Mataku terpejam. Aku tertidur dengan nyaman walaupun dalam posisi aku yang duduk dan kepalaku yang kuletakkan di tepi ranjang.
Aku sangat larut dalam tidurku. Entah kenapa rasanya aku sangat capek. Aku lebih banyak kekurangan tidur akhir akhir ini, sehingga mau dalam posisi apapun aku memejamkan mata, pasti bisa dipastikan aku akan tertidur. Hm... kalau tidurku kukatakan dalam posisi nyaman, bukan berarti pikiranku juga mendukung aku tidur dalam keadaan nyaman. Karena setiap aku memejamkan mataku, rasanya itu seperti antara tidur dan tak tidur. Memang aku tidur dan tak sadar akan keadaan sekitar, tapi di dalam pikiranku juga memendam ribuan pemikiran yang menyakitkan, sehingga rasanya aku antara tidur dan tak tidur. Bahkan seluruh permasalahanku terkadang sampai terbawa ke alam mimpiku. Mungkin itulah penyebab aku selalu capek akhir akhir ini.
Kurasakan ada pergerakan di sekitar tanganku. Mataku pun perlahan terbuka karena pergerakan itu.
"H-hyewoo-ya..." suara berat yang masih lemah nan khas itu tiba tiba terdengar di telingaku. Segera kutegakkan posisi kepalaku karena panggilannya.
Aku benar benar tak percaya. Aku sungguh berterimakasih. Ternyata... matanya kini telah terbuka dan dia menatapku.
Air mataku jatuh perlahan. Aku merindukannya. Rasanya aku senang sekali, tapi aku bingung bagaimana cara mengungkapkannya.
Kueratkan tanganku pada tangannya. Kutundukkan kepalaku untuk menyembunyikan tangisanku. Kuusap air mataku dengan cepat sebelum aku kembali menatapnya.
Dia menatapku penuh tanda tanya. Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Kemudian aku segera mengarahkan wajahku ke arah member EXO yang sedang duduk. Mereka sama sekali tak sadar kalau Chanyeol saat ini sudah siuman.
"Oppa, Chanyeol sudah sadar," ujarku tanpa suara kuat, tapi jelas untuk di dengar para member EXO. Mereka langsung menatapku begitu mendengar perkataanku. Akhirnya dengan antusias, mereka menghampiriku dan Chanyeol.
Sekarang aku berada di dalam kerumunan member EXO.
"Hyung, kau sudah sadar?" tanya Sehun di hadapan Chanyeol yang sudah membuka matanya. Chanyeol diam tak menanggapi Sehun, tapi dari tatapannya seolah dia ingin mengatakan 'ya'. Aku tau dia masih sangat lemah untuk berbicara.
"Syukurlah, Chan," ujar Suho oppa lalu dia mengambil telepon dari sakunya dan segera menyuruh agar seorang dokter datang ke ruang Chanyeol.
Aku terdiam sambil menahan air mataku agar tak jatuh dari persembunyiannya. Aku menunduk sampai pandanganku tak bisa melihat Chanyeol. Isakanku dengan tiba tiba hendak keluar, tapi aku segra menghentikannya dengan menggigit bibirku.
Aku sangat merindukan sosoknya yang telah hilang dalam beberapa hari ini. Dan saat dia sadar... rasanya aku bingung mau mengeksresikan perasaanku dengan bagaimana. Aku bahagia sekali saat ini.
"K-kenapa m-menangis?" Suara Chanyeol tiba tiba keluar dengan sangat pelan. Walaupun pelan, aku masih bisa mendengarnya. Aku tau pasti dia sekarang sedang berbicara padaku.
Aku menggeleng di depannya, "A-aniyo...". Lalu keberikan satu senyumanku padanya.
Tiba tiba dokter datang. "Permisi, pasien harus diperiksa dahulu," ujar sang dokter ke arahku dan para member EXO yang tengah berada di sekeliling ranjang Chanyeol.
Aku dan para member EXO segera menjauh dari Chanyeol. Kulepaskan tangan Chanyeol dan segera bergerak menjauh darinya. Walaupun awalnya Chanyeol tak ingin melepaskan tanganku.
Dokter segera menangani Chanyeol. Memeriksa seluruh kondisi Chanyeol. Aku pun hanya melihat apa yang dilakukan dokter kepada Chanyeol dari kejauhan. Tak begitu jauh, hanya berdiri sedikit jauh dari ranjangnya, membiarkan dokter dengan leluasa memeriksa Chanyeol.
"Chanyeol sudah sadar?" suara Chen oppa terdengar dari belakangku.
"Ya," jawab D.O oppa menanggapi pertanyaan Chen oppa. Chen oppa dan Kai oppa baru saja kembali dari kantin dengan membawa beberapa makanan.
Tiba tiba dokter membalikkan badannya menghadap ke arahku dan para member EXO. Dokter telah siap memeriksa Chanyeol. "Syukurlah keadaannya sekarang sudah membaik," ujar dokter. "Sekarang tinggal luka lukanya, tampaknya akan sembuh dalam beberapa hari. Tulangnya juga tidak patah, hanya saja terkilir. Dia akan kesulitan berjalan untuk beberapa hari, tapi dipastikan dia akan segera bisa berjalan kembali," jelas sang dokter sambil tersenyum lega. Setelah itu, dia segera keluar dari ruangan Chanyeol.
Aku segera mendekati Chanyeol kembali dan duduk di sampingnya. Aku hanya terdiam dan menatapnya dalam durasi yang lama.
"Terimakasih Tuhan kau telah mengembalikan dia padaku," batinku.
Chanyeol tiba tiba meraih tanganku yang berada di tepi ranjang. Dia menggenggam tanganku. "Jangan menangis seperti tadi, aku tak suka..." ujarnya pelan sehingga membuatku kembali membendung air mata. Semakin dia berbicara, rasanya hatiku semakin sesak.
Aku menggeleng cepat dan menghapus air mataku yang membendung, "T-tidak, aku tak menangis."
"Sudah... ayo makan..." ujar Baekhyun oppa yang tiba tiba berada di sampingku duduk. Aku menoleh ke arahnya. "Kau pasti lapar," ujar Baekhyun lagi.
Aku menggeleng, "Tidak, aku tak lapar."
Chanyeol mengeratkan tangannya di tanganku, walaupun tak seerat biasanya. "Makan, sayang...." suruh Chanyeol padaku dengan suara yang pelan. Disaat seperti ini, Chanyeol malah mempedulikanku. Bagaimana dengan dia? Dia bahkan belum sama sekali makan selama dia koma. Bagaimana bisa aku makan dengan dia yang sama sekali belum makan.
Kutundukkan kepalaku di hadapan Chanyeol oppa dan tepatnya di samping Baekhyun oppa, "Chanyeol oppa belum makan... aku juga tak akan makan..." ujarku pelan.
Baekhyun oppa menyodorkan sebuah mangkuk berisi bubur di hadapanku. "Chanyeol akan segera makan. Suster baru saja mengantarkan makanannya. Jadi sekarang makanlah bersama para member yang lain" suruh Baekhyun padaku.
"Oppa, biarkan aku menyuapi Chanyeol oppa, setelah itu aku akan makan," ujarku kepada Baekhyun oppa. Kuraih mangkuk berisi bubur di tangan Baekhyun oppa. Baekhyun oppa mengangguk dan menyodorkan mangkuk berisi bubur tersebut padaku kemudian dia segera bergabung pada member yang lain.
Kuaduk aduk bubur di hadapanku dan kusendok bubur tersebut kemudian kusodorkan bubur tersebut pada Chanyeol, tapi sebelumnya alat pernapasan di hidung Chanyeol sudah kulepaskan.
Chanyeol membuka mulutnya. Aku tersenyum begitu makanan tersebut masuk ke mulutnya. Rasanya bahagia dapat merasakan berinteraksi kembali dengannya, bukan seperti kemarin yang hanya melihatnya terbaring lemah.
Tetapi senyumanku tak bertahan dalam waktu lama, sampai akhirnya aku teringat akan perjanjianku.
"Setelah Chanyeol sembuh, buat Chanyeol membencimu. Buat dia sangat-sangat membenci dirimu sampai akhirnya dia tak ingin melihatmu lagi. Dengan begitu, aku akan mudah kembali ke kehidupannya,"
Kata kata Minso terngiang di telingaku. Hal itu membuatku tiba tiba diam membeku dengan air mata yang membendung. Kembali kutundukkan kepalaku untuk kesekian kalinya untuk menyembunyikan wajah sedihku.
"Kenapa, sayang..? Apa kau menangis?" tanya Chanyeol.
Aku menggeleng dengan cepat dan menghapus air mataku yang membendung kemudian kupasang senyumanku di hadapannya, "gwaechanayo."
Kusodorkan lagi satu sendok bubur di hadapannya, "makanlah yang banyak, oppa,agar kau cepat sembuh,"ujarku.
"Maafkan aku, oppa. Maafkan aku jika pada akhirnya aku akan menyakitimu. Maafkan aku..." batinku.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVE ❤ TRAINEE (PCY)
Fiksi Penggemar"Apa aku bisa bersamamu? "- Hye Woo "Jangan ragu, ini adalah takdir kita." -Chanyeol