Bab 8 - Kerja Kelompok (?)

685 108 14
                                    

Bagi Risa, membuat bekal bukan hanya sekedar memasak lalu memasukkan hasil masakannya ke dalam kotak. Bekal ada seninya sendiri. Mulai dari membuat konsep, membeli bahan, membentuk, kemudian menatanya dalam kotak. Perlu kreatifitas, ketekunan dan kesabaran.

Bento atau bekal makanan orang-orang Jepang adalah inspirasi Risa. Ia bisa memelototi layar ponselnya berjam-jam hanya untuk menonton puluhan episode tutorial membuat bento. Sungguh, Risa benar-benar takjub dengan orang-orang yang ada di video-video itu. Mereka bisa menyulap bahan makanan yang sederhana menjadi bentuk-bentuk lucu yang menggemaskan.

"Bu, udah mirip kucing belum?" Risa mengangkat kotak bekal berwarna merah favoritnya, menunjukkan karya seni yang ia kerjakan selama sejam. Bentuknya sederhana. Kepala bulat besar dengan sepasang kaki depan dan telinga yang mungil.

Respon Rahma tidak seantusias yang Risa bayangkan. "Kamu bangun jam setengah 5 pagi buat bikin beginian? Tugas sekolah kah?"

Risa meletakkan kembali kotak bekalnya di atas meja. Anggap saja ibunya bilang mirip. "Bukan sih. Buat makan siang Risa aja," jawab Risa yang sekarang sibuk menata daun selada di samping nasi.

"Jangan kelamaan. Nanti telat lho."

Risa tersentak. Sekarang tiap kali ia mendengar kata telat, Risa langsung teringat wajah Hara yang basah kuyup tersiram kuah supnya. Kemudian ingatannya bermuara pada PR yang Hara berikan padanya.

"Sampai akhir semester, lo harus menemukan alasan yang sebenarnya kenapa lo mau tetap bersekolah di Litarda. Kalau nggak, gue saranin lo pindah. Litarda terlalu berat untuk mereka yang sekolah setengah hati."

Kenapa PR yang diberi Hara terasa lebih berat dari tugas sekolahnya? Lalu, kalau dia gagal, apa beasiswanya akan dicabut?

Menyerahkan nasibnya pada Tuhan adalah jalan terbaik. Namun, bagaimana kalau Tuhan menunjuk Hara Dhana sebagai perantara? Risa pun melepas sebuah helaan napas panjang.

Menata lauk adalah tahapan berikutnya dari bekal Risa. Lauk hari ini terdiri dari ikan salmon, kabocha (labu Jepang), telur gulung, ditemani beberapa sayuran kukus. Kemarin Mbak Gita menghadiahi Risa ikan salmon. Wanita itu tahu Risa suka membuat bekal. Katanya agar Risa kuat naik kereta pagi ini. Risa hanya membalas ucapan Mbak Gita dengan tawa hampa. Sayang, ikan salmon ini tidak bisa berenang membawa Risa menembus lautan manusia di dalam gerbong kereta.

"Nak..." Rahma mencolek lengan Risa.

"Ya, Bu?" Mata Risa mengikuti arah telunjuk ibunya tertuju.

"Itu kucingmu buta? Nggak ada matanya?"

"Ya ampun!"

Ibunya benar. Risa lupa memberi mata pada si kucing karakter utama bento-nya. Cepat-cepat Risa menjepit nori (rumput laut kering) dengan alat penjepit khusus menjadi dua lingkaran yang sama besar kemudian menempelnya.

Risa mengamati makan siangnya. Kucing kok. Ini kucing. Risa meyakinkan diri setelah ia sempat mengira bekalnya lebih mirip dugong.

* * *

Risa sengaja berangkat 30 menit lebih awal untuk menghindari kebodohan yang sama. Selain itu, saat pulang sekolah ia melihat pagar kawat sudah dipasang di atas tembok yang Risa panjat. Artinya, kalau ia telat, tidak ada jalan lain selain melewati gerbang sekolah.

Luar biasa. Mungkin cuma dia anak baru yang bisa membuat sekolah memasang pagar kawat.

Perjalanan Risa ke sekolah lancar. Ia berhasil turun dengan mulus di Stasiun Tebet. Ojek online yang ia pesan pun datang dengan cepat. Sepertinya semua akan baik-baik saja, pikir Risa.

Bekal RisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang