80

92 5 1
                                    

      Chanyeol pov

      Hyewoo telah pergi ke dapur dan sekarang hanya menyisakan aku dan Minso di ruang tamu.
   
      "Chanyeol-ah," panggil Minso. Aku menatap ke arahnya dengan wajahku yang kuusahakan untuk ramah. Walaupun sebenarnya agak susah  ramah untuk orang yang pernah menyakitiku dan menyakiti Hyewoo. Namun begitu, Minso juga telah minta maaf padaku waktu itu, jadi aku juga harus bersikap baik padanya.
  
      "Iya," jawabku.

      "Hm... apa kau masih menyimpan dendam padaku?" tanya Minso.

      "Tidak," jawabku. "Aku tak pernah dendam padamu. Aku sudah memaafkanmu dari lama," ujarku.

      "Kalau begitu terimakasih, Chan," ujarnya sambil tersenyum padaku. Aku pun membalas senyumnya itu.

      "Chan, boleh kita jadi teman?" tanyanya padaku.

      Aku sedikit lama mencerna perkataannya. "Hm... boleh saja," jawabku dengan agak ragu.

     "Benarkah, Chan?!" tanya Minso dengan antusiasnya di depanku.

     "Iya, boleh," jawabku dengan sedikit kuluman senyum. "Lagipula sudah tidak ada masalah lagi di antara kita, kan?" ujarku meyakinkan.

     "Terimakasih, Chan," minso tersenyum di depanku.

      Keheningan tercipta di antara aku dan Minso. Kami tak membahas apapun lagi saat ini. Aku pun dari tadi terus saja menunggu Hyewoo segera kembali dari dapur.

      "Chanyeol-ah," panggil Minso.

     "Ya," jawabku singkat.

     "Aku mau ke kamar mandi. Kamar mandinya dimana, Chan?" tanya Minso.

     "Kau bisa pakai kamar mandi yang ada di dapur," jawabku.

     "Iya," tanggap Minso lalu berdiri di depanku. "Sekalian aku akan membantu Hyewoo untuk membawa minuman untuk kita bertiga," ujarnya yang membuatku mengangguk.

     Minso segera berjalan menuju dapur.

    Chanyeol pov has Ended

                                             ***

    Aku menuangkan jus jeruk dari blender ke dalam tiga gelas. Kuletakkan gelas gelas tersebut di atas nampan agar mudah kubawa. Kuangkat nampan tersebut dan segera hendak berjalan menuju ke ruang tamu.

     "Perlu bantuan?" tanya Minso yang tiba tiba datang di depanku. Aku tak menjawab pertanyaannya namun aku tetap berjalan ke arah pintu, dimana Minso berada didekatnya.

     "Letakkan itu di atas meja," ujar Minso sambil menunjuk nampan di atas tanganku. Kali ini dia berbicara dengan nada tajam dan tatapan tak bersahabat, sangat berbeda dengan Minso yang tadinya datang dengan wajah ramah.

      Dengan terpaksa aku berbalik dan meletakkan nampan tersebut di atas meja. Minso mendekatiku yang berada di dekat meja.

     "Kau tau Chanyeol sudah sembuh dari beberapa hari yang lalu," ujarnya. "Apa kau lupa janjimu?" tanyanya.

      "Tidak, aku tak lupa," jawabku dengan pandangan yang tak menatapnya.

      "Kau tidak lupa, tapi kau berusaha untuk melupakannya," ujarnya dengan nada tak bersahabat.

      "Aku tak berusaha melupakannya, hanya saja perlu waktu untuk melakukan itu semua," jawabku sambil menahan emosi.

      "Perlu waktu apa?" tanya Minso menajam padaku. "Kau tinggal buat suatu hal yang akan membuat Chanyeol marah, lalu kau tinggalkan Chanyeol, itu tak memerlukan waktu. Mulai saat ini pun kau bisa melakukannya," ujar Minso.

      "Tapi itu tak semudah apa yang kau pikirkan, Minso-ya! " jawabku mulai emosi.

       "Aku telah menunggumu selama beberapa hari ini, tapi kau tak melakukan hal apapun, malah kau semakin dekat dengan Chanyeol," ujarnya masih dengan nada tajam. "Aku mau hari ini juga kau meninggalkan Chanyeol, jika tidak, maka...." Minso menjeda kalimatnya. Tatapanku yang semula tak menatapnya, kini malah beralih menatap ke arahnya. Saat aku telah menatap Minso, Minso menatapku dengan mata tajamnya. "Aku ada disini, maka jika kau tak meninggalkan Chanyeol hari ini juga, bersiaplah kau akan melihat Chanyeol mati ditanganku," ujar dengan mata berapi api.

     "Tapi untuk apa kau membunuhnya? Bukankah kau menginginkan Chanyeol karena kau mencintai Chanyeol? Apa kau tega membunuh orang yang kau cintai?" tanyaku dengan air mataku yang membendung.

      "Aku sudah pernah mengatakan padamu, kalau aku tak mendapatkan Chanyeol, maka kau juga jangan. Jadi, kalau Chanyeol tetap mencintaimu, maka aku tal segan segan untuk membunuhnya," ujar Minso yang membuatku hanya terdiam sambil menahan emosiku.

      "Kuberikan kesempatan untuk kau membuat Chanyeol membencimu pada hari ini juga," ujar Minso. "Aku tak mau tau, jikalau tidak, bersiaplah Chanyeol akan mati," ujarnya sambil berbalik dan berjalan menuju keluar dari dapur.

       "Minso-ya," panggilku pada Minso sehingga Minso menghentikan langkahnya dan berbalik.

       "Berikan aku waktu, kumohon," ujarku pelan dengan air mata yang telah mengalir. "Aku tak bisa meninggalkan Chanyeol dengan secepat ini," ujarku memohon padanya.

       Minso menggeleng, "tidak, tidak bisa. Aku telah memberimu banyak waktu dari kemarin."

      "Kumohon... hiks..." ujarku seperti orang yang tengah meminta bantuan. "Aku berjanji setelah itu aku akan meninggalkan Chanyeol. Setidaknya berilah kesempatanku untuk yang terakhir kalinya bersama Chanyeol, kumohon... hiks," ujarku sambil sesenggukan.

      Minso tak menjawabku. Dia hanya memandangiku yang sekarang dalam keadaan paling menyedihkan. Minso memandangku dengan wajah tak senangnya.

     "Baiklah, kuberi kau waktu dua hari. Setelah dua hari itu, maka kau harus sudah membuat Chanyeol membencimu dan segeralah pergi," ujar Minso dengan tatapan tajamnya.

      Aku mengangguk paham dengan air mataku yang terus mengalir.

                                        ***

MY LOVE ❤ TRAINEE (PCY) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang