Bab 76 - Malam Penutupan

1.3K 117 62
                                    

"Aku mau nanya nih ya, Risa ..."

Oryza memakai kacamata hitamnya, mengajak Risa meneduh di bawah tenda sambil menontoni pacarnya yang sedang memanjat tebing artifisial milik klub pecinta alam SMA Litarda. Tak lupa Oryza membekali mereka dengan sekantong popcorn dan minuman soda.

"Kenapa mereka susah-susah bikin tebing buatan untuk ini? Kenapa nggak pakai pohon kelapa saja? Pastinya lebih ramah lingkungan."

Pertanyaan Oryza terdengar valid di telinga Risa. Untuk yang memanjat, aktivitas wall climbing ini pasti sangat menyenangkan. Memacu adrenalin, melatih otot. Tapi untuk yang menunggu di bawah, waktu terasa sangat panjang. Mereka tidak bisa melihat apa pun kecuali tubuh si pemanjat yang semakin tinggi semakin mengecil.

Reo memanjat dengan sangat cepat, mengingatkan Risa akan tokoh Spiderman. Tubuhnya ringan, berayun dari satu titik ke titik lainnya seakan-akan hal itu sangat mudah dilakukan. Padahal kalau Risa yang coba, jangankan sampai puncak, merentangkan tangan dan kakinya saja pasti susah payah.

"Ayo, sayang! Cepet turun dong!" Oryza menyemangati Reo. "Gara-gara Hara nih, Reo jadi keranjingan wall climbing. Lama-lama aku suruh dia panjat aja tuh tembok Lapas deket rumahnya."

Risa mendengus geli mendengar Oryza menggerutu untuk pertama kalinya. Biasanya Oryza selalu sabar dan tenang apa pun yang sedang mereka lakukan. Mungkin ini cara Oryza untuk mengatakan kalau pertemanan mereka sudah sedekat itu sampai-sampai Oryza berani memperlihatkan sisi lain dari dirinya.

"Sayang, kalau kamu kelamaan manjat nanti aku ditikung cowok lain nih!"

Risa hampir tersedak popcorn mendengar teriakan Oryza. Kalimat tadi ternyata juga mendapat perhatian seisi area wall climbing. Diam-diam semua cowok yang ada di sana menjaga jarak dari tempat Oryza dan Risa menunggu, kecuali Hara yang sedang menjadi belayer (penambat) Reo. Mungkin mereka takut kena hajar Reo.

Seakan bisa mendengar apa yang Oryza teriakkan, tak lama kemudian Reo sudah mencapai puncak dinding dan memberi isyarat pada Hara kalau dia akan segera meluncur turun.

"Siapa yang mau nikung kamu?" tanya Reo saat kakinya sudah menjejak lagi di atas tanah. Semua laki-laki yang ada di sana cepat-cepat menggeleng, tak mau Reo salah sangka.

"Bercanda kok." Oryza nyengir, senang pacarnya sudah selesai memanjat.

Reo dan Hara bertukar posisi. Hara yang akan memanjat dan Reo menjadi penambat. Ini bukan pertandingan tapi entah kenapa Risa jadi deg-degan menyaksikan Hara melakukan persiapan. Fisik Hara kuat kan? Semua perlengkapan mereka aman kan? Hara tidak fobia ketinggian kan?

"Risa," panggil Hara sembari membalur kedua telapak tangannya dengan kapur magnesium klorida untuk mengurangi kelembaban.

"Ya, Kak?"

"Nanti teriakin gue kayak Oza ke Reo tadi ya." Hara mengerling, kelihatan bersungguh-sungguh dengan permintaannya.

"O ... ke ..." jawab Risa ragu-ragu, tak yakin kalau dia akan terdengar semanis Oryza saat berteriak nanti. Dia kan paling payah kalau urusan manja-manjaan begitu.

Hara mulai memanjat. Bersamaan dengan itu, kamera yang diletakkan di beberapa sudut dinding berhasil dinyalakan dan menampilkan gambar Hara dari dekat di sebuah layar TV. Hara tampak sangat keren di sana. Pergerakannya tidak secepat Reo, malah cenderung lebih santai.

Sedang asyik memperhatikan Hara, tiba-tiba seseorang muncul menghampiri Risa. Risa pikir inilah saat yang tepat untuk ia berteriak memenuhi pesan Hara tadi. "Kak Hara! Ada Kak Aksa nih!" Sengaja Risa membawa nama Aksa. Cuma Aksa yang bisa membuat Hara cukup merasa terancam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bekal RisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang