Kira kira 4 hari lagi maka aku akan mengikuti ujian agar aku segera debut. Maka dari itu, kali ini aku kembali berlatih dan mematangkan segala kemampuanku untuk meraih cita cita yang sudah kuimpikan dari dulu.
Seluruh para trainee, bukan aku saja, kali ini berlatih dengan sungguh sungguh. Memang ujian yang nanti akan dilaksanakan itu adalah kesempatan emas bagi para trainee untuk mengakhiri masa sulit mereka selama menjadi trainee. Maka dari itu Kali ini bukan aku saja yang berlatih dengan bersungguh sungguh.
Keringat terus saja mengucur di seluruh badanku walaupun sekarang aku telah beristirahat dari latihanku. Panas melandaku walaupun sebenarnya cuaca di Korea bukannya cuaca yang panas menyengat seperti di Indonesia. Kukibas kibaskan tanganku ke wajahku untuk mengurangi rasa panas disana.
"Latihanmu sangat bagus," ujar seorang wanita yang sudah bisa kutebak dari suaranya. Rasanya aku sudah jenuh dengan semua perbuatannya.
Kuputar bola mataku dengan malas. Pandanganku sama sekali tak kuarahkan ke dia. "Apalagi maumu?" tanyaku dengan malas. Kami berdua berbincang dengan suara pelan agar hanya kami yang mendengarnya.
"Kau pasti sudah tau berita yang kusebarkan itu, kan?" tanyanya dengan nada sinis.
"Ya, aku tau," jawabku.
"Bagaimana dengan Chanyeol? Pasti dia kacau," ujarnya dengan pwnuh percaya diri.
Kupalingkan wajahku ke arahnya dengan malas. Kuhela napasku dengan kasar. Rasanya aku sudah muak untuk berhadapan denganya. "Tapi kurasa pemikiranmu salah. Chanyeol sama sekali tidak kacau seperti yang kau katakan,"ujarku.
Minso mengerutkan wajahnya di hadapanku. Dia menatapku dengan penuh kebencian.
"Oh, ya, harus kuberitahu padamu kalau rencanamu itu rencana yang paling bodoh," ujarku. "Aku sudah pernah mengatakan padamu, kan, kalau kali ini aku yang akan menang di dalam permainanmu. Dan sekarang kau telah kalah," ujarku kwmudian langsung meninggalkan dia.
"Berani beraninya kau!" ujar Minso kemudian menarik tanganku sehingga aku berbalik. Setelah aku berbalik ke arahnya, kudapati tangannya segera akan menamparkanku. Tapi Minso berusaha menahannya di udara.
"Ya!" ujar seorang pelatih yang langsung datang ke arah kami. "Mwoaneun geoya (apa yang kalian lakukan)?!" tanyanya setelah berada di dekat kami.
Kuarahkan pandanganku ke pelatih tersebut. "Moregeusseumnida (aku tidak tau)" ujarku menunduk. "Yeoja ini hendak menamparku tanpa alasan," ujarku sambil melirik Minso yang kini perlahan menurunkan tangannya.
Kutinggalkan Minso dengan pelatih tersebut. Sebelumnya kulihat wajah Minso dengan sulutan amarah yang sangat di wajahnya.
***
Kubuka pintu apartemen dengan segera setelah aku menekan beberapa tombol disana. Begitu kubuka pintu, suasana apartemen sangat sepi dengan lampu yang mati.
Kuraba raba dinding untuk menekan stopkontak yang ada disana agar lampu tersebut hidup.
Sekaramg pikiranku sudah entah kemana mana. Aku selalu dikuasai energi negatif apabila sudah melihat suasana gelap. Jujur saja kalau aku sebenarnya takut suasana gelap.
Objek pertama yang kulihat saat aku menghidupkan lampu adalah Chanyeol yang tengah berdiri di hadapanku. Kuhela napasku dengan lega begitu melihat sosoknya. Tapi kali ini Chanyeol berbeda,dia memakai celemek dan memegang sebuah kue bolu di nampan yang dipegangnya dengan kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVE ❤ TRAINEE (PCY)
Fanfiction"Apa aku bisa bersamamu? "- Hye Woo "Jangan ragu, ini adalah takdir kita." -Chanyeol