuk tak tertawa.
Semenjak tadi malam, kami sudah baikan. Baikan dalam arti aku bukan saja memaafkannya, tapi juga telah menghilangkan rasa cuek ku terhadapnya. Intinya saat ini, aku berusaha untuk melupakan segala hal yang telah terjadi dan kembali memperbaiki segalanya.
Chanyeol oppa memalingkan wajahnya kearahku dan terheran karena melihatku yang tengah menahan tawa. "Kenapa?" tanyanya dengan wajah memerah dan keringat yang mengucur. Padahal ini baru suapan ketiga dari makanan itu, tapi dia sudah berkeringat. Aku rasa masakanku tadi sangat pedas untuknya. Maklumlah tadi aku memasak mi dengan kuah yang penuh sambal. Aku rasa sih itu tidak pedas. Mungkin karena aku sudah terbiasa memakan makanan pedas. Sementara Chanyeol oppa? Dia orang korea. Tak pernah merasakan pedasnya masakan indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVE ❤ TRAINEE (PCY)
Fanfic"Apa aku bisa bersamamu? "- Hye Woo "Jangan ragu, ini adalah takdir kita." -Chanyeol