Satu jam yang lalu...
"Kak Reo, maaf ya. Jadi repot-repot nemuin aku," ucap Risa, melihat Reo menepati janjinya untuk menghampiri Risa di belakang Gedung Einstein. Reo memakai jaket dan sudah membawa tas. Sepertinya Reo sudah hendak pulang. Dia tahu Reo pasti sibuk, tapi dari kemarin Tara ribut sekali membujuk Risa agar segera menemui Reo.
Reo tersenyum sembari membenahi tali tas di bahunya. "Nggak apa-apa Risa. Kenapa? Kamu nggak ada yang gangguin lagi kan?"
"Oh, nggak kok. Nggak ada. Semua orang baik ke aku."
Melihat senyuman lebar di wajah Risa, Reo tersenyum sekali lagi. "Syukur deh kalau gitu."
"Jadi gini, Kak..." Risa mengeluarkan selembar tiket bioskop dari dalam saku seragamnya dan menyodorkannya pada Reo. "Temenku namanya Tara. Dia mau ngajakin Kak Reo nonton, tapi nggak berani ngasih tiketnya sendiri."
Reo mengambil tiket itu dan memperhatikannya sejenak.
"Kak Reo suka film action kan?" tanya Risa was-was. Risa tidak mau sampai mengulangi pertemuan rahasia ini lagi. Dia lelah kucing-kucingan dengan Hara, walau dia tidak tahu kenapa Hara kesal sekali mendengar Risa menyebut nama Reo. Padahal kedua cowok itu kelihatan berteman baik.
"Suka sih..."
"Oh, ini nontonnya nggak berdua kok. Rame-rame gitu. Jadi nggak akan canggung. Kalau Kak Reo mau ngajak temen juga nggak apa-apa. Nanti dibeliin tiket lagi."
"Risa ikut nonton?"
"Eh?" Risa tidak menyiapkan diri untuk pertanyaan itu. Dia tidak sedekat itu dengan Tara dan gengnya. Jadi, wajar kalau Tara tidak mengajaknya. "Nggak, Kak. Aku ada kerjaan. Bantuin Ibu, hehe."
Wajah Reo langsung layu mendengar jawaban Risa. "Yah, sayang banget."
"Tapi filmnya pasti bagus, Kak. Aku lihat rating-nya di IMDB, tinggi." Risa berusaha meyakinkan Reo. Kehadiran Reo memang bukan tanggung jawab Risa, tapi Tara pasti sedih kalau Reo tidak jadi datang.
"Iya, iya. Aku dateng kok. Ngomong-ngomong, kamu udah mau pulang belum?"
Risa mengangguk.
"Mau pulang bareng?"
Belum sempat Risa menyahut, tiba-tiba ponsel di tangannya bergetar. Melihat nama Hara di layar ponsel itu, langsung membuat Risa panik. "Duh, Kak Hara lagi..." Tahu kalau mengabaikan panggilan itu hanya akan membuat hidupnya jadi lebih susah, terpaksa Risa mengangkatnya.
"Risa, lo di mana?"
"Di...sekolah..."
"Tsk! Gue tahu lo di sekolah. Tapi di mananya?"
"Umm...Kak Hara udah mau pulang ya?"
"Iya."
"Kak Hara duluan aja. Gue masih ada urusan bentar."
Putus. Hara memutuskan panggilannya begitu saja tanpa berkata apa-apa lagi. "Cowok aneh. Nelpon sendiri, mutusin sendiri." Baru ingat Reo masih ada di hadapannya dan memperhatikannya, cepat-cepat Risa memperbaiki sikap. "Sori, Kak. Tadi aku nggak denger. Kenapa memangnya?"
Reo mendengus dan memberi Risa tawa samar. "Nggak apa-apa. Aku mau ngajakin kamu pulang bareng. Tapi..." Ia mengedikkan kepala. "Kamu ada satpamnya sih. Aku jadi takut."
Saat itulah Risa mendengar suara Hara memanggil dari belakang kepalanya. Entah sejak kapan laki-laki itu ada di sana, yang jelas wajahnya seperti sedang menahan marah.
* * *
"Lo tahu nggak? Reo itu sekarang lagi deket sama tiga cewek sekaligus. Tiga-tiganya tahu satu sama lain dan mereka diem-diem aja. Trus nanti kalau Reo jadian sama salah satu cewek, nggak bakal lebih dari 3 bulan. Pas putus, cewek-cewek yang lain bakal deketin si Reo lagi, blablabla."
"Iya, Kak Hara! Lo udah bilang tadi!" Risa menutup kuping sambil berjalan masuk ke dalam ruang makan. Aksa yang tadi sibuk mengetik di laptopnya, sampai berhenti untuk mengamati adu mulut mereka.
Risa tak sanggup lagi mendengar ucapan Hara. Sejak mereka tiba di rumah, cowok itu bicara non-stop tanpa titik-koma. Tidak hanya itu. Hara juga bertingkah aneh. Baru saja ia melintasi ruang makan hingga luar tamu menggunakan skateboard. Lalu, ia berlari naik hanya untuk beberapa detik kemudian turun meluncur di atas pegangan tangga rumah mereka.
"Kak Hara kenapa sih?" tanya Risa saat Hara tiba-tiba muncul dari halaman belakang menggendong anjingnya. Risa iba menyaksikan Snowy meronta di tangan Hara.
Aksa yang juga merasa tingkah kembarannya tidak normal, bertanya, "Makan apa dia barusan?"
"Minum kopi."
"And?"
Risa mengangkat gelas ice chocolate kosong yang belum sempat ia buang ke tempat sampah. Aksa mengambil gelas itu dan mengamati sisa-sisa minuman di dalamnya.
"Lain kali jangan kasih dia gula banyak-banyak."
"Eh? Memangnya kenapa?"
"1 dari 5 kesempatan, dia bakal kena sugar rush."
Kepala Risa dan Aksa bergerak serempak mengikuti Hara yang lanjut bermain skateboard kesana-kemari meneror anjingnya.
"Kapan berhentinya dia?" tanya Risa dengan nada lelah.
"Nanti kalo dia capek dan tidur."
Terdengar bunyi keras dari arah ruang tamu. Hara terjungkal menabrak rak pajangan. Sebuah pajangan berbentuk kura-kura dari lilin jatuh menimpa jidat laki-laki itu.
"Atau kalau dia celaka," tambah Aksa. Ia tak terlihat lebih tertarik melanjutkan ketikannya daripada menolong kembarannya sendiri.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Bekal Risa
Novela Juvenil[TAMAT] Di saat Hara mulai menyadari perasaannya gara-gara sekotak bekal buatan Risa, adik kembarnya--Aksa--muncul menyatakan perasaan pada gadis itu. Hara tertekan. Ia teringat apa kata ibu mereka kalau ia harus mengalah pada adiknya. Hal itu menye...