"SIAPA YANG BERANI NGELECEHIN ANAK GUE?"
Seisi kelas X-Delta membeku melihat Hara menendang pintu kelas mereka dan berteriak seperti seekor singa yang mengamuk. Saskia menyusul di belakangnya, berjaga-jaga agar Hara tidak lepas kendali.
Risa tidak ada di sana. Ibunya baru saja menghubungi Hara, tubuhnya demam dan ia terus meracau soal tak mau kembali ke sekolah. Itu saja sudah cukup membuat hati Hara terluka.
"Oke, pertanyaan lainnya. Siapa yang satu kelompok Sejarah dengan Risa?"
Kelas masih bungkam. Kesabaran Hara mulai habis.
"Atau kalian lebih memilih gue mengurung kalian semua di aula sampai ada yang mengaku?"
Barulah kelas itu sedikit bereaksi. Beberapa orang mulai berbisik, beberapa lagi menyisir seisi kelas dengan pandangan mereka.
Satu tangan teracung dari bangku tengah. Seorang laki-laki berambut cepak dengan plester luka membalut tulang hidungnya menjawab, "Saya kebetulan anggota kelompok Sejarah Risa, Kak. Tapi saya nggak paham apa yang Kak Hara maksud."
"Nama lo siapa?"
"Willy, Kak."
"Hmm." Hanya itu respon Hara. "Ada lagi yang mau bicara?"
Seorang gadis berambut digulung di atas kepala mengangkat kepalanya. "Saya Denada, juga teman satu kelompok Sejarah Risa, Kak. Tapi saya kemarin absen karena sakit."
Hara mulai menghitung. "Satu kelompok isi 4 orang. Lo bilang nggak tahu apa-apa." Hara mengabsen testimoni Willy sebelum beralih pada Denada. "Lo bilang kemarin lo sakit."
Baik Willy maupun Denada mengangguk.
Mata Hara perlahan memicing. "Lalu, siapa dong yang pelakunya?"
Serempak Willy dan Denada menoleh ke arah Tita. Tita yang gampang tersulut pun langsung meledak. "EH, BANGSAT! BISA-BISANYA KALIAN BERSEKONGKOL NUDUH GUE! KAN ITU IDE KALIAN!—"
"TITA!" bentak Reo yang tiba-tiba muncul di sebelah Hara. Reo kelihatan sama murkanya dengan Hara. "Berhenti bicara! Ikut gue ke ruang OSIS!"
"Tapi Kak—"
"Mama Papa udah di sana."
Mendengar ucapan kakak kandungnya itu, wajah Tita seketika berubah pucat pasi. Mata gadis itu mulai berair dan bibirnya gemetar. "Bukan gue, Kak... Demi Tuhan, itu bukan ide gue tapi ide mereka berdua..." tangis Tita pecah di hadapan semua orang.
Reo memejamkan mata dalam-dalam. "Sori, Ta. Kali ini gue nggak bisa bantu lo. Kalian udah keterlaluan." Kemudian Reo membalik tubuh, meninggalkan kelas itu.
"Kak!" Tita mengejar langkah kakaknya sambil membawa tangis penuh penyesalannya. "Kak Reo! Maafin gue, Kak!"
"Minta maaf sama Risa! Bukan sama gue!"
Hara mendengar suara Reo dari jauh. Sekarang sisa dua bocah munafik ini. "Kenapa kalian berdua masih di sini? Sana susul temen kalian ke ruang OSIS!" Hara mengedik ke arah pintu. Denada dan Willy masih tak bergeming di tempat mereka berdiri dan sama-sama memasang wajah polos pura-pura tidak tahu apa-apa.
"Kita kan...nggak tahu apa-apa, Kak?"
Hampir Hara kehilangan kontrol dan mencelakai mereka berdua. Untung Saskia menahan tubuhnya. "KALIAN PIKIR GUE BISA KALIAN BEGO-BEGOIN?!"
* * *
Denada: I HARASSED MY FRIEND. THEREFORE I'M HERE.
Willy: I HELPED HER HARASSING MY FRIEND. THEREFORE I'M ALSO HERE.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bekal Risa
Teen Fiction[TAMAT] Di saat Hara mulai menyadari perasaannya gara-gara sekotak bekal buatan Risa, adik kembarnya--Aksa--muncul menyatakan perasaan pada gadis itu. Hara tertekan. Ia teringat apa kata ibu mereka kalau ia harus mengalah pada adiknya. Hal itu menye...