Bab 19 - Seringan Bulu Angsa

573 97 18
                                    

"Kelas kita digabung sama kelasnya Kak Hara!"

Berita yang dibawa Secha langsung mendapat tanggapan heboh dari semua anak perempuan di kelas Risa.

Kecuali Risa.

Dia sudah kenyang kena marah Hara, apalagi cuma sekedar bertemu dengannya. Baru saja tadi pagi Hara membiarkan Risa berlari mengejarnya ke mobil padahal kepalanya masih berdenyut sakit.

Hara Dhana. Si Raja Tega.

Risa menotol bibirnya dengan lip tint yang sama dengan yang ia gunakan di mobil Hara. "Centil? Cih. Situ aja yang nggak pernah liat cewek dandan." Risa mencibir pada bayangannya sendiri di cermin, mengandaikan bayangan itu adalah Hara Dhana.

"Risa, Risa!" Adeline menarik tangan Risa saat Risa keluar ruang ganti. "Lo kan adik bimbingannya Kak Hara. Jalan bareng kita dong," rengek Adeline. Tak lama kemudian Secha, Tara dan Christie bergabung, tapi tak ikut merengek.

Risa tak tahu apa hubungannya jadi adik bimbingan Hara dan jalan bersama mereka. Ia juga tak mau ambil pusing. Ya sudah. Akhirnya ia pasrah digiring ke lapangan.

"Eh, itu Kak Hara!" Adeline keceplosan memekik, membuat semua kepala tertuju pada Hara. Wajah Adeline malu bukan main. Cepat-cepat ia menunduk melihat ujung sepatunya sendiri.

Tidak hanya Adeline, sekarang Tara juga ikut panik. "Risa, umpetin gue!" bisik cewek itu, langsung lompat bersembunyi di belakang tubuh Risa.

Si Tara sadar nggak sih kalau badannya 10 senti lebih tinggi dari gue? Ngapain susah-susah ngumpet di belakang sih? Tetep keliatan juga.

Tiba-tiba pandangan Risa bertemu dengan Hara. Sayang, hari ini Risa sedang tak ingin tersenyum pada cowok itu.

Ah, itu Kak Reo!

Risa menyadari sosok Reo di belakang Hara. Segera saja Risa menangkap pandangan laki-laki itu dan tersenyum. Mengisyaratkan pertemuan mereka nanti siang sepulang sekolah.

* * *

Pelajaran olahraga kali ini sangat tidak efektif. Terlalu banyak siswa membuat Mr. Abdul pusing sendiri. Cewek-cewek kelas X sibuk mencuri pandang ke arah Hara. Yang kelas XI sibuk bergosip. Cowok-cowok kelas X berniat fokus pada pelajaran, tapi yang kelas XI malah menjahili mereka.

"Gini aja deh!" Mr. Abdul menepuk tangan keras, meminta perhatian seisi lapangan. Bahkan sudah dengan suara selantang itu, masih belum mempan juga.

"Guys, berhenti ngobrol dong. Kasihan Mr. Abdul." Hara mencoba membantu guru mereka. Agak berhasil, tapi masih ada satu cowok yang berkeliaran mengganggu teman-temannya. Dengan kesal, Hara menyeret cowok berambut cepak itu dan memaksanya berdiri sendirian di baris paling depan.

"Thank you, Hara." Mr. Abdul takjub melihat usaha Hara membuat semua orang diam. "Gini ya. Kalian itu terlalu banyak untuk kelas ini. Jadi kita bikin pertandingan kecil aja ya?"

Tidak ada gairah di lapangan. Semua siswa membuang pandangannya dari Mr. Abdul dan sibuk menatap ujung kaki mereka masing-masing.

"Saya punya voucher makan 3 juta untuk masing-masing juara satu tim putra dan putri. Cari kelompok berlima dengan jenis kelamin yang sama."

Barulah terdengar seru bersemangat dari berbagai penjuru. Di saat semua orang sibuk mencari kelompok, Risa hanya berdiri di tempat tidak bergeming. Dia bingung harus membuat kelompok dengan siapa. Sebaiknya dia tunggu saja siapa yang kekurangan anggota. Di sudut depan, Hara kebalikannya. Tanpa bertanya, orang-orang sudah berebut menariknya untuk menjadi anggota kelompok mereka. Kadang Risa iri kalau melihat popularitas Hara.

Bekal RisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang