"Melupakanmu kembali untuk selamanya kurasa adalah hal yang kubutuhkan saat ini,"-Hyewoo
Hyewoo pov
Kendaraan roda empat yang biasanya menjemputku hari ini sama sekali tak terlihat. Sang penggerak roda empat itu sedang diizinkan mommy untuk pulang ke kampung halamannya-menjenguk keluarganya.
Jari jemari tanganku bergerak mengetuk ngetuk pahaku yang kini menekuk karena duduk. Pikiranku masih terbawa oleh alunan tuts piano yang kumainkan saat sedang berada di kursus tadi. Telingaku seakan masih mendengar alunan itu. Semakin jelas dan jelas. Kedua indra penglihatanku bahkan kini juga sedang mendalami perannya-menutup mata-menikmati alunan tuts piano khayalan.
Alunan dari tekanan tuts tuts piano itu benar benar sangat membuatku kini mendalami peran. Tak ada seorang pun di sekitar halte dimana aku terduduk sekarang- seakan dunia sedang berpihak kepadaku-sehingga memberikan suasana nyaman padaku untuk menikmati segala yang kurasakan saat ini.
"Aku tak akan menyuruhmu untuk memainkannya. Aku yang akan memainkannya untukmu,"
Kedua indra penglihatanku secara spontan langsung membuka-terkejut-karena sebuah kalimat yang tak diketahui darimana-kurasa dari alam bawah sadarku-terlintas begitu saja di dalam pikiranku.
"Kau suka aku memainkan piano untukmu?" (Chapter 10)
Sebuah kalimat lagi terlintas dipikiranku. Sedetik kemudian jari jari tanganku perlahan mulai memegangi kepalaku. Sedikit mulai terasa pusing disana. Aku merasa bahwa saraf saraf diotakku mulai bekerja menyambungkan seluruh hal disana yang dikatakan sebagai ingatan. Aku tahu efek pusing ini-hanya terjadi disaat aku mengingat sesuatu atau mencoba mengingatnya.
Rasa dikepalaku semakin lama semakin memberat. Aku segera menegakkan badanku dan menahan agar tungkaiku mampu menahanku untuk berdiri. Suasana sepi saat ini agaknya tak akan ada yang bisa menolongku. Rintihan kesakitan mulai berkeluaran dari balik benda kenyal di bawah hidungku.
Aku mencoba menggerakkan kaki untuk berjalan-mencoba agar barangkali aku bisa menemukan orang untuk membantu. Namun, bahkan rasa berat di kepalaku yang begitu mendominasi sungguh telah melemahkan pertahananku. Bahkan kini kedua tanganku telah memegangi kepalaku untuk menahan rasa sakit itu dan menggerakkan kedua tungkaiku untuk berjalan itu adalah hal yang sangat sulit.
"Sekarang juga kau pergi dari sini. Aku tak ingin melihat wajahmu. Jadi cepatlah pergi dari sini. Jikalau kita bertemu dimanapun itu, anggap aku dan kau tak pernah saling kenal. Kita orang asing. Jangan coba-coba untuk menyukaiku lagi. Baik itu aku sebagai idolmu. Ingat itu baik-baik,"
Dan semua bayangan itu semakin jelas. Kata yang keluar semakin jelas dan aku bisa mengingat orang yang berada dibalik semua perkataan itu.
"Saat ini ingat di kepalamu itu. Ingat!! Kau... dan seorang Park Chan Yeol mulai sekarang sudah tidak memiliki hubungan lagi!"
Kedua tungkaiku semakin melemah. Kepalaku semakin berat dan aku semakin tak bisa menahannya. Pertahananku runtuh dan aku benar benar mulai terjatuh.
"C-chanyeol..."
** e)(o**
Baekhyun pov
Menjadi seorang penguntit-bisa dikatakan begitu-adalah rutinitas baruku. Mengawasi, memperhatikan, dan juga memandanginya dari kejauhan. Ia selalu tak tahu bahwa aku selalu mengikutinya. Setidaknya aku selalu ada untuknya walaupun tanpa ia sadari-bukan seperti seorang pengecut yang hanya berharap mendapatkan keajaiban di siang bolong tanpa sedikit pun berkorban.
Bukan sebuah keisengan belaka-hanya saja aku mengikutinya karena memang ingin selalu berada di sisinya. Hubungan kedekatan kami bisa saja membuatku meminta izin padanya agar aku ikut dengannya. Namun, aku tak memilih untuk melakukannya-takut kalau saja dia merasa terganggu bila aku selalu mengikutinya. Jadi mengikutinya secara diam diam bukanlah hal yang buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVE ❤ TRAINEE (PCY)
Fanfiction"Apa aku bisa bersamamu? "- Hye Woo "Jangan ragu, ini adalah takdir kita." -Chanyeol