"Pukul 7.30 gerbang depan ditutup. Pastikan nggak ada siswa lagi yang masuk agar nggak mengganggu jalannya acara. Semua yang terlambat dikumpulin di gerbang samping dan baru boleh masuk setelah acara selesai."
Hara menyampaikan poin terpenting dari rapat persiapan acara pagi ini di hadapan semua perangkat OSIS dan panitia. Sudah tidak asing lagi bagi peserta rapat kalau Hara tidak suka kata terlambat. Tidak perlu hukuman. Hara hanya perlu melayangkan tatapan tajamnya dan orang-orang yang terlambat pun seketika akan merasa nyalinya hangus.
"Tania, susunan acara?" Hara mulai masuk ke detail acara.
Tania, kapten acara penyambutan murid baru tahun ini, dengan sigap menjawab, "Acara dibuka dengan doa diikuti sambutan Kepala Sekolah."
"Mr. Lee sudah terinfo untuk sambutan ini?"
Tania mengangguk. "Sudah. Kemarin malam udah gue konfirmasi."
"Pastiin lagi ya. Gue nggak mau denger dia nggak hadir dengan alasan tea time. Kalau bisa, suruh dia tea time di panggung. Kita ada teh celup dan biskuit cokelat kan di pantry?"
"I-iya." Tania cepat-cepat menggambar lingkaran pada kata 'sambutan' dengan stylus di layar ponselnya.
Hara paham betul, Michael Lee—kepala sekolah mereka—adalah yang paling sulit diatur. Pria berdarah campuran Tionghoa-Amerika-Sunda itu keras kepala bukan main dan sering bertindak sesukanya. Beradu mulut dengannya adalah makanan sehari-hari Hara. Mungkin karena hanya Hara yang berani bicara balik terhadap pria itu, menyebabkannya menjadi—katanya—anak kesayangan Mr. Lee.
"Lanjut, Tania."
"Setelah sambutan, ada penampilan lagu Infinite Dream dari Litarda Choir."
Pekikan penuh semangat terdengar dari seluruh penjuru ruang rapat. Litarda Choir adalah salah satu ekskul paling berprestasi di SMA Litarda. Mereka baru saja memenangkan kejuaran paduan suara internasional di Wina, Austria. Walau hari ini mereka hanya akan membawakan lagu himne sekolah mereka, penampilan mereka tetap ditunggu-tunggu semua orang.
Namun, bukanlah Litarda Choir yang mendapatkan sorakan paling keras.
"Setelah promosi dari masing-masing ekskul ada penampilan penutup dari KPop Dance Cover dan—uhuk—The Soultrap."
"WHOAAA!!!"
Ruang rapat jadi berisik bukan main. Semua peserta rapat bersahutan berseru menggoda Hara yang kebetulan adalah bassist sekaligus personil band paling populer dari The Soultrap.
"Paan sih, guys. Ayo dong balik ke rapat kita," Hara memohon. Betapa pun ia mencoba menahan senyum malu, wajahnya terlanjur merona. Semakin ia mencoba untuk tetap kalem, semakin mereka semua berusaha menggodanya. Jadi, Hara memilih duduk diam, bersandar dengan tangan terlipat, menunggu mereka selesai berkicau. Sesekali ia menjepit bibir kalau ada ocehan yang kelewat lucu.
"Gue tiketin ya? Seorang mapuluh rebu. Mayan buat beli alat-alat sepedaan."
"Jangan, Denis," Hara menggeleng menolak ide Denis.
"Aaaa! Kak Haraaa! Nikahin aku dooong!" Reo sengaja melengkingkan suaranya, meniru teriakan cewek-cewek penggemar Hara saat Java Jazz kemarin lengkap dengan bahasa tubuh yang gemas.
Baut penahan tawa di mulut Hara copot. Kali ini Hara tak bisa lagi menahan tawa. Terlalu lucu. Susah payah Hara mendekap wajah untuk menyembunyikan tawanya. "Nikahin lo? Mending gue nikah sama bass gue," sahutnya dengan sisa-sisa tawa.
* * *
"Okeh! Soultrap aman ya?" Tania mengonfirmasi seusai The Soultrap selesai gladi terakhir untuk penampilan mereka beberapa jam lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/198782895-288-k206858.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bekal Risa
Teen Fiction[TAMAT] Di saat Hara mulai menyadari perasaannya gara-gara sekotak bekal buatan Risa, adik kembarnya--Aksa--muncul menyatakan perasaan pada gadis itu. Hara tertekan. Ia teringat apa kata ibu mereka kalau ia harus mengalah pada adiknya. Hal itu menye...