Aku terduduk sambil menikmati pemandangan bunga bunga di depanku. Kuperhatikan dengan seksama bunga bunga berwarna merah, kuning, ungu, yang sekarang sedang mekar-mekarnya. Semua bunga itu adalah aku yang menanamnya. Namun, setelah taman tersebut kutinggalkan selama berbulan-bulan, akhirnya ibuku lah yang merawatnya dan tampaknya tamanku semakin indah saat ini.
"Ra, kau yakin dengan keputusanmu, sayang?" Mommy tiba tiba saja datang disaat aku tengah asik memandang bunga-bunga itu.
"Ya, mom,"jawabku. " Aku kembali memang hendak menjalankan perusahaan kita. Benar kata daddy, aku harusnya menyerah pada mimpiku, seharusnya dari awal aku mengikuti kata daddy," lanjutku.
Aku berbohong pada keluargaku. Bukannya aku menyerah pada mimpiku. Hanya saja ada yang lebih berharga dari mimpiku itu. Aku merelakan mimpiku hanya untuk menyelamatkannya.
Awal kali aku sampai di rumahku beberapa hari yang lalu, aku langsung mengatakan pada kedua orang tuaku, kalau aku memang sudah menyerah pada mimpiku dan aku bersedia untuk melanjutkan perusahaan ayahku. Walau sebenarnya tujuan kepulanganku, bukanlah itu. Lagipula setelah aku kembali ke Indonesia, maka memang itu, kan, yang akan aku lakukan pada akhirnya? Meneruskan perusahaan?
"Apa yang menyebabkan kau menyerah pada mimpimu, sayang? Bukankah kau sangat yakin pada mimpimu dulu?" tanya ibuku sambil segera duduk di kursi sebelahku. Sepertinya Ibuku sekarang siap untuk mendengarkan segala curahan hatiku. Namun, sepertinya kali ini pun aku harus berbohong kepada ibuku. Aku tak mungkin mengatakan yang sebenarnya pada ibuku.
"Aku capek, Mom. Latihan terus-terusan tanpa ada kepastian untuk debut. Jadi aku menyerah," jawabku memelas. Kenyataannya padahal bisa saja sekarang aku sudah debut, jika saja waktu itu aku mengikuti ujian tersebut dan lulus. Namun, pada saat itu kejadian kecelakaan Chanyeol membuatku melupakan semua itu. Aku lebih memilih meninggalkan ujian itu dan melihat Chanyeol daripada mengikuti ujian itu. Karena bagiku Chanyeol lebih berharga dari itu.
"Hm, begitukah?" ujar ibuku sambil mengelus rambutku. "Mommy selalu mendukung seluruh keputusanmu, sayang. Jika ini memang keputusanmu, Mommy turut senang. Terlebih lagi kau kembali ke Indonesia. Mommy sangat senang sekali,"ujar ibu sambil melempar senyuman padaku. Sebisa mungkin kubalas senyuman itu walaupun sebenarnya suasana hatiku saat ini tak memungkinkan aku untuk mengumbar senyuman.
"Baiklah. Nanti malam bicarakanlah lagi dengan daddy,"suruh ibuku. " Daddy sangat senang saat kemarin kau berkata akan meneruskan perusahaannya," ujar Ibuku sambil bangkit dan bergegas pergi. Namun sebelumnya, dia sempat mengelus rambutku sebelum akhirnya pergi dari hadapanku.
***
Back to Chanyeol pov
Setelah lama dari acara ciuman antara aku dan Minso, akhirnya kami berdua pun melepaskan ciuman tersebut. Dengan wajah yang masih berdekatan, kami berdua saling menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.
Aku perlahan mulai menjauh dari Minso. Gugup rasanya setelah melakukan hal seperti itu. Minso juga tampak sangat gugup. Namun, anehnya, rasa jantungku yang berdetak itu, tidak ada. Hanya rasa gugup, namun tak ada rasa jantung yang berdetak. Bukan hanya itu, rasa kehangatan juga tak ada. Apakah tadi itu hanya ciuman nafsu, bukan cinta? Ini berbeda rasanya disaat aku mencium Hyewoo. Gadis itu selalu sukses membuat jantungku berdetak. Aish! Kenapa aku mesti memikirkannya?! Dia sudah kubenci dan anggaplah dia telah mati di dunia ini!
"C-chan, a-apakah kita kembali menjalin hubungan lagi?" tanya Minso dengan suara yang sangat pelan.
"Hm, ya," jawabku. Sebenarnya aku masih bingung mau menerima atau tidak. Tapi apa salah mencoba? Dia juga selalu ada untukku akhir-akhir ini. Walaupun aku belum mencintainya sepenuhnya, tetapi aku yakin, nantinya aku juga akan mencintainya kembali. Jadi aku putuskan untuk menjalin hubungan dengannya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVE ❤ TRAINEE (PCY)
Fanfic"Apa aku bisa bersamamu? "- Hye Woo "Jangan ragu, ini adalah takdir kita." -Chanyeol