Sinar matahari pagi telah menyapaku. Aku berdiri tepat di depan jendela apartemen sambil memandang pemandangan di luar.
Pandanganku seketika mengabur. Pemandangan di luar apartemen seketika menjadi buram dikarenakan mataku yang kini telah membendung air mata.
Ini hari pertama setelah dari perjanjianku dan Minso kemarin. Mungkin hari ini adalah hari yang akan sangat menyakitkan untuk kukenang seumur hidupku. Dihari ini, separuh dari jiwaku akan hilang. Dia akan kembali menjadi angan-anganku. Semua mimpiku yang telah terwujud, akan kembali menjadi mimpi indah yang hanya akan bisa kutemukan di setiap tidurku nantinya.
Meninggalkannya adalah hal yang sangat sulit untuk kulakukan. Namun, perjanjian tetaplah perjanjian. Aku harus menepatinya. Mau tak mau aku harus meninggalkannya. Biarlah aku yang tersakiti, kalau pada akhirnya akulah yang menjadi penyebab dia akan bertahan hidup. Aku tak akan membiarkan siapapun membunuhnya atau melukainya. Selama aku ada, aku pastikan dia akan tetap baik baik saja."Hyewoo-ya," suara serak khas orang bangun tidur, terdengar di telingaku. Setelah suara itu terdengar, kini suara tapak kakinya terdengar mendekat ke arahku.
Kuhapus air mataku perlahan. Kuhela napasku dalam dalam. Kuredakan emosiku yang sekarang tengah bergejolak. Aku tak bisa menampakkan seluruh kesedihanku padanya.
Aku sadar kalau Chanyeol telah tepat berdiri di belakangku, maka aku pun membalikkan badanku. "Oppa, sudah bangun, ternyata. Apa oppa lapar?" tanyaku disertai senyuman. Senyuman itu tak lebih hanyalah senyuman palsu dariku.
Chanyeol menggeleng. Dia malah mendekatiku dan memelukku. Diletakkannya kepalanya bertumpu di bahuku. "Entah kenapa aku merindukanmu," ujarnya dengan lembut.
Dengan dia mengatakan hal itu padaku, otomatis hatiku langsung bergejolak kembali. Emosiku mulai memuncak. Air mataku mulai berkumpul di pelupuknya, namun kuusahakan untuk tak keluar dengan cara sesekali menengadahkan wajah ke atas.
Kudorong pelan Chanyeol agar melepas pelukannya. Setelah Chanyeol melepasku, aku langsung menatapnya dengan durasi yang lama. Aku berusaha untuk menempelkan seluruh tentangnya di pikiranku dengan cara menatap wajahnya. Bahkan kini tanganku sudah menempel di wajahnya. Kutelusuri setiap senti dari wajahnya. Dengan cara itulah aku berusaha agar suatu hari nanti, aku akan tetap mengingat bagaimana rasanya menyentuh seorang Chanyeol EXO. Orang yang sejak dulu sudah aku sukai, sampai saat ini.
"Oppa, makanlah," suruhku setelah aku menurunkan tanganku dari wajahnya. "Aku tadi sudah memasak banyak makanan. Jadi, makanlah. Nanti ajaklah aku untuk jalan jalan bersamamu," ujarku sambil menampakkan keceriaan.
"Benarkah? Kau ingin jalan-jalan denganku, sayang? Baiklah. Aku akan makan dan segera bersiap-siap. Biasa kau tak mau apabila berjalan-jalan denganku," ledeknya yang membuatku tertawa.
"Ya sudah, cepatlah," ujarku sambil mendorong badannya agar dia segera berjalan menuju dapur.
Chanyeol mulai berjalan. Namun, sudah sampai pintu kamar, dia malah berbalik kembali padaku. "Aneh. Biasanya kau tak mau jalan-jalan denganku, karena kau takut ketahuan media. Jadi ada apa padamu sekarang ini sayang?" tanyanya setelah berada di depanku.
Aku terdiam sejenak. "A-a-apa salahnya jikalau aku ingin jalan-jalan sekarang?" tanyaku menantangnya.
"Hm, ya tak salah," jawabnya pelan. "Ya sudahlah, kau tak ikut makan bersamaku, sayang?" tanyanya.
"Aku sudah makan. Aku akan bersiap-siap dulu. Setelah aku sudah bersiap, aku harap oppa sudah siap maka. Setelah itu, segeralah oppa bersiap," suruhku padanya.
"Ok," jawabnya disertai wink di matanya. Hal itu pun membuatku mengukir senyuman lalu lantas saja tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVE ❤ TRAINEE (PCY)
Fanfiction"Apa aku bisa bersamamu? "- Hye Woo "Jangan ragu, ini adalah takdir kita." -Chanyeol